Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilyk Happy Priyamsari
"Dalam perjanjian penitipan barang tidak dibenarkan menuntut si penitip barang untuk menjunjukkan bukti bahwa memang dialah pemilik barang yang sah. Tetapi dalam praktek penimhunan peti kemas pada Divisi Usaha Terminal Peti Kemas dituntut bukti-bukti berupa D/0 (Delivery Order) asli, identitas diri/surat kuasa dan perhitungan-sewa penumpukan dan gerakan. Di dalam perjanjian penitipan barang itu juga ditetapkan bahwa barang yang dititipkan harus dikembalikan kepada orang yang menitipkan seketika apabila dimintanya sekalipun dalam perjanjian telah ditetapkan suatu waktu lain untuk pengembaliannya. Dalam prakteknya, Divisi Usaha Terminal Peti Kemas memberikan jadwal bagi peti kemas-peti kemas yang hendak diserahkan kepada pemiliknya. Dalam CI (Container Yard) sistem, dapat terjadi perubahan status peti kemas, yaitu dari CY menjadi CPS (Centainer Freight Station). Akibatnya ada barang milik orang/perusahaan lain yang terbawa oleh peti kemas yang semula berstatus CY. Demikian pula dengan peti kemas yang semula berstatus CPS (Container Freight Station) berubah status menjadi CY (Container Yard). Kemungkinan ini bisa terjadi karena ternyata pemilik barang itu hanya seorang, sehingga barang tersebut akan langsung dibawa beserta peti kemasnya. Ini menimbulkan masalah mengenai siapa yang bertanggung jawab memikul biaya pengembalian barang ke tempat semula. Penimbunan peti kemas berunsur perjanjian penitipan barang yang dianalogikan dengan pasal 1709 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Tetapi Divisi Usaha Terminal Peti Kemas tidak pengadakan perjanjian dengan pemitip/pemilik barang. Hal ini akan merugikan pihak penitip/pemilik barang dimana ia berada dalam keudukan yang lemah, sehingga bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan penitipan barang dengan penitipan barang tidak ada kepastian hukum bagi pemilik/penitip barang terebut."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastia Siti Deviena Widodo
"Penelitian ini membahas mengenai variable-variabel yang mempengaruhi efisiensi waktu operasional pelabuhan untuk mekanisme alokasi petikemas Terminal 1, blok 109 hingga 113 di Pelabuhan Tanjung Priok untuk mendapatkan optimalisasi waktu operasional untuk meminimalkan waktu yang diperlukan untuk memuat petikemas dari alokasi masing-masing. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing pelabuhan. Alat statistik yang digunakan adalah pemrograman linier dan variable utama yang harus dipertimbangkan termasuk rencana alokasi petikemas yang sudah ada, jenis petikemas, rencana kegunaan lahan dan tata letak terminal, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan, keterampilan operator dalam menangani peralatan, produktivitas rata-rata peralatan dan waktu berlabuh masing-masing kapal yang ada pada waktu sampel. Penelitian ini membandingkan berbagai strategi dan jalur head truck untuk mendapatkan mekanisme alokasi petikemas paling optimal dengan waktu operasional paling minimum. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa hasil optimasi untuk waktu penanganan kapal mencapai hingga 400% lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang ada meskipun salah satu kapal gagal mencapai optimasi menggunakan perumusan yang diformulasikan dalam studi ini. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini juga membandingkan lokasi berlabuh kapal pada sampel data dan apakah mereka sudah ditugaskan secara strategis ke dermaga masing-masing atau tidak.

This research discusses regarding the variables that affect the port operational time efficiency of the container allocation mechanism of Terminal 1, block 109 to 113 at the Port of Tanjung Priok to obtain an operational time optimization to minimize the time required to load containers from their respective allocation blocks to their vessel. This is done in order to increase the port’s efficiency and the port’s competitiveness. The statistical tool used is linear programming and the main variables that must be considered include the existing container allocation plan, the type of containerized goods, the site layout plan of the terminal, the type and amount of the equipment used, the skill of the operator in handling the equipment, the average productivity of the equipment used and the existing berthing time of the containers. This research compares various strategies and paths in order to obtain the most optimum container allocation mechanism with the minimum operational time. Through this research, it is found that the results of the optimization for the vessels’ handling time reaches up to 400% less in operational time compared to the existing time although one of the vessels fails to obtain an optimization in the handling time. The results obtained through this research also compares the existing dock assignment of the vessels and whether or not they are already strategically assigned to their respective dock or not."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichyar Musa
"ABSTRAK
Transportasi laut merupakan sarana yang penting didalam
pengangkutan barang dan penumpang antar negara maupun dalam
satu negara, khususnya Indonesia yang secara geographis
merupakan negara kepulauan.
Biaya operasi dan biaya angkut tnenggunakan kapal peti kemas
yang lebih murah dibandingkan kapal konvensional dan manfaat
ekonomi peti kemas yang lain, mendorong peningkatan penggunaan
peti kemas untuk pengiriman barang. Meskipun demikian
keuntungan penggunaan peti kemas ini akan kurang bermanfaat
jika pelayanan Pelabuhan Peti Remas kurang efisien dan
efektif.
Untuk memberikan pelayanan yang baik, Pelabuhan Tanjung Priok,
khususnya Divisi Usaha Terminal Peti Kemas (DUTPK), telah
menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Adapun
salah satu diantaranya adalah Sistem Informasi Peti Kemas atau
Sistem Informasi Manajemen Divisi Usaha Terminal Peti Kemas
(SIM DUTPK).
SIM DUTPK yang seperti halnya struktur organisasi DUTPK,
merupakan bagian dari SIM Perum Pelabuhan II. 3ika dilaniut
kan ke tingkat yang lebih atas, SIM Perum Pelabuhan II tidak
dapat dilepaskan dari SIM subsektor perhubungan Laut dan SIM
Sektor Perhubungan. Oleh karena itu pengembangan SIM DUTPK
selain ditujukan untuk mendukung pengoperasian dan pengusahaan
pelabuhan Peti Kemas, juga untuk mendukung kebutuhan /
permintaan data dan SIM tingkat yang lebih atas.
SIM DUTPK pada dasarnya digunakan untuk menjejaki peti
kemas selama berada di pelabuhan, yang pada gilirannya kan
digunakan sebagai data untuk menghitung biaya jasa peti kemas
selama di Pelabuhan. Pembayaran jasa oleh pemilik Peti Kernas
merupakan pendapatan utama Pelabuhan disamping pernbayaran jasa
kapal selama di Pelabuhan.
Selain dari pada itu, SIM DUTPK juge diperlukan untuk membantu
perencanaan operasi seperti perencanaan lapangan penumpukan,
perencanaan kapal, perencanaan penggunaan alat, perencanaan
penggunaan tenaga manusia dan lain?lainnnya. Dengan adanya
perencanaan operasi yang baik, dapat diharapkan pelayanan jasa
pelabuhan akan lebih efisien dan efektif.
Meskipun SIM - DUTPK dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasi pelabuhan, bukan berarti bahwa SIM DUTPK
dapat memecahkan seluruh permasalahan operasional.
Hasil temuan menunjukkan beberapa masalah operasional yang
terjadi dan perlu diatasi dengan cara operasional. Demikian
juga ditemukannya masalah keuangan yang berkaitan dengan
masalah operasi perlu diatasi dengan alternatif prosedur
keuangan.
Adapun masalah yang berkaitan dengan SIM - DUTPK pada umumnya
berkaitan dengan perancangan sistem yang perlu ditingkatkan
dan perlu dibuatnya beberapa aplikasi sistem tambahan.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa masalah operasional yang
berkaitan dengan tingginya jumlah peti kernas yang ditumpuk dan
lamanya rata?rata waktu penurnpukan telah diatasi dengan adanya
Surat Keputusan Direksi Perum Pelabuhan II dan pemindahan ke
lokasi penumpukan di luar area Pelabuhan.
Masalah keuangan yang berkaitan dengan keharusan untuk
membayar secara tunai, sehingga diperkirakan merupakan salah
satu penghambat kelancaran pelayanan, telah diusulkan
alternatif kemungkinan penggunaan mekanisme piutang (account
receivable) terutama untuk perusahaan besar dan bonafid.
Ada 3 alternatif usulan yang diberikan dalam rangka mengatasi
permasalahan SIM-DUTPK, dimana setelah dilakukan pembahasan
dipilih satu alternatif usulan.
Alternatif usulan yang dipilih ialah Perancangan kembali
sietem yang ada dengan menggunakan teknologi yang baru, dan
tetap memanfaatkan peralatan yang ada.
Sebagai tindak lanjut dan usulan tersebut telah
diberikan beberapa saran yang diharapkan dapet mempercepat dan
mengamankan pengembangan SIM-DUTPK.
Saran-saran tersebut antara lain meliputi aspek legalitas yang
mendorong keberhasilan operasi DUTPK, penataan struktur
pengelola SIM, penyetaraan keperangkatan pelaksana SIM dengan
pejabat fungsional Pranata Komputer, dan pembuatan rencana
investasi jangka pendek dan jangka panjang yang berkaitan
dengan pembangunan SIM-DUTPK.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Irfan
"Indonesia memiliki potensi yang sangat luas dalam mengembangkan sektor maritimnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan perdangan. Terminal peti kemas yang menjadi poros perdagangan dunia perlu perhatian lebih dalam hal ini. Kemampuan dari terminal peti kemas untuk menyerap kapal dan melakukan perpindahan barang menjadi faktor kunci dalam memaksimalkan kinerjanya. Angka Utilitas yang terbentuk atas proses tersebut menjadi acuan dalam penilaian tingkat kesibukan terminal peti kemas. Perkembangan teknologi mendorong pengoptimalan kinerja terminal peti kemas dilakukan menggunakan model simulasi. Model akan digunakan sebagai acuan atas proses yang terjadi di lapangan dan menjadi pembanding atas data-data yang sudah didapatkan sebelumnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat model dari terminal peti kemas yang sudah ada dan mensimulasikannya menggunakan software. Permodelan digunakan dalam hal ini untuk merepresentasikan proses yang terjadi pada keadaan sesungguhnya. Model yang sudah dibuat dipastikan kesesuaiannya menggunakan metode verifikasi dan validasi. Kesesuaian output data software dengan kondisi sesungguhnya menjadi pertimbangan utama. Setelah model sesuai dengan kondisi lapangan, maka perhitungan nilai utilitas dermaga dilakukan. Penilitian ini juga ditujukan untuk memahami dan mempelajari beberapa faktor yang memengaruhi angka utilitas dermaga. Faktor tersebut diantaranya adalah kedatangan kapal, jumlah dan waktu antrian, serta proses bongkar muat yang terjadi.

Indonesia has vast potential in developing its maritime sector. One effort that can be done is to maximize trade. The container terminal which is the center of world trade needs more attention in this regard. The ability of the container terminal to absorb ships and to move goods is a key factor in maximizing performance. The Utility Terminal formed by this process becomes a container terminal. Terminal technology encourages optimization of terminal performance by using a simulation model. The model will be used as a reference for the processes that occur in the field and be a comparison of data that has been obtained previously. This research is interesting to make a model of an existing container terminal and succeed it using software. Modeling is used in this case to represent the processes that occur in real situations. The models that have been made are ensured for compliance using the verification and validation methods. Output software Conformity with Conformity is a major consideration. After the model matches the field conditions, the calculation of the dock utility value is performed. This research also helps to consider and focus the factors that influence the dock utility numbers. The factors in question are the arrival of the ship, the number and time of the queue, as well as the loading and unloading process that occurs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Ingrid Rosalyn Indriana
"Indonesia telah dikenal sebagai sebuah negara maritim karena sekitar 67% dari wilayah negara Indonesia adalah laut dan Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang ke-2 di dunia. Menurut fakta, Indonesia memiliki peluang besar untuk membangun kerjasama dengan negara-negara ASEAN lain, terutama dalam pembangunan sektor ekonomi melalui pembangunan infrastruktur maritim. Mengingat peluang besar ini, Indonesia perlu memiliki strategi yang kuat dalam menghadapi tantangan pasar global untuk meningkatkan nilai saing dalam wilayah gerak logistik di antara negara-negara ASEAN lainnya. Salah satu area yang perlu ditingkatkan adalah fasilitas maritim. Faktanya, fasilitas maritim di Indonesia belum cukup optimal dalam kekuatan arus perdagangan dari dan ke Indonesia, sehingga Indonesia membutuhkan perbaikan dalam sistem operasional di pelabuhannya untuk meningkatkan efisiensi kegiatan bongkar-muat kontainer. Jika sistem yang diterapkan lebih efisien daripada sistem konvensional, pelabuhan dapat menghemat waktu proses bongkar-muat kontainer dan juga mengurangi biaya yang dikeluarkan. Penelitian ini akan memberikan pendekatan analisa potensi desain sistem operasional bongkar-muat kontainer untuk mengoptimalkan pergerakan kontainer di pelabuhan dengan studi kasus JICT dan Terminal Teluk Lamong, sistem lalu lintas transportasi darat yang dikombinasikan dengan teknologi magnetik dalam sebuah terminal pelabuhan, serta dampak ekonomis dan teknis dari infrastruktur maritim ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut, studi literatur serta analisa kualitatif dan kuantitatif akan menjadi metode yang tepat untuk digunakan.Sistem usulan pada penelitian ini memiliki total waktu 82.01% lebih cepat dari JICT dan 69.47% dari TTL dan total biaya operasional 39.68% lebih kecil dari JICT dan 24.53% lebih kecil dari TTL. Selanjutnya, sistem ini adalah sistem ramah lingkungan karena sistem tersebut menggunakan mesin yang tidak menghasilkan polusi udara secara berlebihan serta bekerja dengan lebih aman dan cepat secara teknis. Secara keseluruhan, diharapkan sistem ini, jika diterapkan di pelabuhan Indonesia bersama dengan analisa kualitatif dan kuantitatif berdasarkan studi literatur dalam penelitian ini, akan memberikan wawasan yang luas mengenai sistem bongkar- muat kontainer serta menjadi pertimbangan untuk digunakan di pelabuhan-pelabuhan Indonesia.

Indonesia has known as a maritime country since approximately 67% of the country?s area is ocean and Indonesia also has the 2nd longest coastline in the world. According to the facts, Indonesia has great opportunities to build cooperation with another ASEAN countries, especially in economic sector development through maritime infrastructure development. Considering these great opportunities, Indonesia must have a great plan to face global market challenges to improve its competitiveness value within the logistics movement area compared to the other ASEAN countries. One area to improve is maritime facilities. In fact, maritime facilities in Indonesia are not well operated to enhance the power of trade flows from and to Indonesia, therefore Indonesia requires improvement within the operational system in Indonesian ports to increase the efficiency of container loading-unloading activities. If the implemented system is more efficient rather than conventional system, the port may save its time in doing the process of loading-unloading the container. Further, it may also reduce the cost incurred. This study would provide an approach of analyzing operational system design of container loading-unloading to optimize the movement of containers in the port especially in JICT and Port of Lamong Bay, the land transportation traffic system, combined with magnetic technology used by the ports and its economical and technical impacts of this maritime infrastructure.
To achieve the goal, study of literature and SWOT analysis will be the proper method to use. The system proposed in this study has a total time 82.01% faster than JICT and 69.47% faster than TTL with a total operational cost 39.68% cheaper than JICT and 24.53% cheaper than TTL. Moreover, this system is an environmental-friendly system because the system using machineries that not produce excessive air pollution and it will work safer and faster in terms of technical work. Overall, it is expected that this system, if applied in Indonesian ports along with the qualitative and quantitative analyses based on study of literature in this study, will provide broad insight on the system of container loading-unloading as well as a consideration for the use at Indonesian ports.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifai
"Sebagai pelabuhan utama di Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok senantiasa terus menerus dipelihara dan dikembangkan agar tetap dapat mempertahankan fungsinya selaku logistic center kawasan untuk meningkatkan daya saing industri dalam perdagangan internasional dan iklim investasi. Menanggapi hal tersebut PT. Pelabuhan Tanjung Priok selaku anak Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia II Persero yang bertugas dalam mengelola segala proses operasi dan pelayanan jasa kepelabuhanan di Tanjung Priok dituntut untuk meningkatkan kinerja pelayanan bongkar muat terutama pada sektor bongkar muatnya. Pertumbuhan arus peti kemas internasional PT Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 67,11 dari 232,87 ribu TEUs di tahun 2015 menjadi 503,90 ribu TEUs di tahun 2016. Dan untuk pertumbuhan peti kemas domestik sebesar 9,50 132 ribu TEUs menjadi 141 ribu TEUs pada tahun 2016. Dengan jumlah peti kemas yang meningkat setiap tahun dan lokasi Container Yard yang terbatas, PT. Pelabuhan Tanjung Priok menerapkan sistem truck lossing dibeberapa terminal salah satunya di Terminal Peti Kemas Selatan. Penulis melakukan penelitian untuk mengurangi lamanya waktu tunggu truk pengangkut peti kemas sebagai akibat diberlakukannya sistem truck lossing. Proses penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan penjadwalan kedatangan truk pengangkut peti kemas dengan pendekatan Truck Turnaround Time. Dari hasil implementasi penjadwalan tersebut waktu tunggu truck pengangkut peti kemas dapat diturunkan dari 99,28 menit menjadi 48,72 menit.

As the main port in Indonesia, Tanjung Priok Port is always continuously maintained and developed in order to maintain its function as a regional logistics center to improve industrial competitiveness in international trade and investment climate. Responding to this PT. Tanjung Priok Port as a subsidiary of PT. Pelabuhan Indonesia II Persero which is in charge of managing all operations and port services in Tanjung Priok is required to improve the performance of loading and unloading services, especially in the loading and unloading sector. The international container flow flows of PT Pelabuhan Tanjung Priok reach 67.11 from 232,87 thousand TEUs in 2015 to 503,90 thousand TEUs in 2016. And for domestic container growth of 9.50 132 thousand TEUs to 141 thousand TEUs in 2016. With an increasing number of containers each year and a limited Container Yard location, PT. Tanjung Priok Port implements a truck lossing system in several terminals, one of which is in South Container Terminal. The author conducted a study to reduce the length of waiting time for container transport trucks as a result of the application of truck lossing system. The problem solving process is done by scheduling the arrival of container haul truck with Truck Turnaround Time approach. From the results of the scheduling implementation the waiting time of the container truck can be lowered from 99,28 minutes to 48,72 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Amelia
"Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan tersibuk di Indonesia. Pelabuhan dengan kinerja yang efisien sangat diperlukan karena dapat menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok dan memberikan rekomendasi perbaikan pada terminal peti kemas yang terbukti inefisien selama periode waktu observasi yaitu tahun 2013-2018. Nilai efisiensi diperoleh dengan menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) dengan model DEA CCR yang berorientasi input. Jumlah terminal observasi adalah sebanyak 4 terminal peti kemas. Penelitian ini menggunakan enam variabel input yang meliputi berth length, container crane, yard area, RTG, fork lift dan head truck. Sedangkan variabel output yang digunakan adalah volume throughput. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui hanya terdapat 5 DMU yang sudah efisien, sedangkan 19 DMU lainnya masih berada pada kondisi inefisien. Keempat DMU inefisien dengan nilai efisiensi terendah di bawah 60% seluruhnya adalah terminal peti kemas TO3. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan untuk meningkatkan perbaikan efisiensi berdasarkan nilai projected value yang telah didapatkan dari hasil perhitungan DEA.

Priok Port is the busiest port in Indonesia. An efficient performance port is needed because it can reduce logistics costs and improve port competitiveness. This study aims to determine the efficiency of the container terminal at Tanjung Priok Port and provide recommendations for improvement at the container terminal which proved to be inefficient during the observation period of 2013-2018. Efficiency values ​​are obtained by using the non parametric Data Envelopment Analysis (DEA) method with an input-oriented DEA CCR model. The number of observation terminals is 4 container terminals. This study uses six input variabels which include length, container crane, yard area, RTG, fork lift and head truck. While the output variabel used is volume throughput. Based on the results of the study, it is known that there are only 5 DMUs that are already efficient, while 19 other DMUs are still at an inefficient condition. The four inefficient DMUs with the lowest efficiency values ​​below 60% are all TO3 container terminals. Therefore, the authors recommend to improve efficiency improvements based on the projected value that has been obtained from the DEA calculation results."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanzalah Huzaifi
"

Sektor terminal peti kemas menjadi salah satu peranan penting dalam arus perdagangan global. Sebagaimana terminal peti kemas memiliki peranan yang penting sebagai salah satu rantai transportasi dalam membentuk kinerja social dan lingkungan sebagaimana transportasi yang semakin meluas ke seluruh dunia. Bermula dari Kyoto Protocol untuk kapal, trend ramah lingkungan turut juga menarik sector keterminal peti kemasan. Namun, terminal peti kemas sulit menemukan sebuah model, yang serupa dengan karakteristik yang dimilikinya, yang dapat digunakan sebagai pembanding akan kinerja operasional mereka dari aspek produksi emisi CO2. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 di terminal peti kemas peti kemas sehingga memberi gambaran bagaimana sebuah terminal peti kemas melakukan operasionalnya menggunakan model sesuai dengan kondisi ideal berdasarkan peralatan yang ada. Model perhitungan ini menggunakan perhitungan bottom-up dari jumlah aktivitas kerja yang dilakukan oleh terminal peti kemas, jumlah konsumsi bahan bakar sebagai bukan menjadi variable input, melainkan sebagai hasil dari perhitungan model. Adapun yang menjadi variable input adalah throughput, transshipment proses, modalitas transportasi, dan layout terminal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa beberapa aktivitas operasional alat dapat dioptimalkan lagi dengan membandingkan hasil perhitungan emisi CO2 aktual. Pada penelitian ini ditemukan bahwa per TEU-nya menghasilkan emisi CO2 sebesar 11,27 kg di BICT, 8,31 kg di JICT, dan 15,66 kg di TTL dengan perhitungan estimasi emisi yang bersumber energikan diesel dan listrik. Kemudian dengan perhitungan estimasi emisi CO2 hanya pada yang berdampak secara langsung pada terminal peti kemas, yaitu emisi tanpa alat yang bersumber listrik, maka hasilnya adalah 11,27 kg di BICT, 4,23 kg di JICT, dan 7,77 kg di TTL. Penelitian ini dapat berguna bagi terminal peti kemas, sebagaimana penelitian ini dapat menghitung emisi CO2 di terminal peti kemas dengan estimasi kondisi ideal, karena model yang digunakan dapat menyesuaikan dengan karakteristik terminal peti kemas manapun, dan data yang digunakan sebagai variable input tidak sulit untuk didapatkan.

 


The port sector has been playing one of the important roles in global trade as ports are one of the transportational chain-rings in building environmental-social performance. As we all know, the usage of means of transportation are spreading further across the world. Starting with the Kyoto Protocol for ships, the environmentally friendly trend has also drawn in the port sector. However, it is difficult to find a model with the same characteristics as those of the ports as the models. The models can be used to compare the operational performances in the aspect of CO2 emission production. On that basis, this research aimed at estimating the CO2 emissions in peti kemas ports in order to portray how a port deals with its operational matters using models suitable for ideal circumstances based on the available equipment. This calculative system applies the bottom-up calculation of the work activities done in the ports, of the amount of fuel consumption, not as an input variable, but as the result of the calculation of the calculation itself. As for the input variables, they are the throughput, transshipment process, transportational modality and terminal layout. The result shows that several equipment operational activities can be optimized by comparing the results of the calculation of the CO2 actual emissions. In this research, it was found that each TEU produced CO2 emissions as many as 11,27 kg in BICT, 8,31 kg in JICT, and 15,66 kg in TTL, after calculating the emissions which had either diesel or electric power supply. Then, the result of the calculation of only the CO2 emissions which had direct effects on the ports, i.e. the emissions of non-electrically operated equipment, was each TEU produced as many as 11,27 kg in BICT, 4,23 kg in JICT, and 7,77 kg in TTL. This research is potentially of considerable use to ports since it shows how to calculate CO2 emissions in a port under ideal circumstances, the used models can adapt to the characteristics of any port, and the data serving as the input variables are not difficult to get.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S34349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Felicia Kusumaningtyas
"Sebagai negara maritim, Indonesia kerap memanfaatkan transportasi laut dalam jaringan distribusi barang untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Seiring dengan pertumbuhan arus barang dalam peti kemas, pemerintah perlu mengetahui arus peti kemas untuk beberapa tahun mendatang, khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan laut utama di Indonesia. Dengan demikian, pemerintah dapat menyesuaikan fasilitas dermaga yang optimal untuk menghindari banyaknya penumpukan peti kemas maupun antrian kapal di dermaga, ditambah lagi dengan adanya rencana untuk membangun Terminal Peti Kemas Kalibaru (New Tanjung Priok Port) untuk menunjang kinerja Pelabuhan Tanjung Priok.
Metode regresi merupakan salah satu solusi untuk memodelkan estimasi arus peti kemas dengan melihat faktor waktu. Selanjutnya, dilakukan optimasi terhadap dimensi dermaga dan jumlah fasilitas dermaga agar mampu melayani arus peti kemas yang telah diestimasi tersebut, dengan mempertimbangkan faktor kapasitas pelayanan dermaga dan biaya pengadaan fasilitas.

As a maritime country, most domestic and international commodities are distributed through sea transportation in Indonesia. In accordance with the common trends of container-packed products, government should predict container flow that will enter each port for the upcoming years, especially in Tanjung Priok Port, as the main port in Indonesia. By doing so, government could build and expand sea port facilities to anticipate container accummulation and ship queue, in case of the building of New Tanjung Priok Port (Terminal Peti Kemas Kalibaru) that would serve the exceeded container flow from Tanjung Priok.
Regression is a solution for estimation modelling of container flows, by considering time series factor. Then, optimization will be done to find an optimal number for sea port dimension and facilities, by figuring out capacity, productivity, and procurement costs of of terminal facilities.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>