Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peking: Pustaka Bahasa Asing, 1960
951.05 REP k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Soebagjo
"Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,...;Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,...;Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,...;Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,...;Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,... Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,... Sebelum dapat membicarakan soal komune rakyat pedesaan Cina dan peranannya dalam menciptakan suatu masyarakat sosialis, menuju ke kamunis, perlu lebih dahulu mengetahui bagaimana keadaan dalam negeri Cina menjelang tahun 1958, saat semangat untuk melancarkan gerakan Davuijin (Lompatan Jauh ke depan) mulai ber kobar. Perlu diperhatikan bahwa hasil Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama (1953-1957) sangat memuaskan, khususnya dalam bidang industri. Selama lima tahun produksi industri meningkat 141%; banyak proyek telah selesai dengan bantuan Uni Soviet ; pabrik baja dan tambang batubara di daerah Dongbei . (Manchuria) diperluas serta di Nei Menggu(Mongolia Dalam) dan Wuhan didirikanpabrik-pabrik baru; di sebelah- barat Cina ladangladangminyakdimanfaatkan; pusat-pusat tekstil dihidupkan kembali; jalur kereta api diperluas dan ditunjang oleh konstruksi jalan-jalan raya. Akan tetapi ada ketidak-seimbangan. hasil per_tanian tidak demikian gemilang sehingga terjadi suatu jurang pemisah antara produksi pertanian dan tuntutan industri dan perdagangan luar negeri. Agar pertanian dapat membantu program industrialisasi,..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S13035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setianegara
"Kommune di Tiongkok berkembang dalam tempo yang sangat cepat dan luar biasa. RRT dengan kommune rakyat berhasil merubah Tiongkok menjadi negeri militer yang kuat. RRT menjadi negara dengan industri yang berkembang dengan kuat dan cepat tanpa melupakan pada sektor pertanian, perdagangan, pendidikan dan kebudayaan. "
Djakarta: Bintang Terang, 1960
K 307.774 SET s
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Strong, Anna Louise
Peking: New World Press, 1959
951.05 STR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shehan Aulia Ilham
"Artikel ini membahas tentang implementasi konsep Kebangkitan Damai Tiongkok dalam kebijakan luar negeri RRT era kepemimpinan Presiden Hu Jintao (2003—2013). Konsep Kebangkitan Damai Tiongkok ini dikemukakan untuk memberikan visi yang kredibel mengenai masa depan hubungan Republik Rakyat Tiongkok dengan dunia internasional pasca muncul dan berkembangnya berbagai opini hingga teori tentang Ancaman Tiongkok pada tahun 1990-an. Metode penelitian yang digunakan pada artikel ini adalah metode penelitian sejarah, yang mencakup proses heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Artikel ini juga membahas sejauh mana peran konsep Kebangkitan Damai Tiongkok mampu menekan stigma yang muncul dari teori Ancaman Tiongkok dan bentuk implementasinya pada kebijakan luar negeri RRT era pemerintahan Hu Jintao. Hasil analisis atas perkembangan politik Luar Negeri RRT era 2003—2013 menunjukan bahwa keputusan Hu Jintao untuk mengimplementasikan konsep Kebangkitan Damai Tiongkok dalam kebijakan luar negeri terbukti efektif untuk meredam teori Ancaman Tiongkok dan meyakinkan banyak negara untuk menaruh kepercayaan terhadap RRT. Hal itu antara lain terbukti dari meningkatnya kerja sama antara RRT dengan organisasi internasional maupun negara-negara di dunia.

This article discuss about the implementation of China Peaceful Rise Concept on People’s Republic of China foreign policy under Hu Jintao (2003-2013). The concept of China peaceful rise was proposed to provide a credible vision on the People's Republic of China's future relations with the international world after a large number of opinions to theory about China Threat that emerged and developed in the 1990s. The research method used in this article is the historical research method, which includes the process of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. This article also discusses the role of this concept in suppressing the stigma formed by Chinese threat theory and it’s implementation on China’s foreign policy under Hu Jintao. The results analysis on the development of Chinese foreign policy in the 2003-2013 era showed that Hu Jintao's decision to implement the concept of China Peaceful Rise on China foreign policy proved to be effective in suppressing the Chinese Threat theory and convincing many countries to put their trust in China. This was proved by the increased cooperation between China and international organizations and many countries all over the world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fraser, Angus M.
Jakarta: Yayasan Paritrana, 1974
320.951 FRA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ganang Wira Pradana
"Penelitian ini berusaha menjawab penyebab kegagalan aksi diplomasi koersi Republik Rakyat Tiongkok terhadap Korea Selatan pasca keputusan Korea Selatan untuk menggelar sistem pertahanan udara THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) yang dianggap mengancam keamanan nasional Tiongkok. Pihak pemerintah Tiongkok menggelar aksi retaliasi berupa sanksi informal dalam bentuk boikot tidak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi Korea Selatan seperti pariwisata, usaha perdagangan, produk produk dan budaya Korea Selatan / Hallyu. Diplomasi koersi yang Tiongkok lakukan menggunakan strategi Try and See dan Gradual Turning of the Screw pada awal 2016 hingga 2017 agar pemerintah Korea Selatan menarik kembali sistem pertahanan THAAD tersebut. Dengan menerapkan teori efektifitas diplomasi koersi serta metode kualitatif, penelitian ini menemukan jawaban bahwa tidak berhasilnya aksi diplomasi koersi yang dijalankan Tiongkok pada periode 2016-2017 diakibatkan dari tidak terpenuhinya variabel efektifitas diplomasi koersi yakni legitimasi tujuan dan permintaan, kredibilitas ancaman, reputasi aktor, asimetri motivasi, serta insentif yang ada.

This study seeks analyze the causes of the failure of the People's Republic of China's coercive diplomacy against South Korea after South Korea's decision to deploy the THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) air defense system which is considered a threat to China's national security. The Chinese government held a retaliation act in the form of informal sanctions of various aspects of the South Korean economy such as tourism, trade businesses, products and South Korean Hallyu culture. China's coercive diplomacy uses the Try and See and Gradual Turning of the Screw strategies in early 2016 to 2017 to get the South Korean government to withdraw the THAAD defense system. By using the theory of the coercive diplomacy effectiveness and qualitative methods, this study finds the answer that the failed coercive diplomacy attempt carried out by China in the 2016-2017 period resulted from the unfulfilled variables of the coercive diplomacy effectiveness, namely the legitimacy of goals and demands, credibility of threats, actor reputation, asymmetry of motivation, as well the incentives."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Darma Putra
"Pecahnya Perang Teluk tahun 1991 yang diawali dengan invasi Irak atas Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990, bergulir menjadi suatu peperangan yang pada tahap berikutnya melibatkan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya dalam perang tersebut melalui suatu penyerbuan ke Irak pada tahun 1991, yang berlandaskan pada resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 678 yang memberikan mandat untuk menggunakan kekuatan bersenjata dalam menghadapi Irak atas invasinya terhadap Kuwait.
Dilain sisi, Republik Rakyat Cina (RRC) memandang terjadinya Perang Teluk 1991 sebagai manifestasi global Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya dalam mempertahankan kepentingannya di wilayah Timur Tengah melalui penggunaan instrumen militer. Oleh karena itu terjadinya Perang Teluk tahun 1991 telah menstimulir pemerintah RRC untuk memodernisasi kekuatan bersenjatanya, yang dicetuskan oleh Komisi Militer Pusat dalam Kongres Rakyat Nasional pada bulan Oktober 1992. Tesis dengan judul "Modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat Republik Rakyat Cina Pasca Perang Teluk 1991", dimaksudkan untuk memaparkan hubungan antara terjadinya Perang Teluk tahun 1991 dengan langkah kebijakan modernisasi di bidang militer yang ditempuh oleh pemerintah RRC.
Konsep yang digunakan untuk menelaah masalah adalah konsep modernisasi sebagai konsep utama, yang dalam pengertiannya secara luas modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Dalam rangka mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Kemudian untuk melakukan modernisasi dalam bidang militer yang sebenarnya merupakan bagian dari program 4 modernisasi yang telah dicetuskan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1977, secara lebih spesifik setelah terjadinya perang teluk 1991 kalangan petinggi militer di RRC melakukan modernisasi dengan merujuk pada inovasi yang dikenal dengan sebutan Revolutionary in Military Affairs (RMA) yang memadukan modernisasi di bidang persenjataan dengan berbagai konsep operasi militer yang inovatif.
Penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif yang berupaya untuk menjawab pertanyaan mengenai, bagaimana proses modernisasi TPR RRC setelah terjadinya Perang Teluk 1991.
Berdasarkan dari data yang ada maka dapat dijelaskan bahwa program modernisasi TPR telah dicetuskan sejak tahun 1977 oleh Deng Xiaoping dalam program 4 modernisasi, kemudian dengan adanya revisi doktrin TPR oleh Deng Xiaoping dan para jenderal senior berupa direvisinya doktrin People's War menjadi People's War Under Modern Conditions, menjadi fondasi bagi modernisasi TPR. Setelah terjadinya Perang Teluk-1991, penjabaran dari modern conditions memiliki esensi berupa perubahan dalam strategi TPR yang sebelumnya memfokuskan pada pertahanan massif menjadi militer yang professional secara persenjataan dan relatif terlatih."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I. Wibowo
Jakarta: Gramedia, 2000
320.951 WIB n (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>