Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah bergambar, berisi teks Bimasuci, tersusun dalam lima pupuh. Kisahnya berpusat pada tokoh Raden Werkudara yang sangat setia dan teguh terhadap Dang Hyang Durna. Harapan Kurawa akan kematian Pandawa, sebaliknya kebahagiaannya yang diperoleh. Menurut keterangan pada kolofon, naskah selesai disalin pada tanggal 17 Siyam 1857 (21 Maret 1927). Walaupun tempat penyalinan tidak disebutkan, dari gaya wadana yang terdapat pada h.l dapat dipastikan bahwa penyalinannya di Yogyakarta. Naskah dilengkapi dengan puluhan gambar berwarna-warni sebagai ilustrasi kejadian yang dijelaskan dalam teks. (Lihat Gbr. 26 di bawah ini. Keberadaan naskah ini, berdasarkan keterangan pada h. Iii, merupakan hasil pembelian yang dilakukan oleh Dr. Pigeaud pada tanggal 12 Juli 1932 di Yogyakarta. Di bawah ini tercantum daftar pupuh dari naskah ini, lengkap dengan no. urut pupuh, jenis tembang, jumlah bait, serta cuplikan gatra 1-2 dari masing-masmg pupuh: (1) dhandhanggula; (2) pangkur; (3) sinom; (4) durma; (5) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CS.104-NR 220
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Komarudin
"Penelitian ini adalah penelitian tentang ilustrasi yang terdapat pada naskah Bimasuci Met Platen (BSMP). Naskah ini berada di ruang naskah perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) dengan nomor koleksi NR 220. Teks Bimasuci Met Platen (NR 220) bercerita tentang perjalanan tokoh wayang yang bernama Bima (Werkudara) dalam mencari air suci atas perintah gurunya, Durna. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa langkah kerja filologi, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data, dan analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua naskah Bimasuci melalui katalog naskah yang di dalamnya terdapat ilustrasi. Sementara itu, pengelompokkan data adalah upaya mengelompokkan naskah tentang Bimasuci yang di dalamnya terdapat ilustrasi. Langkah kerja terakhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis data. Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan ilustrasi dan kaitan ilustrasi dengan teks pada naskah Bimasuci Met Platen (NR 220). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kodikologi yang dikemukakan oleh Dain dalam Mulyadi (1994). Pendekatan kodikologi dilakukan guna melihat wujud fisik naskah. Hasil dari penelitian ini dapat terlihat bahwa antara ilustrasi dan teks yang terdapat pada naskah Bimasuci Met Platen (NR 220) memiliki keterkaitan yang kuat.

This research is about the illustrations contained in the manuscript Bimasuci Met Platen (BSMP). The manuscript is in the manuscript room of library Cultural Sciences Faculty University of Indonesia (FIB UI) with collection number NR 220. Text Bimasuci Met Platen (NR 220) tells of traveling puppet named Bima (Werkudara) in search of holy water on the orders of his teacher, Durna. This research was conducted using measures of philology, namely data collection, data grouping, and data analysis. Data collection was done by collecting all the manuscripts Bimasuci through catalogs manuscripts in which there is an illustration. Meanwhile, the grouping of data is a manuscripts about Bimasuci group effort in which there are illustrations. Step last performed work on this research is data analysis.Data analysis was performed with illustrations and links describing the illustrations with the text on the script of Bimasuci Met Platen (NR 220). In addition, the research uses the approach suggested by Dain codicology in Mulyadi (1994). Approach codicology done to see the physical appearance of the manuscript. Results of this research can be seen that between illustration and text contained in the manuscript Bimasuci Met Platen (NR 220) has a strong link."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11344
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi cerita peperangan antara Arung Bondan dengan prabu Suwelacala, kisah peperangan antara Jenggala dengan Bugis, cerita tentang Siyungwanara/Kamandaka, cerita Menakjingga, cerita Wali Sanga/kerajaan Demak, kisah Jaka Tingkir, penobatan Hardikusuma (?) menjadi Raja Majapait dengan gelar Brawijaya. Teks diakhiri dengan kisah Ratu Kalinyamat. Keterangan penyalinan naskah ini tidak diketemukan dalam teks. Pigeaud membeli naskah ini dari Anerang Kusuma pada 17 Mei 1930 di Surakarta. Naskah telah pula dibuatkan ringkasan dalam bentuk cuptikan pada awal."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
SJ.181-NR 79
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks sejarah legendaris berjudul Serat Ajisaka. Secara garis besar berisi cerita peperangan antara Prabu Dewatacengkar melawan Ajisaka (di sini Aji Isaka). Setelah menang, Aji Isaka menggantikan Dewatacengkar menjadi raja di Medhang Kamulan yang kemudian diganti dengan nama Purwacarita dan bergelar Prabu Widayaka. Pada bagian awal berisi kisah tentang kesenangan Prabu Dewatacengkar memakan daging manusia, kisah tentang pertempuran Prabu Dewatacengkar dengan kedua adiknya, Prabu Dewata Pamunah dari Madura dan Prabu Dewata Agung dari Bali, disusul cerita tentang Prabu Anglingdriya setelah bedhah Pengging, yang berputra dua orang dari Dewi Sinta yaitu Jaka Pekik (Suwelacala) dan Jaka Raras (Jaka Pandaya). Cerita berakhir dengan kisah Raden Daneswara (anak Dewatacengkar) yang berniat untuk bertapa setelah kekalahannya dari Aji Isaka. Pada h.i terdapat keterangan bahwa naskah yang semula milik G.B.R.Ay. Kusumadilaga dibeli oleh Pigeaud dari R. Tanaya di Yogyakarta pada 18 Juni 1938. Naskah pernah dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra pada Oktober 1938. Ringkasan tersebut dimikrofilm bersama naskah aslinya. Melihat bentuk tulisannya, naskah ini kemungkinan disalin oleh dua orang (?) sebab mulai h.145 tulisan berubah dari yang semula agak gemuk dan tebal menjadi ramping dan tipis. Walaupun keterangan penyalinan tidak ditemukan, namun berdasarkan jenis kertas serta gaya tulisannya, maka dapat diperkirakan bahwa naskah ini disalin sekitar awal abad ke-20, mungkin di Surakarta. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada: SMP/MN. 180-183, 187, 529.12; MSB/L.286, P.93, S.2, S.15-18, S.20, S.25-26, S.31; Pratelan II: 90; Vreede 1892: 17, 375-376; Juynboll I: 30; Pigeaud 1970: 165-166."
[S.l.] : [S.n.], [date of publication not identified]
SJ.1-NR 318
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi cerita mengenai hidup Arya Sangkala. Dia adalah anak seorang janda di dhukuh Padhadhapan. Dia dikukuhkan sebagai seorang pemberani dikarenakan cincin wasiatnya. Daftar pupuh sebagai berikut: (1) dhandhanggula; (2) asmarandana; (3) maskumambang; (4) sinom; (5) kinanthi; (6) dhandhanggula."
Surakarta: Budi Utama, 1913
BKL.0221-CS 6
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini, yang berasal dari Pesisir Cirebon, ditulis dengan bentuk huruf yang sangat khas, sehingga pantas jika diteliti lebih jauh demi kepenti'ngan studi paleografi Jawa. Naskah berisi sebuah versi Serat Bratayuda yang jauh berbeda dengan redaksi Yasadipura yang disunting oleh Cohen Stuart (1860). Teks terdiri atas 25 pupuh, sebagai benkut: (1) megatruh; (2) asmarandana; (3) durma; (4) sinom; (5) pangkur; (6) pucung; (7) kinanthi; (8) mijil; (9) dhandhanggula; (10) asmarandana; 11) durma; (12) sinom; (13) pangkur; (14) asmarandana; (15) kinanthi; (16) pucung; (17) dhandhanggula; (18) durma; (19) sinom; (20) asmarandana; (21) mijil; (22) durma; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) asmarandana. Secara singkat, isi teks ini dapat dipaparkan sebagai berikut: Prabu Darmaputra dibantu oleh para raja pergi menuju Tegal Kuru. Dewi Kunti menengok putra-putranya ke Tegal Kuru disertai Yamawidura. Yamawidura kembali lagi ke Astina melaporkan kesiapan para Pandawa. Raden Arjuna ingin membatalkan perang melawan Kurawa, namun Kresna tidak menyetujuinya. Peperangan kemudian dimulai: Wirasangka, Utara terbunuh oleh Raja Mandraka dan Durna. Rukmarata bunuh oleh Seta. Seta terbunuh oleh Bhisma. Irawan terbunuh oleh Bhisma, dangkan Bhisma terbunuh oleh Srikandi. Bogadenta, senapati Astina, terbunuh oleh Arjuna. Kemudian Abimanyu berhasil membunuh Lesana Mandrakumara. Abimanyu juga terbunuh oleh para Kurawa. Gardapati di pihak Kurawa terbunuh sh Arjuna. Wreksasaya juga terbunuh oleh Werkudara. Arjuna kemudian berniat smbunuh Sindurja. Burisrawa, senapati Astina terbunuh oleh Setyaki dan Sindurja terbunuh oleh Arjuna. Werkudara kemudian berhasil membunuh Partipeja, Anggajaksa, dan Sarabasata. Dilanjutkan Gatutkaca berhasil membunuh Lembusana, Kalasrenggi, dan Kalagawira, namun ia pun terbunuh oleh Karna Raja Awangga. Ringkasan ini dibuat berdasarkan uittreksel Mandrasastra yang dibuat pada tahun 1938, tersimpan bersama naskah asli."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.9-NR 310
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi ringkasan naskah milik Moens, tanpa identifikasi lebih jauh. Isinya teks Serat Lokapala, yaitu cerita peperangan Arjunasasrabahu dengan Dasamuka, tetapi diawali dengan silsilah raja-raja Jawa, baik pangiwa maupun panengen. Versi Lokapala yang dimuat dalam naskah ini sama dengan edisi Sindusastran yang berulangkali diterbitkan. Lihat Pratelan I: 475-481 untuk daftar pupuhnya; bandingkan dengan Behrend 1990: 224-226 untuk keterangan umum tentang seluruh korpus Arjunawijaya-Arjunasasrabahu-Lokapala, termasuk referensi penerbitan dan lain-lain. Ringkasan ini disusun sekitar tahun 1930, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.30-L 23.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi perpaduan antara dua teks, yaitu Lokapala dan Serat Rama. Bagian Lokapala mirip dengan versi Arjunasasrabahu yang termuat pada MSB/L.40, yaitu karangan M.Ng. Gandasudira. Walaupun mirip, ada perbedaan beberapa pupuh, sehingga kedua teks ini dianggap dua redaksL Kemiripan terlihat pada pupuh 1-91 FSUI/CP.31 hampir semuanya terdapat dalam pupuh 1-96 pada MSB/L.40, tetapi berbeda dengan MSB/L.49. Naskah FSUI/CP.31 ini jauh lebih lengkap, seluruhnya 192 pupuh. Teks Arjunasasrabahu yang mendahului kisah Rama, disusun menyambung secara langsung dengan Serat Rama tersebut. Hal yang sama dapat dilihat pada naskah MSB/L.34, L.35, dan L.41. Lihat Behrend 1990:224-239 tentang berbagai versi cerita Arjunawijaya-Arjunasasrabahu- Lokapala yang ada. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) dhandhanggula; (4) durma; (5) asmarandana; (6) durma; (7) pangkur; (8) asmarandana; (9) pangkur; (10) sinom; (11) asmarandana; (12) pangkur; (13) sinom; (14) dhandhanggula; (15) durma; (16) pangkur; (17) dhandhanggula; (18) pangkur; (19) durma; (20) asmarandana; (21) durma; (22) pangkur; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) durma; (26) asmarandana; (27) pangkur; (28) durma; (29) sinom; (30) asmarandana; (31) kinanthi; (32) dhandhanggula; (33) durma; (34) girisa; (35) sinom; (36) durma; (37) maskumambang; (38) pangkur; (39) asmarandana; (40) durma; (41) pangkur; (42) dhandhanggula; (43) maskumambang; (44) kinanthi; (45) sinom; (46) kinanthi; (47) mijil; (48) asmarandana; (49) pangkur; (50) durma; (51) pangkur; (52) dhandhanggula; (53) durma; (54) pangkur; (55) sinom; (56) dhandhanggula; (57) sinom; (58) kinanthi; (59) mijil; (60) asmarandana; (61) dhandhanggula; (62) sinom; (63) kinanthi; (64) dhandhanggula; (65) pangkur; (66) asmarandana; (67) pangkur; (68) sinom; (69) asmarandana; (70) pangkur; (71) durma; (72) pangkur; (73) durma; (74) pangkur; (75) sinom; (76) durma; (77) pangkur; (78) dhandhanggula; (79) kinanthi; (80) durma; (81) pangkur; (82) durma; (83) sinom; (84) dhandhanggula; (85) asmarandana; (86) sinom; (87) mijil; (88) dhandhanggula; (89) kinanthi; (90) pangkur; (91) sinom; (92) asmarandana; (93) durma; (94) dhandhanggula; (95) pangkur; (96) pucung; (97) megatruh; (98) sinom; (99) asmarandana; (100) dhandhanggula; (101) pangkur; (102) asmarandana; (103) sinom; (114) mijil; (105) dhandhanggula; (106) maskumambang; (107) durma; (108) pangkur; (109) asmarandana; (110) durma; (111) kinanthi; (112) mijil; (113) sinom; (114) dhandhanggula; (115) pangkur; (116) sinom; (117) kinanthi; (118) asmarandana; (119) pangkur; (120) asmarandana; (121) sinom; (122) dhandhanggula; (123) kinanthi; (124) mijil; (125) pangkur; (126) durma; (127) sinom; (128) maskumambang; (129) pangkur; (130) mijil; (131) dhandhanggula; (132) pangkur; (133) dhandhanggula; (134) asmarandana; (135) sinom; (136) dhandhanggula; (137) pangkur; (138) sinom; (139) dhandhanggula; (140) kinanthi; (141) asmarandana; (142) mijil; (143) pangkur; (144) sinom; (145) dhandhanggula; (146) pangkur; (147) durma; (148) asmarandana; (149) pangkur; (150) sinom; (151) dhandhanggula; (152) pangkur; (153) maskumambang; (154) durma; (155) sinom; (156) pangkur; (157) durma; (158) asmarandana; (159) sinom; (160) pangkur; (161) durma; (162) pangkur; (163) sinom; (164) durma; (165) dhandhanggula; (166) kinanthi; (167) sinom; (168) pangkur; (169) maskumambang; (170) durma; (171) pangkur; (172) durma; (173) dhandhanggula; (174) sinom; (175) maskumambang; (176) pangkur; (177) mijil; (178) megatruh; (179) dhandhanggula; (180) sinom; (181) kinanthi; (182) asmarandana; (183) sinom; (184) pangkur; (185) dhandhanggula; (186) mijil; (187) asmarandana; (188) sinom; (189) dhandhanggula; (190) pangkur; (191) durma; (192) sinom. Sayangnya, naskah FSUI/CI.31 ini telah hilang dari koleksi FSUI. Akan tetapi isinya masih dapat diketahui dari ringkasannya yang dibnat oleh Mandrasastra pada tahun 1930. Menurut kolofon penutup, naskah asli selesai disalin (atau teks selesai ditulis?) pada hari Senin Legi, 14 Sawal, Je 1806 (22 Oktober 1877), oleh Kyahi Bekel Malang Prawira, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.31-NR 82
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Panji Jayakusuma yang termuat pada naskah KBG 46. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Maret 1931. Walaupun oleh Pigeaud dan Poerbatjaraka dikatakan bahwa cerita Panji ini berasal dari Jawa Timur, mengingat naskah babon dari Cirebon, maka lebih besar kemungkinan teks ini merupakan versi Cirebonan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CP.35-L 5.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar ini memuat tiga teks, yaitu Tutur Nawarupi, Angkus Prana, dan Carcan Sato. Di bawah ini adalah keterangan isi masing-masing teks tersebut: (1) Tutur Nawaruci (h.1-46), menguraikan perjalanan Bima (Wrekodara) mencari Tirta Pawitra atas perintah Danghyang Drona. Perintah ini adalah upaya licik Drona dan Duryodana untuk membunuh salah seorang Pandawa terutama Bima. Bima yang sifatnya penurut dan setia terhadap guru, segera berangkat ke sumur Sinorangga. Bima mulai memasuki sumur itu untuk menjalankan perintah gurunya yang pertama. Ternyata ada dua ekor naga laki perempuan yang sangat galak. Terjadilah perang sengit, dan naga dapat dicekik lehernya dengan kuku Pancanaka. Kedua naga itu adalah penjelmaan sepasang bidadari yang tengah menjalani hukuman. Perintah kedua, Bima disuruh Drona mengulangi untuk mencari Tirta Pawitra ke Tegal Sihandadawa. Di tempat ini Bima dihadang oleh raksasa besar bagaikan gunung berjalan, bernama Indra Bahu. Terjadilah perang mati-matian antara Bima dengan raksasa Indra Bahu. Dengan keampuhan kuku Pancanakanya, Bima berhasil membunuh raksasa tersebut. Ternyata raksasa itu penjelmaan Dewa Indra yang sedang menjalani hukuman. Kepala raksasa dibawa Bima ke hadapan Drona dan menyampaikan bahwa di tempat itu tidak ada Tirta Pawitra. Drona mengulangi perintahnya yang ketiga, menyuruh Bima mencari Tirta Pawitra di tengah samudra. Drona dan Duryadana yakin bahwa Bima akan menghembuskan nafasnya yang terakhir di tengah samudra, karena dia tidak bisa renang. Demi kesetiaan terhadap guru, Bima pun segera berangkat dan tak berpikir panjang lagi dan segera mencemplungkan dirinya ke tengah samudra. Akhirnya Bima berhasil meraih Tirta Pawitra setelah bertemu dan mendapat petunjuk dari Dewa Nawa Ruci (Sanghyang Acintya), walaupun sebelumnya banyak rintangan yang dia alami. (2) Angkus Prana (47-63); merupakan lanjutan ajaran Sanghyang Acintya kepada Bima, yang di dalamnya menguraikan tentang kebenaran sejati serta awal mula terciptanya bumi dengan segala isinya atau mulai adanya Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Berdasarkan ajaran inilah Bima mulai sadar dan mengenal dirinya sendiri dan dapat bertemu dengan kebenaran sejati atau guru sejati yakni Dewa Nawaruci (Sanghyang Acintya). (3) Carcan Sato (1-10); menguraikan beberapa Carcan Sato seperti Carcan Kuda; Carcan Banteng (sapi); Carcan Asu (anjing); dan Carcan Meyong (kucing). Masing-masing carcan ini menyebutkan nama dan jenis-jenis sato (binatang) tersebut berdasarkan warna, ciri dan pengaruhnya terhadap kehidupan pemiliknya. Untuk teks-teks lain dengan judul Nawaruci lihat LOr 9636; Kirtya/1129, yang berbentuk geguritan dan kidung, sedangkan FSUI/CS.100 ini berbentuk prosa. Menurut kolofon dan catatan pada naskah (h.9b, lOa, 46a, 63b), dapat diketahui bahwa naskah disalin pada tahun 1900, dan dinyatakan milik Ida I Gusti Putu Jlantik, Singaraja, Bali, pada tahun 1903."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CS.100-LT 225
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>