Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah diperoleh Pigeaud dari Ir. Moens pada bulan Mei 1932. Ir. Moens memperoleh naskah ini dari seorang dalang di Godeyan, Yogyakarta. Keterangan penulisan/penyalinan tidak dijumpai dalam teks, namun pada naskah salinan alihaksara ketik dari teks ini, terdapat keterangan nama Cermapawira (lihat FSUI/WY.70, h.95), kemungkinan beliau merupakan penulis teks ini. Teks berisi tentang pertunjukan wayang lakon Topeng Waja lan Gamparan Prunggu yang merupakan pakem Yogya. Teks didahului dengan deskripsi persiapan niyaga, perangkat gamelan, baru dalang naik ke panggung, lalu janturan danjejer kahyangan. Keterangan isi selanjutnya dapat dibaca pada teks alihaksaranya, yaitu pada FSUI/WY.70. Teks rupanya masih bersambung pada FSUI/WY.60 dan 62."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.71-B 34.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini ditulis dalam bentuk prosa, dan terdiri dari 3 cerita, yaitu: 1. Topeng waja lan gamparan prunggu; 2. Setija angsal pusaka topeng prunggu; 3. Bukbis ngagem topeng waja mripat suryakanta. Berikut ringkasan masing-masing teks tersebut: 1. Topeng Waja lan Gamparan Prunggu: Cerita diawali dengan kedatangan Patih Wajapeksa di kahyangan yang meminta Bale Mercukunda. Permintaannya ditolak para dewa, akibatnya terjadi peperangan dengan Dewa Brahma. Dewa Brahma kalah, sehingga Wajapeksa berhasil menduduki Gunung Suralaya. Batara Narada minta bantuan Wejasena dan Permadi untuk mengusir Prabu Jatisura dan Patih Wajapeksa. Namun mereka pun tidak mampu menghadapi Wajapeksa. Kisah dilanjutkan dengan kedatangan Prabu Trembuku ke pertapaan Begawan Abiyasa, untuk meminta petunjuk perihal tembuni yang keluar bersama dengan bayi yang dikandung Dewi Arimbi (istri Wejasena), sebab ternyata tembuni tersebut tidak dapat diputuskan. Begawan Abiyasa mohon petunjuk Tuhan, tiba-tiba ada rangka konta jatuh bersamaan dengan putusnya tembuni yang kemudian menjadi anak. Setelah pisah, timbul gamparan prunggu dan topeng waja. Kedua anak Dewi Arimbi tersebut diberi nama Gatotkaca (dari tembuni) dan Bambang Madu Sagara. Gatotkaca kemudian diajukan ke medan pertempuran melawan Prabu Jatisura dan Wajapeksa. Setelah berhasil dikalahkan, Prabu Jatisura menitis ke tubuh Gatotkaca, sedangkan Wajapeksa di bahu kiri dan kanannya. 2. Setija Angsal Pusaka Topeng Prunggu: Prabu Bomantara dari kerajaan Surateleng berniat merebut kerajaan Dwarawati. R. Samba dan Sentyaki berusaha mempertahankannya dengan terlebih dahulu menggempur kerajaan Surateleng. Sementara itu, Prabu Mukasura dari kerajaan Simbar Manyura hendak menyerang Kahyangan karena lamarannya kepada Dewi Mustikawati ditolak. Dewa Indra meminta bantuan Bambang Setija. Setelah berhasil mengalahkan Prabu Mukasura berkat pusaka Topeng Prunggu dan Suryakanta, dia kemudian dinikahkan dengan Dewi Mustikawati. Bambang Setija berniat menghadap ayahandanya, namun ternyata Prabu Kresna belum bersedia mengakui dirinya sebagai anaknya sebelum berhasil mengalahkan Prabu Bomantara. Kisah berakhir dengan penobatan Bambang Setija menjadi raja di Traju Tresna dan bergelar Prabu Boma Nrakasura, dengan patihnya Pancatnyana. 3. Raden Bukbis Ngagem Topeng Waja Mripat Suryakanta: Raden Bukbis datang ke Alengka untuk menemui ayahandanya. Sebelum diakui sebagai anaknya, Rahwana menyuruh dia membunuh Rama dan Laksmana terlebih dahulu. Berbekal pusaka Topeng Waja dan Suryakanta, Raden Bukbis pergi menghadapi Rama dan Laksmana, namun akhirnya mati di tangan Anoman yang menghadapinya dengan pusaka Kaca Paesan, pemberian Batara Narada. Kedua pusakanya turut hancur dan akan muncul lagi kelak pada jaman Uttarakandha, dengan Gatotkaca sebagai pemiliknya (lihat cerita Topeng Waja lan Gamparan Prunggu). Naskah merupakan salinan alihaksara ketik dari FSUI/WY.71, 60, dan 62. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Mei dan Juni 1932 di Yogyakarta, sebanyak empat eksemplar. FSUI kini menyimpan dua di antaranya, yaitu B 34.01a (dimikrofilm) dan B 34.01b. Naskah induk diperoleh Pigeaud dari seorang dalang di Godeyan, Yogyakarta, atas bantuan Ir. Moens. Naskah salinan ini rupanya telah dibuatkan ringkasannya, lihat FSUI/WY.76. Keterangan penyalinan tidak diketahui, namun pada h.95 dijumpai nama Cermapawira, kemungkinan beliau ini sebagai penulis teks asli (dalang Godeyan tsb.). Keterangan referensi, lihat MSB/W.57."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.70-B 34.01a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks lakon wayang kulit purwa ini berisi Lampahan Bukbis Ngagem Topeng Waja. Untuk keterangan isi selengkapnya, lihat salinan alihaksara ketik teks ini pada FSUI/WY.70 dan pada deskripsi naskah tersebut. Naskah dibuat oleh Cermapawira, dalang Godeyan, Yogyakarta pada tanggal 4 Juni 1932. Pigeaud menerima naskah ini atas bantuan Ir. Moens. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Mei dan Juni 1932, sebanyak empat eksemplar."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.62-B 34.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi lakon wayang kulit purwa Setija Angsal Pusaka Topeng Prunggu. Untuk keterangan isi selengkapnya, lihat deskripsi FSUI/WY.70. Naskah diterima Pigeaud dari Cermapawira, dalang Godeyan, Yogyakarta, atas bantuan Ir. Moens. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Mei-Juni 1932."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.60-B 34.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Bandara Pangeran Arya Adiwinata
"Buku ini adalah buku panduan untuk pergelaran “Lelangen Topeng” dengan lakon Tri Raja Wiwaha. Pergelaran ini adalah wayang orang yang menggunakan topeng yang dibawakan oleh perkumpulan Kridha Beksa Wirama di Yogyakarta. Dipergelarkan dalam rangka perkawinan Bandara Pangeran Arya Hadiwinata pada malam Minggu Pon tanggal 1 sura, Ehe 1860 atau tanggal 8-9 Juni 1929."
Yogyakarta: Mardi Mulya, 1929
BKL.1118-WY 63
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Lakon dipergelarkan di Museum Sana Budaya, Ngayogyakarta Adiningrat. Lakonnya Tri Raja Wiwaha. Kisahnya diambil dari buku Babad Tanah Jawi karangan W. Fruin Meest, Prof. N. J. Krom. Terdiri dari 8 adegan, dipertunjukkan pada 18 Juli 1936. Kisahnya berlatar belakang kerajaan Singasari, Kediri, dan Bandawasa."
Djokja: Mardi Moeljo, [Date of publication not identified]
BKL.0664-WY 24
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Pakem ringkas wayang golek (cerita Menak) untuk lakon Lampahan Lairipun Umar lan Amir. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Naskah ini adalah jilid pertama dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65). Semuanya memuat teks lakon wayang Menak. Lakon ini menceritakan kisah peperangan antara negeri Kalkarip dengan Mekah, dan peperangan antara negeri Madajin dengan Mekah. Peperangan terjadi karena kedua negeri tersebut hendak menaklukkan Mekah. Negeri Kalkarip akhirnya dapat dikalahkan. Sementara itu, Dewi Kamijah (permaisuri raja Mekah) melahirkan putra kembar yang kemudian diberi nama Umar dan Amir. Setelah beranjak dewasa, mereka berdua turut membantu ayahnya memerangi orang-orang Madajin yang pada waktu itu datang menyerbu Mekah. Akhirnya Madajin dapat ditaklukan. Naskah merupakan salinan dari naskah induk yang diperoleh Pigeaud pada tanggal 3 September 1932 dari Atmareja, di Banaran, Kulonpraga. Penyalinan dikerjakan pada bulan yang sama dengan bulan penerimaan naskah (h.i). Keterangan penulis/penyalin maupun keberadaan naskah induk tidak diketahui secara pasti. Naskah telah dibuatkan salinan alihaksara oleh staf Panti Boedaja, lihat FSUI/WY.66, jilid I: 1-14, II: 15-30, III: 31-39."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.63-B 35.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini berisi pakem ringkas wayang golek (cerita Menak) untuk lakon Lampahan Rabinipun Umarmaya lan Dewi Ambarwulan. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Naskah merupakan jilid kedua dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65), yang semuanya memuat teks lakon wayang Menak. Keterangan selengkapnya lihat FSUI/WY.63."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.64-B 35.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah terdiri atas dua teks, teks pertama adalah lampahan Jaka Purusa. Teks ini adalah salinan dari serat pananggalan pada bulan Jum, Yogyakarta tahun 1914. Teks tersebut adalah pethikan pakem ringgit (wayang) madya, lampahan Jaya Purusa terdapat pada halaman 1?136. Teks diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagaran IV di Surakarta. Teks kedua adalah lampahan Merusupadma halaman 1?85. Teks ini merupakan petikan dari pakem ringgit madya ciptaan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara IV di Surakarta. Lampahan ini adalah salinan dari serat pananggalan pada bulan Juni 1913. Teks Jaya Purusa berisi tentang Prabu Maheswara yang berniat memindahkan kerajaannnya. Teks kedua tentang Merusupadma yang berniat memperistri Diyah Pramesti, namun ditolak oleh Prabu Jayamijaya, keduanya bertempur. Prabu Jayamijaya kalah, namun Merusupadma akhirnya dapat dikalahkan oleh Prabu Anglingdarma dari Majapahit. Asal koleksi ini semula milik koleksi R. M. Sajid."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
CW.2-KS 82
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Pakem ringkas wayang golek untuk lakon Lampahan Jayengrana ngaji lan Umarmaya dhateng pratapan Bleki. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Teks diawali dengan keinginan Raja Turki untuk membunuh Jayengrana dan Umarmaya, yang pada saat itu sedang melakukan perjalanan ke pertapaan Bleki, namun usahanya tidak berhasil. Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan. Setibanya di pertapaan Bleki, mereka berdua berguru pada Bagawan Lukmanakim. Setelah pandai, mereka berdua kembali ke negerinya. Di perjalanan, Umarmaya dan Jayengrana bertemu dengan seseorang yang sedang menunggu petilasan, bernama Tambisabingah. Jayengrana memohon berkah kepadanya. Dia diberi pusaka berupa: kapal, lapak, dan cemeti. Umarmaya yang memohon berkah di petilasan para nabi mendapat pusaka berupa: kasang kajrattolah dan kitab (Adam Makna). Mereka kemudian menghadap Prabu Puserbumi. Sang Prabu menceritakan bahwa negerinya sekarang dikuasai negeri Madajin. Umarmaya dan Jayengrana sangat marah, segera memohon kepada Prabu Puserbumi untuk memerangi Prabu Madajin (Nursewan). Naskah merupakan jilid ketiga dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65), yang semuanya memuat teks lakon wayang menak. Keterangan referensi lihat FSUI/WY.63."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.65-B 35.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>