Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Ratna Nurhajarini
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999
899.222 DWI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Turita Indah Setyani
"Tantu Pangelaran (TP) sebagai obyek penelitian visi yang penulis garap, merupakan salah satu upaya untuk meleng_kapi khasanah sastra Jawa. Dan teks TP yang dipergunkan ini adalah teks edisi Pigeaud, sebab teks tersebut telah menja_di teks edisi kritis dan telah pula diterbitkan dangan dicetak dalam huruf latin. Selain itu Pigeaud te1ah berhasil mengangkat TP sebagai buku Jawa tertua yang berisi mitologi Jawa asli, sehingga TP dapat dikatakan sebagai karya sastra Jawa asli. TP sebagai karya sastra Jawa asli tentunya mengandung sebagian warisan rohani dari bangsa Indonesia pada masa si_lam. Dan salah satu kandungan warisan tersebut dapat berupa visi. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan visi yang terkandung dalam TP. Dari tujuan ini kita dapat memperoleh visi yang diinginkan oleh TP itu sendiri, baik secara bagian-bagian maupun secara keseluruhan. Dan mem_peroleh visi/pandangan TP, berarti juga memperoleh visi/pan-dangan pengarangnya, sehingga kita dapat mengetahui betapa sesungguhnya visi pengarang TP itu sendiri.Masalahnya, bagaimana mencari dan menemukan visi TP? Untuk itu diperlukan konsep tentang visi dan metode untuk menganalisa visi tersebut. Visi adalah tanggapan keseluruhan pengarang tentang pengalamannya atas hubungan yang menyeluruh dengan dunia nyata, yang bertitik tolak dari pandangannya sendiri. Dan untuk mencari dan menemukan visi, berdasarkan tema ceritanya, sebab visi itu diungkapkan dalam cerita melalui pelayanan tema. Sedangkan untuk menganalisis visi tersebut, penulis menggunakan metode struktural. Berdasarkan metode ini, karya sastra TP akan dipandang sebagai struktur visi yang terdiri dari unsur-unsur visi yang secara keseluruhan membangun karya sastra TP yang utuh danmenyeluruh. Jadi cara kerja penulis aalam menggarap visi TP, yaitu TP dibagi menurut bagian-bagian ceritanya, dari masing-masing cerita dicari dan ditemukan tema serta ceritanya. Setelah visi ditemukan, dianalisis satu per satu, kemudian barulah disimpulkan secara keseluruhan. Dari keseluruhan penbahasan yang berupaya mengungkapkan visi yang terkandung dalam TP, dapatlah disimpulkan bahwa TP mempunyai dua macam orientasi visi, yaitu 1) visi yang berorientasi Jawa, sangat dominan dan meliputi visi tatanan hidup, visi asal mula, dan visi ajaran; 2) visi yang berorientasi India, tidak dominan dan meliputi visi asal mula serta visi tatanan hidup. Dengan adanya visi yang berorientasi India dalam TP, memberikan pandangan bahwa budaya Jawa tidak menutup kemung_kinan mengadakan penyerapan terhadap budaya luar (asing), dalam hal budaya India, sepanjang diperlukan dan tidak mengubah pola kepribadian budayanya sendiri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas, 1899-
"Contents: Inleiding - De Tekst ; DeTaal ; De Inhoud ; De Tijd, 't land van herkomst, de wijze van samenstelling ..."
s-Gravenhage: Nedel. Boek- en Steendrukkerij voorheen H. L. Smits, 1924
K 899.22 PIG t
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Tashadi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
899.222 TAS r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mumfangati
"ABSTRACT
Serat Wulang Pandhita Tekawardi merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berisi piwulang atau ajaran. Piwulang atau ajaran tersebut pada dasarnya berupa nilai-nilai luhur hasil pemikiran nenek moyang pada masa lampau. Kehidupan masa lampau tercermin dalam karya sastra kuna, khusunya Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Naskah ini sesuai dengan judulnya berisi piwulang atau ajaran, teridiri dari dua bagian: bagian pertama adalah ajaran atau piwulang yang diberikan oleh Pendeta Purwaduksina kepada isterinya: bagian kedua berisi ajaran pendeta Tekawardi yang berada di Gunung Malinggeretna kepada para muridnya. Permasalah dalam kajian ini adalah apa saja kandungan nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Selain itu akan dilihat relevansinya dalam kehidupan masyarakat sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap nilai-nilai budaya dalam Serat Wulang Pandhita Tekawardi. Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif analisis. Hasil kajian menujukan bahwa Serat Wulang Pandhita Tekawardi berisi nilai-nilai yang masih dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam kehidupan masa sekarang. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai religius, nilai kesetiaan, nilai moral, nilai etika, dan nilai didaktis. Oleh karena itu, mempelajari, mengungkapkan, dan melaksanakan ajaran-ajaran yang ada dalam teks tersebut merupakan tindakan yang tepat. Hal ini dimaksudkann agar nilai-nilai luhur tersebut tidak lenyap begitu saja bahkan mampu menjadi ciri jati diri bangsa Indonesia pada umumnya, masyarakat Jawa pada khususnya."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"Teks Bhasa Kakawin Hanan Nirartha (disebut KHN) merupakan sebuah sub-genre sastra kakawin yang berasal dari tradisi sastra Jawa Kuno di Bali. Teks bhasa KHN tersebut diperkirakan ditulis oleh rakawi yang bernama Mpu Nirartha yang relatif produktif berkarya pada zaman pemerintahan raja Dalem Waturengon di Gelgel (1460-1550). Dan ciri-ciri tekstual yang diperlihatkan, teks bhasa KHN ini dapat dikelompokan ke dalam jenis kakawin minor. Naskah-naskah teks Maya KHN yang dikenal hingga kini ada yang berupa naskah lontar dan naskah kertas.
Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini meliputi kritik teks (textual criticism) dan analisis sastra (literary analysis). Kajian dari segi kritik teks atas teks bhasa KHN sangat penting dilakukan, karena dimaksudkan untuk: (a) mendapatkan teks yang paling baik dan paling lengkap isinya dari semua naskah yang digunakan, yang dipilih sebagai teks dasar untuk suntingan teks, dan (b) melakukan kerja kritik teks dan menyajikan hasilnya berupa edisi teks bhasa KHN sebagai bahan bacaan yang baik untuk kepentingan analisis selanjutnya. Pada tahap berikutnya, kajian dari segi kritik sastra bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur puitik dan estetik yang membangun bentuk dan makna yang dikandungnya.
Telaah dan perbandingan atas empat (4) naskah lontar teks bhasa KHN yang digunakan berhasil mengungkapkan, bahwa naskah A (Kirtya No. IVb 284/4) ternyata memiliki bacaan yang paling baik dan lengkap dari segi isinya, serta kolofonnya cukup lengkap. Di samping itu tata penulisannya sangat khas, yang berupa teks interlinier ("semut sedulur'), karena disertai dengan grantang basa(teks terjemahan) dalam bahasa Bali. Oleh karena itu, teks bhasa KHN yang terdapat dalam naskah A sangat menarik dipilih sebagai teks landasan untuk suntingan teks dan hasilnya diterbitkan dalam penelitian ini. Berdasarkan edisi inilah kemudian dilakukan kajian sastra, terutama dari segi unsur-unsur puitik dan estetik yang membentuk struktur karya tersebut sebagai satu kesatuan makna.
Analisis struktur (formal) teks bhasa KHN dilakukan dan aspek sintaksis (mencakup: unsur bunyi/sabdalankara, diksi dan pengimajian, "spasial"/prosodi dan metrum), aspek semantik (mencakup: tema, ruang dan waktu), dan aspek semantik (mencakup: unsur pengujaran, gaya bahasa, dan interpretasi simbolik). Dari analisis tersebut dapat diratik suatu pemahaman dan pemaknaan, bahwa teks bhasa KHN pada dasarnya "menyimpang" dari tradisi kakawin yang dikenal secara umum. Teks bhasa KHN yang terdiri atas: (1) bhasa Nirartha Sanu Sekar, (2) Bhasa Hanan Nirartha, (3) lamban Puspasancaya, (4) bhasa Hanja Hanja Turida, dan (5) bhasa Hanja Hanja Sunsan telah membentuk karya tersebut sebagai sebuah sastra kakawin-lirik ("puisi lirik" Jawa Kuno), yang relatif berbeda dengan kanon sastra kakawin yang umumnya berupa kakawin-naratif karena berporos pada cerita epik (kepahlawanan) dari kavya Sanskerta.
Teks Bhasa KHN pada dasarnya merupakan ungkapan pengembaraan estetis religius dari sang rakawi yang tersublimasi melalui pengujaran "Si Aku Lirik" (Subyek Lirik) yang sedang menahan derita rindu-asmara akibat berpisah dengan Sang Kekasih (vipralambha-srengara). Bentuk-bentuk permainan bunyi (sabdalankara) dan permainan makna (arthalankara) berfungsi melahirkan ungkapan-ungkapan yang bersifat sangat liris-erotis sehingga mendukung tema utama tersebut. Akan tetapi, ungkapan erotisme dalam teks bhasa ini, baik berupa vipralambha-Srengara (`derita cinta-asmara dalam perpisahan') maupun sambhoga-Srengara (`nikmat cinta-asmara dalam penyatuan') pada prinsipnya tidak bersifat genital, melainkan suatu "cinta-asmara" simbolik. Ungkapan liris-erotisme tersebut pada hakikatnya dimaksudkan sebagai suatu cara pemujaan terhadap Dewa Kama sebagai Dewa Keindahan.
Dengan demikian, ajaran filsafat keagamaan yang melandasi dibalik ungkapan erotisme itu (in absentia) adalah pandangan Siwais-Tantris (S'iwa Siddhanta dan Tantra) yang menjadikan penciptaan kakawin sebagai media untuk mencapai penyatuan (silunlun) dengan istadewata. Melalui penikmatan keindahan cinta-asmara dan penikmatan keindahan alam (pasir-wukir) "Si Aku Lirik" melebur di dalamnya, sehingga kakawin itu berfungsi sebagai yantra (yoga estetis), yakni pemujaan kepada Kama (yang menurut Siwa Purana) adalah salah satu "nama" lain dari Dewa Siwa itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wishnu Widoseno
"Penelitian ini membahas mengenai memayu hayuning bawana dalam lagu Kidung Reksabumi karya Pancal15 yang dinyanyikan oleh Sindy Purbawati. Lagu Kidung Reksabumi merupakan lagu berbahasa Jawa yang diunggah pada 17 Desember 2021 di kanal Youtube Sindy Purbawati. Pembahasan dilakukan dengan memahami makna lirik lagu berdasarkan pemaknaan simbolik di balik Kidung Reksabumi. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana representasi memayu hayuning bawana yang termuat dalam lirik lagu Kidung Reksabumi. Untuk menjawab permasalahan tersebut menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes dengan teori ekologi sastra. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa lirik lagu Kidung Reksabumi menggambarkan tindakan manusia yang mengeksploitasi alam sehingga menimbulkan bencana alam gunung meletus sebagai simbol kemurkaan alam. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa lagu Kidung Reksabumi merupakan lagu yang memberikan peringatan akan keberadaan antara manusia dengan alam serta secara tidak langsung mengajak manusia untuk mulai sadar akan pentingnya menjaga alam sebagai tempat tinggalnya. Memayu hayuning bawana dalam lagu diwujudkan melalui bentuk peringatan dari lirik lagu dan berdasarkan kajian ekologi sastra lirik lagu.

This research discusses about memayu hayuning bawana in the song Kidung Reksabumi by Pancal15 sung by Sindy Purbawati. Song Kidung Reksabumi is a Javanese song which was uploaded on December 17, 2021 on the Sindy Purbawati Youtube channel. The discussion is carried out by understanding the meaning of the song lyrics based on the symbolic meaning behind Kidung Reksabumi. The problem of this research show about representation of memayu hayuning bawana contained in the song lyrics Kidung Reksabumi. To answer this problem, Roland Barthes's semiotic approach is used with the theory of literary ecology. The results of the study show that song lyrics Kidung Reksabumi describes human actions that exploit nature causing natural disasters, volcanoes erupt as a symbol of nature's wrath. The conclusion from this research is that the song Kidung Reksabumi is a song which gives a warning of the existence between humans and nature and indirectly invites people to start being aware of the importance of protecting nature as a place to live. Memayu hayuning bawana in the song is manifested through the warning form of the song lyrics and based on the study of the literary ecology of song lyrics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mustikawati
"ABSTRAK
Hal yang dapat dilihat dari Babad Prambanan adalah adanya unsur dan aspek sastra sebagai kesatuan yang membentuk struktur karya sastra, khususnya jenis babad. Unsur sastra yang disorot dalam analisis ini adalah alur, tokoh, tema dan amanat. Sedanqkan dalam aspek sastra yang manjadi pusat peneitian adalah genealogi, mitos, legenda, hagiografi, sugeati dan simbolime. Setelah itu melihat kaitan antara unsur dan aspek sastra dalam Babad Prambanan sebagai satu kesatuan yang membentuk struktur karya sastra.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengupas makna yang terkadung di dalam Babad Prambanan sehigga dapat diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi penelitian bidang ilmu lain.
Penelitian ini menggunakan pendekatan instrinsik, karena karya sastra yang penulis gunakan adalah karya sastra sejarah. Untuk meneliti karya sastra sejarah jenis babad digunakan pendekatan model sastra dengan cara kerja Darusuprapto.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam karya sastra sejarah di dalamnya terkadung unsur dan aspek sastra hubungan antara unsur dan aspek sastra ini cukup erat. Adanya unsur dan aspek sastra menunjukkan adanya suatu kekhasan yang dimiliki karya sastra sejarah.
Babad Prambanan ini lebih condong pada jenis babad yang menitikberatkan pada model sastra daripada fakta sejarah. Karena titik berat terfokus pada model sastra maka peranan unsur dan aspek sastra sangat menonjol untuk membentuk sebuah cerita.

"
1995
S11375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
"ABSTRAK
Masalah lingkungan hidup tertera dalam GBHN TAP MPR II/1993 yang menandaskan bahwa lingkungan hidup merupakan bagian dari ekosistem. Ia berfungsi sebagai penyangga kehidupan lisan dan hayati.
Para penulis sastra sejak lama telah memiliki kepedulian terhadap tata lingkungan yang bersih, sehat, serasi, dan adi.
Kepedulian itu diungkapkan pada karya sastra tertulis maupun lisan, puisi dan prosa dengan mempergunakan sarana pengungkapan berbahasa Jawa Kuna dan Bahasa Jawa Baru.
Karya sastra tertulis pengembangannya dengan penyalinan naskah lama yang beraksara Jawa, Pegon dan Latin. Sedangkan sastra Lisan yang pada umumnya berupa tradisi Lisan, perkembangannya secara lisan melalui jalur horizontal dan vertikal.
Salah satu genre karya sastra Jawa yang mengetahkan maslaah lingkungan adalah teater tradisi Jawa yang mencangkup Pergelaran Wayang Purwa, yang lazim dikenal dengan sebutan pakeliran atau pentas pedalangan.
Penyampaian pesan tentang lingkungan hidup di dalam pentas pedalangan wayang Purwa berupa unsur-unsur pentas pedalangan yang berberntuk: janturan, sulukan,m dan vokal pedalangan lainnya, narasi yang berfungsi sebagai latar untu sesuatu adegan.
Gambaran tentang lingkungan sehat terungkap pula di dalam lirik, yaitu narasi yang diperuntukkan memaparkan keadaan adegan/scene yang berlangsung. Keserasian lingkungan juga ditengahkan melalui vokal pedalangan, yaitu : sulukan, pathetan, sendhon, Ada-ada dan juga pada gerongan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Wijanarko
"Pada umumnya, perempuan Jawa bercitra baik sehingga kerap dimunculkan sebagai bentuk ajaran dalam sastra. Akan tetapi, dalam teks Swara Sěstra justru dimetaforakan sebagai daun senthe, yaitu alegori perempuan muda yang dimadu dengan perempuan yang lebih tua. Persoalan ini menjadi rumit ketika keadaan tersebut terjadi di lingkungan aristokrat Jawa. Berbekal disiplin filologi dengan metode penyuntingan teks dan penerjemahan, fenomena perempuan dalam teks Swara Sěstra akan diungkapkan. Telaah teks secara semiotik melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik kemudian menjadi upaya dalam menafsirkan teks. Pada akhir pembahasan, diketahui bahwa alegori perempuan sebagai senthe merujuk pada citra perempuan Jawa yang tidak baik. Di balik pemaknaan teks tersebut kemudian ditemukan pula bukti bahwa pengalegorian perempuan ini menyeret fakta sejarah tentang maraknya perkawinan endogami di lingkungan bangsawan. Bahkan perilaku tersebut merupakan hal yang subur, terutama di lingkungan dalam tembok istana."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
810 JEN 7:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>