Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nori Ayufi
"Perjanjian Fasilitasi Perdagangan (TFA) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bertujuan untuk mengurangi waktu dan biaya dalam proses perdagangan internasional dengan cara mendorong upaya-upaya yang paling efektif dalam proses ekspor-impor. Kendati demikian, belum ada penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai bagaimana TFA mempengaruhi perdagangan environmental goods. Dengan menggunakan data dari tahun 2017 hingga 2021, penelitian ini menggunakan model random effect panel data untuk mengetahui pengaruh TFA terhadap perdagangan environmental goods di negara-negara berkembang dan terbelakang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada bukti bahwa TFA berdampak pada perdagangan environmental goods. Hasil tersebut juga terbukti dengan menggunakan metode instrumental variable, analisis subsampel, dan penggunaan standar error yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena upaya negara-negara tersebut untuk menerapkan TFA tidak berhasil memfasilitasi perdagangan environmental goods, atau tingkat komitmen TFA tidak secara akurat mencerminkan implementasi TFA yang sebenarnya di negara tersebut. Namun demikian, variabel kontrol seperti PDB, populasi, dan tingkat industrialisasi berdampak positif dan signifikan terhadap perdagangan environmental goods

The Trade Facilitation Agreement (TFA) of the World Trade Organisation (WTO) aims to reduce the time and cost of international trade by endorsing the most effective approaches for managing goods during cross-border shipments. Despite this goal, no previous study has been done on how TFA affects the trade of environmental goods. Using data from 2017 to 2021, this study uses a random effect panel data model to examine how the TFA affects trade in environmental goods in developing and least-developed countries (LDCs). The outcome demonstrates that there is no evidence that the TFA impacts trade in environmental goods. The result is robust to alternative estimation methods, subsample analysis, and using different standard errors. This might be because the countries' efforts to implement the TFA may not successfully facilitate trade in environmental goods, or the TFA commitment rate may not accurately reflect the countries' actual TFA implementation. However, control variables like GDP, population, and industrialisation level positively and significantly impact trade in environmental goods."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayyub Rachmayadi
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S23985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kemal Adrianto
"Perdagangan internasional adalah salah satu aspek dari kehidupan dimana masyarakat dapat memiliki akses terhadap barang-barang yang pada umumnya susah untuk dijangkau. Untuk mengatur aspek perdagangan internasional, sebuah organisasi diperlukan untuk kepentingan tersebut. World Trade Organization merupakan organisasi yang memiliki fungsi umum sebagai pengatur perdagangan internasional dalam segala aspeknya seperti Langkah-langkah perdagangan, tarif, dan penyelesaian sengketa. Diantara instrumen-instrumen yang dapat dipakai untuk memfasilitasi perdagangan adalah safeguard measure. Safeguard measures memberikan perlindungan terhadap produk yang diimpor dengan jumlah banyak dan dapat menyebabkan atau akan menyebabkan kerugian serius bagi industri domestik negara pengimpor. Regional trade agreements merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua atau lebih negara untuk tujuan perdagangan yang dapat memberi keuntungan bagi mereka seperti pengurangan tarif impor untuk negara-negara yang masuk dalam perjanjiannya. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti pengaturan safeguard measure seperti yang tertuang dalam aturan World Trade Organization dan aturan dalam regional trade agreements dengan metode yuridis normatif. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa perbedaan yang muncul dalam perbandingan aturan-aturannya, seperti jangka waktu, proses notifikasi, kenaikan tarif terhadap produk impor dan proses investigasi. Namun, hal ini tidak berarti bahwa peraturan dalam regional trade agreements berbeda dengan aturan dari World Trade Organization karena mereka saling melengkapi dan anggota regional trade agreements merupakan anggota World Trade Organization juga.

International trade takes part of everyday life to receive products that are normally unavailable. To govern the aspect of international trade, an organization was created for the purpose of it. The World Trade Organization acts as the premier organization in regulating international trade in all its aspects such as trade measures, tariffs, and dispute settlement. Instruments used to facilitate trade are trade remedies with one of them being safeguard measures. Safeguard measures provide protection from imported products that are brought in increased amounts and can or will cause serious injury to a country’s domestic industry. Regional trade agreements are an agreement between two or more countries to partake in a trade agreement that liberalizes tariff for the Parties in the agreement. This thesis will delve to the regulation of safeguard measures in accordance with the World Trade Organization rules as well as the regional trade agreements’ provisions via a judicial normative research method. From the research, there are differences that appear when comparing the provisions, such as difference in duration, notification process, tariff increase to products, and investigation procedures. However, this does not necessarily mean that the regulations under regional trade agreements are different than the World Trade Organization rules as they complement each other, and members of the regional trade agreements are members of the World Trade Organization as well.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Fachrudin
"World Trade Organization (WTO) adalah organisasi perdagangan yang hampir mencakup seluruh peraturan perdagangan. Namun, bagian penting dari setiap aspek perdagangan diatur dalam Regional Trade Agreement (RTA). RTA antara EFTA-Indonesia menimbulkan pertanyaan apakah perjanjian tersebut akan membuat perdagangan menjadi lebih liberal dan juga pertimbangan apa saja yang mendasarinya. Metode penelitian secara normatif dilakukan untuk mengulas hal tersebut. Serta didukung dengan sifat penelitian yang preskriptif dan juga analisis data secara deduktif. Hasil dari penelitian mengemukakan fakta bahwa perjanjian perdagangan tersebut akan membuat perdagangan menjadi lebih liberal bila merujuk pada konsesi bea masuk. Namun, cenderung akan membuat perdagangan menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Berdasarkan fakta demikian, dapat diketahui bahwa dalam merundingkan perjanjian tersebut, Indonesia kurang mempertimbangan aspek ekonomi dari perjanjian bila diuji menurut neraca perdagangan menurut kode HS tertentu. Sehingga, pertimbangan politik merupakan alasan kuat yang utama mengapa Indonesia menegosiasikan RTA dengan EFTA. Preskripsi yang dapat diberikan terkait perjanjian tersebut adalah pertimbangan ekonomi yang lebih diutamakan merujuk kepada neraca perdagangan di mana Indonesia memiliki keunggulan secara komparatif terhadap negara calon mitra dalam RTA berikutnya.

The World Trade Organization (WTO) is an organization that almost covers all regulations.however, the important part of the trade is regulated in the Regional Trade Agremeent (RTA). The RTA between EFTA-Indonesia raises question of whether will the agreement establish trade more liberal and consider what are underlying it. The reseach method is normatively fulfilled to review the subject. The research is supported by prescriptive feature and also the data is deductively analyzed. The result of the research reveal the fact that the agreement would establish trade more liberal if it refers to tariff concessions. But, it tends to create trading more difficult than before. Based on the fact, it can be seen while negotiating the agreement, Indonesia didnot consider the economic aspects if examined according to the balance of payment to specific HS code. Thus, political considerations are the main reason why Indonesia negotiates RTAs to EFTA. The prescriptions that can be given in relations to the agreement is economic considerations should be priory preferred. Refers to the trade balance in which Indonesia has a comparative advantage over to potential partners in the next RTA."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Idham Djamaluddin
"Negara - negara ASEAN yang secara georafis berada di daerah Asia tenggara merupakan daerah tujuan wisatawan baru yang berkembang pesat. Pada sisi kesediaan ada faktor warisan/pusaka yang mempunyai nilai sejarah, keanekaragaman alam, seperti sinar matahari yang cukup, pemandangan alarn seperti pantai, hutan wisata, taman taut, yang dapat dijadikan potensi besar untuk menarik wisatawan asing untuk berkunjung ke wilayah ini.
Dalam studi ini menggunakan gravity model yang diaplikasikan dalam sektor pariwisata dengan tujuan untuk melihat permintaan wisatawan asing di ASEAN-5 dengan menganalisis kedatangan wisatawan asing dari 16 negara asal dengan data panel. Variabel yang digunakan adalali GDP, harga di daerah tujuan, harga di daerah pesaing, biaya transportasi, penggunaan internet dan jumlah populasi usia 16-64 tahun di negara asal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan wisatawan asing ke ASEAN-5 secara umum dipengaruhi oleh GDP daerah tujuan, seperti halnya Malaysia dan Singapura, sedangkan di Indonesia, Thailand dan Philipina mempunyai hubungan yang berlawanan. GDP di negara asal secara signifikan berpengaruh terhadap permintaan wisatawan di negara Malaysia, Thailand dan Philipina, sedangkan di Indonesia dan ASEAN-5 secara umum, mempunyai pengaruh yang berlawanan. Permintaan wisatawan sangat sensitif akan perubahan harga, baik itu harga domestik maupun harga di daerah pesaing. Perubahan harga domestik berpengaruh secara signifikan di Thailand, Philipina dan Singapura, sedangkan di ASEAN-5 secara umum mempunyai arah yang berlawanan. Perubahan harga di daerah pasaing secara signifikan mempengaruhi kinjungan wisatawan ke ASEAN-5. Penggunaan Internet dan jumlah populasi di negara asal mempunyai pengaruh yang berbeda-beda. Sedangkan transportation cost tidak mempunyai pengaruh terhadap kunjungan wisatawan asing ASEAN-5.

ASEAN countries, located geographically within South-East Asia, are currently popular tourism destinations. In terms of attractions they have inherited factors which have highly historical values and natural mixture such as a long period of sun, nature view (beach, forest tourism, and maritime tourism). These attractions have a significant potential to be a magnet for foreign tourist to visit the regions.
The study is based on gravity model in tourism practices. This dissertation is essentially aimed to determine a foreign tourists demand within ASEAN-5 by analyze foreign tourists arrivals from 16 different originated countries using panel data. Variable are GDP, price in the destinations, and price in the competitor destinations, transportation cost, and internet access and population range from 16-64 year old in the originated countries. The analysis revealed that foreign. Tourist demand to ASEAN-5 mostly influences by destinations' GDP, in cases like Malaysia and Singapore; however in Indonesia, Thailand, and Philippine has the opposite result. GDP in the originated countries are significantly influenced to tourist demand in Malaysia, Thailand, and Philippine, on the other hand, the influences doesn't affect to Indonesia and ASEAN-5. Tourist demand is very sensitive to prices fluctuation, whether in domestic prices and competitor regions. Domestic prices fluctuation are considerably influenced to Thailand, Philippine and Singapore, yet in ASEAN-5 doesn't have any affect what so ever. The price fluctuation in competitor regions are considerably influenced tourist visit to ASEAN-5. Internet access and population in the originated countries are varied in their consequences. Then, transportation cost doesn't have any influence to foreign tourists visit to ASEAN-5.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawati Harsono
"Berbicara mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka pada. saat ini ada suatu bidang pembangunan yang sangat menarik untuk diamati, yaitu bidang pariwisata. Pemerintah Indonesia telah menyatakan bahwa pariwisata hendaknya mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan. Pembangunan pariwisata harus memperoleh perhatian khusus, agar supaya pendapatan devisa negara dapat ditingkatkan.
Dalam kepariwisataan di Indonesia terlihat bahwa Bali sampai saat ini masih merupakan sentra utama pariwisata Indonesia atau masih merupakan daerah tujuan utama wisata domestik maupun mancanegara.
Dalam berbagai kesempatan sering terdengar diskusi pro dan kontra tentang perkembangan pariwisata di Bali itu. Terutama mengenai kemungkinan akan hancurnya kebudayaan Bali karena pengaruh berbagai kebudayaan asing yang diperkenalkan para wisatawan. Demikian pula karena terbentuknya budaya masyarakat baru yang timbul karena tumbuhnya industri pariwisata, diperkirakan dapat menggeser nilai budaya, norma sosial dan lain-lain yang merupakan dasar kebudayaan Bali selama ini.
Sesungguhnya kekhawatiran sementara pihak itu terlalu berlebihan kalau diingat bahwa masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan k.ontak-kontak budaya yang mendorong proses akulturasi. Hal ini terbukti dalam aneka ragam kebudayaan yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia sekarang. Perkembangan masyarakat melalui proses akulturasi merupakan hal yang wajar, karena tidak ada masyarakat yang dapat mengandalkan perkembangan kebudayaannya bertumpu pada penemuan-penemuan dan perekayasaan setempat dan akan selalu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya. Sentuhan-sentuhan budaya, asing akan mempercepat proses pengembangan kebudayaan, apabila masyarakat yang bersangkutan telah siap untuk menyerapnya.
Akan tetapi pada saat ini dunia sedang mengalami percepatan interaksi yang luar biasa. Kedatangan wisatawan di Bali dengan segala dampaknya juga mengalami percepatan seperti itu. Adanya pergesekan budaya dan datangnya pengaruh budaya asing yang beruntun, dikhawatirkan tidak memberikan cukup wak.tu untuk mengendapkan proses akulturasi.
Pada saat ini apabila ditinjau dari sudut ekonomi, terlihat besarnya manfaat pariwisata bagi daerah Bali. Akan tetapi oleh karena pembangunan di Indonesia sesuai dengan Garis Garis Besar Haluan Negara berlandaskan kepada Ketahanan Nasional dan Trilogi Pembangunan, maka berbagai keberhasilan di Bali juga harus ditinjau dari aspek pemerataan dan stabilitas."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Joko Juliantono
"ABSTRAK
Saat ini, globalisasi dan liberalisasi tidak dapat dilihat hanya sebagai wacana, melainkan sebagai tantangan yang harus dihadapi. Sebagai suatu fenomena ekonomi, globalisasi dan liberalisasi telah mendorong berbagai bentuk perubahan yang mempersatukan perekonomian dunia ke dalam suatu sistem perekonomian global. Suatu sistem di mana arus perdagangan barang dan jasa sebenarnya sudah tidak bisa lagi dibendung oleh batas-batas kekuasaan politik suatu negara. Dalam arus seperti itulah. World Trade Organization (WTO) sebagai suatu badan yang secara khusus menangani perdagangan internasional, memiliki peran sekaligus pengaruh yang penting bagi perubahan dunia khususnya dalam hal perekonomian.

Dalam forum WTO, isu liberalisasi di bidang pertanian menjadi isu yang paling panas di antara isu isu perdagangan lainnya. lsu inilah yang menyebabkan negara-negara anggota WTO terfragmentasi dalam beberapa kubu kekuatan ekonomi. Dalam suasana perundingan yang timpang dan penuh dengan dominasi, negara-negara berkembang kerap menjadi obyek dari negara-negara maju untuk mempraktikkan liberalisasi perdagangan pada level yang cukup jauh. Akan tetapi, khususnya negara-negara maju menjadi elemen yang paling banyak mengingkari komitmen pasar bebas yang ditunjukkan dengan keengganannya membuka pasar domestik, mengurangi subsidi domestik, maupun mencabut subsidi ekspor.

Sebagai salah satu negara anggota dan pendiri WTO, Indonesia telah terikat dengan berbagai macam perjanjian perdagangan liberal sejak lembaga tersebut didirikan. Akan tetapi, landasan yang melatarbelakangi keikutsertaan serta strategi untuk membela kepentingan nasional dalam menghadapi berbagai perundingan WTO kerap tidak dipersiapkan dengan baik. Masalah- masalah seperti perbedaan karakteristik usaha pertanian Indonesia yang umumnya dikelola oleh petani-petani kecil dengan sarana berupa lahan yang sempit dengan karakteristik industri pertanian negara-negara maju hampir tidak pernah menjadi perhatian pemerintah dalam konteks menghadapi perundingan WTO. Akibatnya, diplomasi pemerintah Indonesia dalam forum-forum WTO tidak memiliki nilai tawar yang memadai untuk menghadang kehendak dominatif dari negara-negara maju.

Bertolak dari hal tersebut, tesis ini disusun sebagai upaya untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan yang muncul sebagai akibat kegagalan diplomasi Indonesia yang hampir bisa dikatakan tidak membawa manfaat bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Dalam upaya itu, tesis ini juga menjelaskan ragam kepentingan yang kerap saling berbenturan dalam forum WTO, serta mengidentifikasi posisi Indonesia dalam forum-forum WTO, khususnya yang membahas liberalisasi di sektor pertanian. Penelaahan lebih jauh terhadap masalah-masalah tersebut dimaksudkan untuk mengkaji peluang-peluang alternatif sebagai jalan keluar dari permasalahan yang kini membelit Indonesia.

Tesis ini berkesimpulan bahwa fenomer.a kegagalan pasar secara global telah semakin menjadi kenyataan. Ancaman tersebut tidak hanya berlaku di pasar internasional, melainkan juga di pasar dalam negeri. Ketidakseimbangan peranan negara dengan pasar menjadi faktor yang mempertinggi aricaman tersebut. Untuk itu diperlukan upaya-upaya baru guna membangun keseimbangan baru antara negara dengan pasar. Hal inilah yang semestinya menjadi perhatian utama dalam diplomasi luar negeri Indonesia, khususnya dalam forum WTO yang membahas masalah liberalisasi pertanian.

"
2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Yusdino
"ABSTRACT
Sejak Oktober Tahun 2009, terdapat Committee on TRIMs yang secara konsisten membahas Local Content Requirements di sektor pertambangan mineral dan batubara di Indonesia yang dinilai melanggar Paragraf 1 (a) Daftar Ilustrasi Perjanjian TRIMs. Skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif dengan tipe pendekatan perundang-undangan. Kesimpulan dari Skripsi ini adalah adanya pengaturan penggunaan barang dalam negeri di sektor pertambangan mineral dan batubara di Indonesia yang tidak sesuai dengan ketentuan Local Content Requirements yang ada dalam kerangka Agreement On Trade-Related Investment Measures (Perjanjian TRIMs). Tidak ada aturan dalam Perjanjian TRIMs yang dapat mengecualikan aturan penggunaan barang dalam negeri di sektor pertambangan mineral dan batubara di Indonesia. Harus dilakukan langkah-langkah penyesuaian oleh pemerintah Indonesia agar Indonesia tidak melanggar komitmennya sebagai negara anggota dari World Trade Organization. Namun, Pemerintah Indonesia harus tetap mendorong kegiatan perdagangan barang dalam negeri.

ABSTRACT
Since October 2009, there has been a Committee on TRIMs that consistently addresses Local Content Requirements in the mineral and coal mining sector in Indonesia which are considered to violate Paragraph 1 (a) List of Illustrations of the Agreement on TRIMs. This thesis is a normative legal research with a type of legislation approach. The conclusion of this thesis is the regulation of the use of domestic goods in the mineral and coal mining sector in Indonesia that are not in accordance with the provisions of the Local Content Requirements contained in the framework of the On Trade-Related Investment Measures Agreement (Agreement on TRIMs). There are no rules in the TRIMs Agreement which can exclude the rules for the use of domestic goods in the mineral and coal mining sector in Indonesia. Adjustments must be made by the Indonesian government so that Indonesia does not violate its commitment as a member state of the World Trade Organization. However, the Indonesian Government must continue to encourage domestic goods trading activities."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>