Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ph. Subroto
Cibulan : Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
930.1 SUB k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Radila Adwina
"ABSTRAK
Candi Sukuh merupakan kompleks bangunan suci berbentuk punden berundak dengan tiga teras, yang digunakan pada masa akhir Kerajaan Majapahit, yaitu abad ke-15 M. Setiap teras dihias dengan berbagai relief, baik relief hiasan maupun relief naratif. Penelitian terhadap cerita pada relief-relief naratif tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun mereka menafsirkan cerita yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pula relief naratif yang ceritanya masih berupa dugaan peneliti sebelumnya atau belum pernah diteliti sama sekali. Relief-relief tersebut terbagi ke dalam 13 batu berelief dengan jumlah panil yang berbeda pada tiap batu. Tiap relief disusun dari komponen relief, yang dapat terdiri dari komponen tokoh, binatang, tumbuhan, bangunan, senjata, dan benda lain, yang kemudian dibandingkan dengan penelitian-penelitian relief masa Majapahit sebagai identifikasi awal. Setelah itu, masing-masing komponen disusun sehingga menghasilkan 18 adegan cerita. 18 adegan tersebut kemudian dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna ataupun relief bangunan suci masa Majapahit lainnya sehingga dapat diketahui sumber cerita, dan bila memungkinkan mengetahui adegan tertentu dalam cerita yang sama dengan penggambaran relief.

ABSTRACT
Candi Sukuh is a sacred temple complex shaped like step-pyramid structure with three terraces, that was used on late period of Majapahit Kingdom, around 15th century. Every terrace is decorated with various reliefs, either ornamental relief or narrative relief. The tale of the narrative reliefs had been studied by some researchers, but they had different opinion about it. Besides that, there are allegations on the tale from those reseachers of some other narrative reliefs, and narrative reliefs that have never been studied before. There are 13 carved stones of those narrative reliefs, with one or more panels on each stone. Each relief may consist of various relief components, such as figures, animals, plants, buildings, weapons, and other things. Those components are compared with other studies of relief on Majapahit period to obtain early identifications of the relief. After that, each component is arranged to form 18 tale scenes. The scenes are compared with Ancient Javanese texts or other sacred building reliefs from Majapahit period, so that the source of the tale and, if possible, particular scene of the tale are identified.
"
2016
S65809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radila Adwina
"ABSTRACT
Candi Sukuh merupakan kompleks bangunan suci berbentuk punden berundak dengan tiga teras, yang digunakan pada masa akhir Kerajaan Majapahit, yaitu abad ke-15 M. Setiap teras dihias dengan berbagai relief, baik relief hiasan maupun relief naratif. Penelitian terhadap cerita pada relief-relief naratif tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun mereka menafsirkan cerita yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pula relief naratif yang ceritanya masih berupa dugaan peneliti sebelumnya atau belum pernah diteliti sama sekali. Relief-relief tersebut terbagi ke dalam 13 batu berelief dengan jumlah panil yang berbeda pada tiap batu. Tiap relief disusun dari komponen relief, yang dapat terdiri dari komponen tokoh, binatang, tumbuhan, bangunan, senjata, dan benda lain, yang kemudian dibandingkan dengan penelitian-penelitian relief masa Majapahit sebagai identifikasi awal. Setelah itu, masing-masing komponen disusun sehingga menghasilkan 18 adegan cerita. 18 adegan tersebut kemudian dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna ataupun relief bangunan suci masa Majapahit lainnya sehingga dapat diketahui sumber cerita, dan bila memungkinkan mengetahui adegan tertentu dalam cerita yang sama dengan penggambaran relief.

ABSTRACT
Candi Sukuh is a sacred temple complex shaped like step pyramid structure with three terraces, that was used on late period of Majapahit Kingdom, around 15th century. Every terrace is decorated with various reliefs, either ornamental relief or narrative relief. The tale of the narrative reliefs had been studied by some researchers, but they had different opinion about it. Besides that, there are allegations on the tale from those reseachers of some other narrative reliefs, and narrative reliefs that have never been studied before. There are 13 carved stones of those narrative reliefs, with one or more panels on each stone. Each relief may consist of various relief components, such as figures, animals, plants, buildings, weapons, and other things. Those components are compared with other studies of relief on Majapahit period to obtain early identifications of the relief. After that, each component is arranged to form 18 tale scenes. The scenes are compared with Ancient Javanese texts or other sacred building reliefs from Majapahit period, so that the source of the tale and, if possible, particular scene of the tale are identified."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Surio Ananto
"Alasan Penelitlan di antara mahluk--mahluk ciptaan Tuhan manusia menduduki tempat yang tertinggi, karena ia dikaruniai dengan kecerdasan dan akal yang melebihi mahluk--mahluk lainnya. Sesungguhnya tidak ada yang melebihi kebesaran-nya di antara mahluk kecuali manuaia. Dan dalam diri manusia tidak ada yang lebih besar kecuali kemampuannya dalam berfikir.
Lingkungan geografis yang memberikan tantangan kepada manusia dan telah ditanggapi selama berabad-abad lamanya dengan cara yang efektif, cenderung untuk menumbuhkan kebudayaan yang bercorak khusus dan bersifat regional. Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang erat sekali dan tidak mungkin dipisahkan. Untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang dan keturunan guna meneruskaaa kepandaian, pengalaman dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosenani Kusumastuti
"Pada relief candi Borobudur, yaitu pada relief Karmawibhangga, Lalitavistara, wadariaJtaka, dan Gandawyuha, terlihat lukisan alat-alat musik, antara lain suling, simbal, Lute, ghanta, cangka (terompet yang terbuat dari siput), saran dan gendang. Pemilahan lukisan alat musik pada relief candi Borobudur sebagai titik tolak penelitian dan pembicaraan dalam tulisan ini, dan bukan dari naskah atau sumber lain, didasarkan atas pertimbangan belum adanya penelitian yang mendalam mengenai alat-alat musik yang khusus terlihat pa_da relief candi Borobudur. Dengan mengadakan pengamatan terhadap relief candi, benda temuan seperti area perunggu dan terakota, gong, gents, dan alat musik lainnya, isi tulisan pada prasasti perunggu dan batu, karya sastra Jawa Kuno, dan berita Cina Kuno yang ada hubungannya dengan kerajaan Jawa Tengah dan perkembangan politik dan sejarah budaya Nusantara, terlihat adanya hubungan antara alat musik Indonesia (terutama Jawa dan Bali) dan alat musik negara lain seperti India, Indo_cina, dan Cina (Kunst 1968:2)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddi Sarwono
"Di antara ribuan kepurbakalaan zaman Indonesia kuna yang dapat disaksikan sekarang, candi I3 Borobudur mempunyai bentuk yang sangat lain dari candi-candi yang ada di Indonesia. Karena candi Borobudur tidak mempunyai ruangan di dalamnya, tempat orang melakukan ibadah (Soekmono 1978: 14). Bangunan candinya membentuk sebuah piramida tangga yang berhiaskan tiga teras bundar di atasnya, dan diakhiri dengan stupa besar sebagai kepuncaknya (Magetsari 1981: 9). Di samping itu terdapat juga banyak pahatan-pahatan relief yang mengisi seluruh permulcaan dinding dan pagan langkannya. Relief-relief tersebut ada yang menggambarkan cerita suci, dan ada pula yang berupa bidang bias belaka. Relief yang menggambarkan cerita suci itu masing-masing dibingkai menjadi 1460 pigura, sedangkan relief-relief yang berupa hiasan dipahatkan berkotak-kotak masing-masing berdiri sendiri, seluruhnya berjum_lah 1212 pigura."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Unggul Azul Sjafrie
"Banyak pemikir-pemikir besar masa lalu yang beranggapan bahwa kaum wanita adalah mahluk yang lebihbanyak menggunakan rasa emosinya dari pada logika, serta kurang rasional dalam bertindak (Deckard 1975:1).
Emmanuel Kant, seorang filsuf Jerman yang hidup pada abad ke-18 mengatakan, bahwa sulit dipercaya jika wanita mempunyai kesanggupan untuk mengerti prinsip-prinsip atau Arthur Schopenhauer, seorang filsuf Jerman yang juga hidup pada abad 18 mengatakan, wanita dalam segala hal selalu terbelakang tidak mempunyai kesanggupan untuk berpikir dan berefleksi, posisi wanita berada diantara anak-anak dan laki-laki dewasa, dan pada akhirnya wanita diciptakan hanya sebagai alat pengembang keturunan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresno Yulianto Soekardi
"ABSTRAK
Dari sekian banyaknya karangan tentang bangunan-bangunan candi di Indonesia, candi Borobudur merupakan salah sahu candi yang sudah sering dibicarakan. Penelitian terhadap candi itu meliputi berbagai aspek, seperti arsitektur. geologis, kimiawi, historis, maupun arkeologis. Aneka ragam penelitian itu sudah barang tentu melibatkan berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Candi Borobudur mulai muncul dari kegelapan masa lalu ketika Raffles, Gubernur Jendral Inggris yang bertugas di Indonesia, mendapat keterangan tentang adanya sebuab candi besar yang disebut Candi Borobudur, terletak di desa Bumisegoro, dekat Magelang, propinsi Jawa Tengah (Soekmono 1981:21). Selanjutnya, Raffles menguraikan tentang candi itu meskipun secara singkat di dalam bukunya yang terkenal, History of Java {1965).
Semenjak itu, makin barnyak karya tulis di terbitkan oleh peneliti aging tentang candi. Borobudur. Krom (1920) dan Erp (1931 misalnya, telah menerbitkan karya besar mereka berupa monografi sebanyak 2 jilid dan 3 album. Belum lagi karang_an-karangan baik dalam bentuk buku maupun artikel yang tak terhitung jumlahnya...

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cita Kismayanti
"Bangunan suci sebagai tempat yangsakral dilengkapi ragam hias arsitektural maupun ornamental. Ragam hias ornamental pada bangunan suci meliputi relief naratif dan relief dekoratif. Ragam hias ini dapat menambah nilai kesakralan bangunan suci karena terdapat makna tertentu di balik ragam hias tersebut. Salah satu ragam hias yang sering ditemukan pada bangunan suci adalah sulur daun. Relief sulur daun pada candi Borobudur terdapat pada panil tersendiri dan mengapit relief naratif di dinding utama candi pada lorong pertama, ketiga dan keempat, sebannnyak 408 panil. Penggambaran relief sulur daun pada tiap tingkat terdapat perbedaan. Panil-panil relief sulur daun pada lorong pertama berdiri sendiri mengapit naratif di baris atas dinding utama candi, sedangkan pada lorong ketiga dan keempat relief sulur daun berasoiasi dengan pilar semu mengapit naratif di dinding utama. Kemudian, dilihat dari cara penggambaran sulur, relief di lorong pertama dan keempatterlihat lebih sederhana dibanding dengan relief sulur daun di lorong ketiga yang terkesan rumit dan raya. Sementara itu, sulu daun pada lorong ketiga memiliki variasi paling banyak, sedangkan sulur daun di lorong keempat tidak memiliki variasi sulur daun dengan daun yang mengikal pada bagian akhirnya. Sulur daun ini merupakan akar dan tangkai tanaman teratai yang keluar dari umbi teratai (padmamula) dan menjalar ke atas membentuk lingkaran ke kiri dan ke kanan, kemudian pada bagian akhir sulurnya terdapat daun-daun yang mengikal, bunga teratai yang setengah mekar ataupun bunga teratai dengan burung yang hinggap di atasnya. Setiap bagian dari tanaman tertai tersebut mengalami variasi pengambaran yang berbeda-beda. Untuk mengetahui berbagai variasi dari relief sulur daun pada can Borobudur, maka terlebih dahulu relief-relief sulur daun ini diklasifikasikan berdasarkan atribut penentu dari ragam hias tersebut..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Ratnadi
"Relief Candi Borobudur, yaitu pada relief Jataka-avadhana, Lalitavastara dan karmavibhangga ada dilukiskan alat-alat upacara yang di antaranya dapat dikenali sebagai: ghanta, vajra, dhupa, dipa, pamandyangan, sangku, puspa, wanci (talam berkaki satu) lengkap dengan tutupnya dan semacam bentuk shanti. Diantara alat-alat upacara yang dilukiskan itu ada yang menyerupai alat-alat upacara perunggu hasil penemuan kepurbakalaan yang sekarang disimpa di Meseum Pusat Jakarta. Jenis alat-alat upacara perunggu itu antara lain terdiri atas: ghanta, vajra, dhupa, dipa, sivambha, berkaki tiga (tripada) yang di Bali biasanya dipergunakan oleh pedanda Siwa, svambha berkaki satu (ekapada) yang di Bali biasanya dipakai oleh pedanda Buddha dan disebut pamandyangan, tempat vija/aksata, tempat cendana/gandha, talam berkaki satu yang biasanya dipergunakan sebagai tempat alat-alat upacara atau sesajen sebagaimana masih dilakukan di Bali. Alat-alat perunggu itu diduga berasal dari abad ke-7-15 Masehi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1975
S 11859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>