Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79930 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sjaaf de Carya
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S22662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suzan Emiria Tasrip
"A. Masalah Pokok
1. Keadaan Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang letaknya dan geografisnya mempengaruhi situasinya, sehingga memerlukan armada angkutan udara yang dapat menjangkau seluruh wilayah tersebut dengan cepat dan dapat dipertanggung jawabkan keselamatannya.
2. Karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, maka kebutuhan akan alat perhubungan ini banyak dibutuhkan serta dalam jumlah yang banyak.
3. Dimana akhirnya banyak pihak swasta yang mengadakan perjanjian jual-beli tersebut. Dan karena sulitnya memiliki pesawat tersebut karena harganya yang mahal sekali, maka Pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan Udara telah mengeluarkan surat Keputusan Nomor 13/S/1971 yaitu syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan mengenai penggunaan pesawat udara secara komersil di Indonesia.
4. Dalam skripsi ini penulis mencoba mengetengahkan sedikit mengenai perjanjian jual-beli pesawat udara tersebut.
B. Metode Research.
Dalam penulisan ini penulis mencoba membahas persoalan-persoalan berdasarkan data yang diperoleh yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan sesuai dengan judul skripsi.
Cara pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Field research, dengan cara mengadakan wawancara dengan pejabat-pejabat yang penulis anggap mengetahui dan menguasai bidangnya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2. Library research, yaitu pengumpulan data untuk melengkapi isi skripsi. Dimana data-data diambil dari perpustakaan melalui buku-buku, majalah dan peraturan-peraturan hukum serta catatan-catatan kuliah yang pernah penulis terima selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
C. Hal-hal yang ditemukan dalam praktek.
1. Dalam praktek pembelian pesawat terbang disertai dengan saling kepercayaan saja.
2. Dari segi Hukum peraturan-peraturan yang telah ada untuk mengatur masalah-masalah tersebut tidak begitu kuat.
3. Dengan adanya Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 13/S/1971, rupanya hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan mendesak saja tanpa mengingat dasar hukum yang berlaku.
4. Akibatnya peraturan itu agak sukar untuk diterapkan.
5. Pemerintah dalam hal ini Menteri Perhubungan dalam membuat peraturan tidak mempertimbangkan dan tidak memperhatikan efek sampingan dalam hubungannya dengan aspek-aspek yang lainnya.
D. Kesimpulan dan saran.
Kesimpulan
Karena letak geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau, maka dibutuhkan pesawat udara yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan akan alat angkutan yang tepat. Perlu adanya lembaga hukum yang menampung dan mengatur perkembangan-perkembangan yang terjadi khususnya dalam dunia penerbangan dewasa ini.
Saran-saran
1. Perlu dibuatnya undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai jual-beli pesawat terbang untuk memperlancar perkembangan dunia penerbangan.
2. Di dalam membuat peraturan perlu diperhatikan aspek-aspek lain yang mempengaruhi dan efek sampingan yang mungkin timbul.
3. Perlu diperhatikan mengenai syarat-syarat pendaftaran pesawat terbang, agar dapat dengan mudah dioperasikan sesuai dengan keinginan dari pada pemiliknya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Savitri
"Persediaan suatu material menjadi penting karena di dalamnya terkandung modal yang relatif besar dan jika tidak digunakan akan menjadi beban (idle cost). Persoalan persediaan hampir selalu dihadapi oleh semua perusahaan manufaktur atau jasa, begitu juga di PT. Pelita Air Service. Salah satu divisi yang ada di lingkungan perusahaan adalah Procurement Division yang membawahi Warehouse Department. Warehouse Department inilah yang melakukan pengelolaan persediaan material pesawat, termasuk pengawasan terhadap seluruh transaksi mutasi persediaan. Investasi persediaan material pesawat memerlukan biaya tinggi, namun di lain pihak material pesawat tersebut harus siap tersedia di gudang saat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan kegiatan operasional penerbangan perusahaan. Bila tingkat persediaan rendah, maka akan mengurangi kepercayaan pencharter karena harus menunggu material pesawat yang dipesan tiba di gudang. Untuk mencapai tingkat kepuasan pencharter yang diinginkan, perusahaan harus menyimpan persediaan material pesawat sebanyak mungkin dalam gudang. Akibatnya adalah cash yang mati atau menganggur semakin besar dan perputaran persediaan semakin kecil. Oleh karena itu Warehouse Department harus dapat menyeimbangkan tingkat kepuasan pencharter dengan perputaran material pesawat yang tersimpan di gudang. Kerugian menyimpan persediaan bukan hanya dari segi arus kas perusahaan saja, tetapi juga biaya penyimpanan persediaan material pesawat itu sendiri. Semakin banyak jumlah material pesawat, semakin banyak peralatan yang diperlukan untuk mengelolanya, semakin banyak pekerja yang diperlukan untuk mengelolanya, dan semakin besar biaya operasional perusahaan. Selain itu, ketepatan jumlah material pesawat yang tercatat dengan kedaan sebenarnya di dalam gudang juga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Perbedaan pencatatan tersebut terjadi karena ketidaktepatan input data ke dalam sistem dan ketidakdisiplinan petugas gudang dalam melakukan pencatatan atas seluruh transaksi mutasi persediaan. Saat ini, PT. Pelita Air Service menggunakan 2 sistem dalam mengelola persediaan material pesawatnya, yaitu MICS dan SAP. Namun kedua sistem tersebut tidak saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. MICS yang selama ini digunakan tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memperoleh informasi mengenai persediaan material pesawat sehingga beberapa tahap pencatatan masih dilakukan secara manual. Di lain pihak, perusahaan memiliki SAP yang didalamnya terdapat modul Material Management, dimana modul tersebut memiliki fungsi yang sama dengan MICS dan terintegrasi dengan modul lainnya di dalam SAP. Sistem Informasi Persediaan Material Pesawat yang dikembangkan oleh PT. Pelita Air Service sedikit mengubah prosedur pengelolaan persediaan material pesawat sebelumnya. Dengan demikian, pengembangan sistem informasi yang dilakukan PT. Pelita Air Service diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut di atas dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar dalam memberikan pelayanan kepada pencharter. Namun Information System Effectiveness Review perlu dilakukan perusahaan secara periodik dan berkelanjutan untuk menilai dan menganalisa tingkat efektivitas sistem dan teknologi informasi dalam rangka menjawab kebutuhan terkini perusahaan.

Inventory is being important for a business entity because it is contained a big capital and could be an idle cost, if it is not used. Almost every company faces this inventory problem, and so do PT. Pelita Air Service. One of department in PT. Pelita Air Service that manages and handles aircraft?s material inventory is Warehouse Department - Procurement Division, include monitoring all inventory movement transactions. Investment in aircraft?s material inventory needs high cost, nevertheless that materials should be available in warehouse when needed to guarantee flight operation performances. If inventory level is low, then would abridge customer?s satisfaction because they should wait for aircraft?s material orders are ready-to-use. In order to achieve customer?s satisfaction level, the company should store aircraft?s material inventory as many as available in a warehouse. As a consequence, idle cash is bigger than inventory turn over. Because of it, Warehouse Department must balance between customer?s satisfaction level and aircraft?s material inventory turn over. Loss of inventory storage does not come from corporate cash flow only, but also its storage cost. The more amount of aircraft?s material, many tools needed to manage materials, and the bigger operational cost spent. In the other hand, the accuracy of aircraft?s material inventory amounts recorded and physically stored in warehouse are being the problem faced by PT. Pelita Air Service. The differences are caused by inaccuracy of data entry to the system and in disciplinary storekeeper in recording all inventory movement transactions. At this moment, PT. Pelita Air Service implements two information technologies to manage its aircraft?s material inventories, there are MICS and SAP. However both of technologies didn?t integrate each other. MICS which is used for some years could not fulfill company?s needs in acquiring information about aircraft?s material inventory that some recording levels had to do manually. In contrast, company has SAP contained Material Management Module which has the same functions with MICS and being integrated with other modules inside. Material Inventory Information System developed by PT. Pelita Air Service changes at least previous aircraft?s material inventory management procedures. Thus, the developed information system could solve the problems above and increase company market position in order to serve customers. But, management of PT. Pelita Air Service must review the Information System Effectiveness periodically and continually to evaluate and analyze system effectiveness level and its information technology for updating company?s needs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Dahlan
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S49901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siregar, Marthin A.
"ABSTRAK
Melalui metode penelitian kepustakaan dan wawancara serta analisa perundangan penulis mencoba melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat dan menguraikan sampai sejauh manakah realisasi, peiaksanaan Jual beli pesawat udara yang dalam hal ini pesawat udara Boeing 747 yang dilakukan oleh GARUDA dengan The Boeing Company. Sistim Pembelian yang dilakukan adalah Purchase by Installment (Pembelian dengan pembayaran angsuran) yang melibatkan suatu konsorsium Bank. Karena keterbatasan modal yang dimiliki oleh GARUDA maka pembayaran sisa harga pesawat dilakukan dengan cara menerbitkan Promissory Notes (surat hutang piutang) yang diserahkan kepada The Boeing Company pada saat penyerahan pesawat. Surat tersebut kemudian dijual oleh The Boeing Company kepada Konsorsium Bank (APCCL), selanjutnya kewajiban GARUDA untuk melunasi hutangnya secara angsuran kepada APCCL dengan jaminan hak milik atas pesawat udara. Akan tetapi mengenai lembaga jaminan ini belum diatur dalam suatu Undang-undang di Indonesia. Sebab belum adanya status hukum yang jelas akan pesawat udara apakah termasuk benda bergerak atau benda tidak bergerak, menimbulkan permasalahan dalam lembaga jaminan ini. Menurut penulis pesawat udara mi dinarnakan benda yang secara yuridis tidak bergerak atau suatu benda bergerak yang sui generis. Hal tersebut menimbulkan masalah dalam apakah pesawat udara harus dijaminkan secara hipotik atau fiduciair. Perlu dibuatnya undang-undang mengenai status pesawat udara ini, seperti yang diatur terhadap kapal laut dalam KUHD. Lembaga yang paling cocok adalah Hipotik, karena hipotik sudah dikenal dikalangan International seperti yang diatur dalam Convention on the International Recognition of Rights Aircraft 1948. Dalam perjanjian jual beli international selain perlunya dicantumkan pilihan hukum, juga perlu dicantumkan pilihan forum jika terjadi perselisihan. Pada umumnya pilihan forum diserahkan kepada Lembaga Arcitrase dengan alasan penyelesaiannya lebih cepat, murah, tidak banyak formalitas, dan tidak ada publisitas. Dalam setiap jual beli adanya suatu prinsip yang berlaku secara universiil dan perlu dipertahankan (seperti yang diatur dalam pasal 1338 KUHPerd) yaitu kebebasan berkontrak atau prinsip mengikatnya perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak seperti undang-undang."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Dirhamsjah
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyrilla Almaida Pili
"Metode fuzzy-AHP populer digunakan untuk pemilihan alternatif dalam berbagai industri, salah satunya industri aviasi. Sebagai salah satu sektor bisnis aviasi, bisnis sewa pesawat adalah bisnis yang menjanjikan. Sebagai penyedia jasa sewa pesawat, PT. Pelita Air Service sudah melayani berbagai pelanggan dari bermacam-macam industri, kebanyakan berasal dari perusahaan minyak dan gas, menteri, hingga presiden dan wakil presiden RI (pelanggan VVIP), dan pelanggan yang membutuhkan sewa pesawat untuk keperluan dan evakuasi medis. Mengetahui adanya perbedaan dari aspek kebutuhan pelanggan, PT. Pelita Air Service ingin mengembangkan proses bisnis yang berbeda, sehingga 3 ide proses bisnis dengan fokus yang berbeda diajukan: Proses Bisnis 1 yang berfokus terhadap keamanan dan keselamatan, Proses Bisnis 2 yang mengutamakan kenyamanan pelanggan, dan Proses Bisnis 3 yang berfokus terhadap ketersediaan dan kemampuan sumber daya. Fuzzy-AHP diaplikasikan untuk memilih proses bisnis yang sesuai untuk tiap pelanggan. Hasil dari proses pemilihan adalah ditetapkannya proses bisnis 3 untuk perusahaan minyak dan gas, proses bisnis 2 untuk pelanggan VVIP, dan proses bisnis 1 untuk pelanggan yang menyewa pesawat dengan tujuan medis. Ide bisnis proses lalu dipetakan dengan mengacu Airline Process Classification Framework, atau Airline PCF yang merupakan terminologi standar untuk mendefinisikan proses dan ukuran untuk perbandingan yang dibuat oleh APQC.

Fuzzy-AHP method has been used for selection problems in various industry, such as in the aviation industry. One of the promising sectors of the aviation industry in Indonesia is the aircraft charter business. One of the aircraft charter service providers in Indonesia, PT. Pelita Air Service has served various industries; its three main customers include Oil and Gas Producers (OGP) companies, VVIP, such as the ministry, president and vice-president of Indonesia, and customers who charter the aircraft for medical purposes and evacuations (Medivac). Knowing that the customer requirements and needs are different, PT. Pelita Air wants to develop a different business process, thus, three ideas of business processes were proposed: Business Process Idea 1, which focuses on safety and security throughout the flight operations, Business Process Idea 2, which emphasizes customer comfort, and Business Process Idea 3, focusing on resources and skills availability and capacity. The fuzzy-AHP method is conducted to select the most suitable business process idea for each customers. After the selection process, OGP customers have business process idea 3 as their alternative, VVIP customers obtained business process idea 2, and business process idea 1 is selected for Medivac customers. Furthermore, the business process idea is mapped, by benchmarking to Airline Process Classification Framework or Airline PCF, which is the standard for terminology on process definitions and measures for benchmarking established by APQC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tengku Ezni Balqiah
"Kepuasan pelanggan telah banyak menjadi topik penelitian para ahli di bidang pemasaran. Banyak perusahaan juga telah menyadari pentingnya memperhatikan kepuasan pelanggan sebagai alat untuk bersaing. Banyaknya jumlah dan beragamnya hasil penelitian di bidang kepuasan pelanggan mengakibatkan sulitnya mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang sebenarnya paling berpengaruh terhadap kepuasan/ketidakpuasan, dan apa yang dapat diakibatkan oleh kepuasan/ketidakpuasan itu sendiri. Penelitian para ahli memperlihatkan bahwa bukan hanya afeksi saja yang dapat mempengaruhi kepuasan, tetapi banyak faktor. penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh afeksi terhadap faktor-faktor lain seperti yang disampaikan oleh Oliver (1994) yaitu kinerja, kualitas dan diskonfirmasi terhadap kepuasan, penggunaan ulang, serta perilaku keluahan. Sampel yang diteliti adalah penumpang pesawat PT Pelita Air Service pada rute penerbangan Jakarta-Yogjakarta yang sedang berada di dalam pesawat pada saaat penerbangan berlangsung (in flight)"
2002
JMIN-I-1-Feb2002-8
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>