Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahajan, V.K.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1981
621.90023 MAH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuke Ferdilia Prasiwi
"Die soldering merupakan masalah yang sering terjadi dalam proses Die Casting. Die soldering merupakan peristiwa penempelan aluminium cair dengan baja sebagai material cetakan yang mengakibatkan produk cor sulit dilepaskan dari cetakan. Untuk meminimalisasi die soldering, dilakukan perlakuan pada permukaan baja 8407 Supreme dan Dievar berupa nitridisasi dan shot peening. Pada penelitian ini, baja 8407 Supreme dan Dievar diberi dua variabel perlakuan permukaan, yaitu : shot peening dan nitriding-shot peening yang selanjutnya dilakukan pencelupan pada Aluminium ADC12 cair dengan tiga variabel waktu pencelupan, yaitu : 0,5; 5; 30 menit. Karakterisasi yang dilakukan adalah kekerasan makro, kekerasan mikro, pengamatan struktur mikro, identifikasi fasa dan senyawa intermetalik serta kehilangan berat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baja 8407 Supreme dan Dievar dengan perlakuan nitriding? shot peening memiliki kekerasan mikro dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan perlakuan shot peening saja. Pada baja 8407 Supreme ketebalan compact layer berkurang dari 19 μm menjadi 17 μm dan ketebalan broken layer berkurang dari 96 μm menjadi 80 μm. Pada baja Dievar ketebalan compact layer berkurang dari 38 μm menjadi 19 μm dan ketebalan broken layer berkurang dari 119 μm menjadi 45 μm. Hal ini mengindikasikan baja 8407 Supreme dan Dievar yang diberi perlakuan nitriding-shot peening memiliki ketahanan terhadap die soldering yang lebih baik dibandingkan dengan hanya dilakukan shot peening.

Die soldering is a problem happened in High Pressure Die Casting (HPDC). Die soldering is sticking phenomenon between molten aluminium with the surface of steel which makes cast product difficult to eject. In order to minimize die soldering, surface treatments such as shot peening and nitriding were done on the 8407 Supreme steel and Dievar steel. In this research, 8407 Supreme steel and Dievar steel were treated by two variables shot peening and nitriding-shot peening dipped into molten aluminum alloy ADC12 and with three variables of dipped times 0.5; 5; 30 minutes. Characterization included surface hardness, microstructure observation, identification of phase and intermetallic compund and weight loss.
The results of the investigation shown that 8407 Supreme steel and Dievar steel are treated by nitriding?shot peening have two times higher of hardness than are treated by shot peening. On 8407 Supreme steel the thickness of compact layer decreased from 19 μm to 17 μm and the thickness of broken layer also decreased from 96 μm to 80 μm. On Dievar steel the thickness of compact layer decreased from 38 μm to 19 μm and the thickness of broken layer also decreased from 119 μm to 45 μm. These results prove that 8407 Supreme steel and Dievar steel are treated by nitriding?shot peening have a better resistance to die soldering than are treated by shot peening.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ariati
"In this study, H13 tool steel and Cr-Mo-V steel were treated by two different types of surface treatments, i.e. double shot peening with nitriding and single shot peening. Samples were dipped into the molten aluminum alloy ADC12 as a simulation of the die casting process and held there for 0.5, 5, and 30 minutes. Several characteristics were analyzed, including surface hardness, microstructure observation, and identification of elements on the intermetallic layer formed. The results of the research showed that H13 steel treated by double shot peening with nitriding had higher surface hardness (1402 VHN) than when treated by shot peening only (536 VHN). A similar tendency emerged with the Cr-Mo-V steel, which had 1402 VHN and 503 VHN after treatment with double shot peening with nitriding and the single shot peening process. In addition, with a dipping time of 30 minutes, the H13 steel treated by double shot peening with nitriding produced a lower average thickness of the compact intermetallic layer. Moreover, double shot peening did not form a broken intermetallic layer, while single shot peening formed one (91.66 µm). Likewise, the Cr-Mo-V steel treated by double shot peening with nitriding produced a thinner compact intermetallic layer than single shot peening, 22.2 µm vs. 27.77 µm, as well as a lower average thickness of the broken intermetallic layer, 40.2 µm vs. 113 µm. This indicates that material treated by double shot peening with nitriding could minimize the occurrence of die soldering."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Allsop, D.F.
Oxford: Pergamon Press, 1983
671.253 ALL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Herliawan
"Karakterisasi soldering pada die casting mengharuskan cetakan memiliki ketahanan erosi dan juga bebas dari kegetasan white layer pada nitriding. Penggabungan Shot peening dan nitriding adalah proses perlakuan pada permukaan yang biasa digunakan untuk meningkatkan kekuatan untuk komponen struktural maupun mekanis Pada penelitian ini material H13 pebanding yaitu H13 Premium dan H13 Superior yang masing masing dilakukan 5 variasi proses perlakuan permukaan dan 2 variasi waktu tahan pada proses nitriding kemudian dicelup ke dalam lelehan alumunium ADC12 pada temperatur 680°C dan di tahan selama 30 detik, 5 menit, dan 30 menit.
Karakterisasi permukaan baja difokuskan pada struktur mikro, distribusi kekerasan, komposisi kimia, kekasaran permukaan, dan kehilangan berat dari baja perkakas H13. Hasilya didapat H13 modifikasi menunjukkan kekerasan hingga 1416 HV serta selisih ketebalan lapisan compound dan broken layer pada soldering yaitu 13.35 μm dan 73.14 μm dibandingkan dengan shot peening saja. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variasi shot peening sebelum dan sesudah nitriding menghasilkan ketahanan soldering yang lebih baik.

Soldering characteristic on die casting makes it's should be has high wearability erotion and also realeased from white layer embrittlement on nitriding process. Both of shot peening and nitriding are kind of process which can increasing surface strength characterization in structural or mechanical components and also as an effective way to prevent soldering. In this case research, H13 tool steel will be compared with supreme and superior which each part of materal has 5 combination surface treatment and 2 kind of holding time of nitriding. Then dipped into the molten of ADC12 Alumnium at temperature 680°C and held for 30 second, 5 minutes and 30 minutes.
Characterizations on the surface of the steel were focused on the microstructure, microhardness profile, chemical composition, surface roughness, and weight loss of the H13 tool steel. Result found that H13 modification show hardness until 1416 HV and diffence thickness compound and broken layer on soldering 13.35 μm and 73.14 μm compare with only shot peening treatment. This research result showed that best resistance to soldering create from combination shot peening before and after nitriding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukfawan Trijati
"Salah satu jenis paduan aluminium-silikon tuang yang digunakan pada industri otomotif adalah AC4B, antara lain untuk komponen cylinder head dengan proses Low Pressure Die Casting (LPDC). Masalah dominan pada proses pengecoran LPDC adalah cacat kebocoran akibat shrinkage. Untuk mengatasi masalah ini, sering ditambahkan penghalus butir titanium yang berfungsi sebagai partikel pengintian awal dan diharapkan dapat mengontrol laju pembekuan sehingga distribusi shrinkage yang terjadi akan lebih merata. Masalah lain yang juga timbul adalah fading karena siklus proses LPDC yag mencapai 4 jam. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan studi mengenai waktu fading dari penambahan penghalus butir.
Penghalus butir yang ditambahkan pada penelitian ini sebesar 0,072 wt. % Ti. Siklus proses pada mesin LPDC berlangsung selama 4 jam, oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap berapa lama waktu pemudaran (fading) dari penghalus butir titanium. Lama waktu pemudaran (fading) diamati melalui pengujian kekerasan, pengujian tarik, dan perhitungan Dendrite Arm Spacing (DAS) melalui pengamatan struktur mikro. Penelitian ini juga menggunakan SEM dan EDAX untuk mengetahui fasa intermetalik yang terbentuk. Sampel terdiri dari dua bagian yaitu pada bagian tipis yang mengalami pembekuan cepat dan pada bagian tebal yang mengalami pembekuan normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan penghalus butir dengan kadar 0,072 wt. % Ti meningkatkan kekerasan, kekuatan tarik, dan berkurangnya DAS. Kekerasan dari paduan AC4B tanpa dan dengan penambahan 0,072 wt. % Ti pada sampel bagian tipis adalah 87,48 BHN dan 91,99 BHN. Kekerasan dari paduan AC4B tanpa dan dengan penambahan 0,072 wt. % Ti pada sampel bagian tebal adalah 83,43 BHN dan 89,42 BHN. Kekuatan tarik dari paduan AC4B tanpa dan dengan penambahan 0,027 wt. % Ti adalah 172,07 MPa dan 128,89 MPa. Sampel bagian tipis mulai mengalami fading setelah 1 jam diamati dari pengujian kekerasan. Sampel bagian tebal mulai mengalami fading pada waktu di bawah 1 jam diamati dari pengujian kekerasan dan perhitungan DAS. Fasa intermetalik yang dapat diamati adalah adalah Al2Cu yang berwarna terang, β-Al15(Fe,Mn)3Si2 yang berwarna abu abu muda (jarum atau blok), fasa Si (jarum) yang berwarna abu abu gelap, dan matriks aluminium.

AC4B is one of aluminium silicon cast alloys used on automotive industries for producing cylinder head with Low Pressure Die Casting (LPDC). The main problem on LPDC process is leakage caused by shrinkage. To counter these problem, titanium grain refiner which acts as early nucleant agent was added to control the solidification rate, which leads to more distributed shrinkage. Other problems that also occurred is fading, due to 4 hours cycle process of LPDC. This research was conducted to study the effect of fading from the addition of grain refiner.
The addition of grain refiner on this research was 0.072 wt. % Ti. The process cycle on LPDC is four hours, so the research was conducted to study fading time of titanium grain refiner. Fading time was observed through hardness testing, tensile testing, and microstructure examination to count Dendrite Arm Spacing value. SEM and EDAX observation was also conducted to read phases that occur. Samples was taken from thin part which has high solidification rate and thick part which has low solidification rate.
This results shows that grain refiner addition with 0.072 wt. % Ti increased hardness, tensile strength, and decreased DAS value. The hardness value from AC4B alloy without and with 0.072 wt. % Ti addition on thin parts are 87.48 BHN and 91.99 BHN. The hardness value from AC4B alloy without and with the addition of 0.072 wt. % Ti on thick parts are 83.43 BHN and 89.42 BHN. Tensile strength on AC4B without and with the addition of 0.072 wt. % Ti are 172.07 MPa and 128.89 MPa. Fading on thin parts occurred after 1 hour and observed from hardness testing value. On thick parts, fading occurred under 1 hour and observed from hardness testing and DAS examination. Intermetallic phases that occurred are white Al2Cu, light grey β-Al15(Fe,Mn)3Si2 (acicular or blocky), dark gre Si phases (acicular), and aluminium matrix.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
"Tingkat reject yang tinggi merupakan kendala yang banyak dihadapi oleh industri komponen otomotif dalam memenuhi tingginya kebutuhan kendaraan bermotor. Proses yang digunakan dalam produksi pembuatan komponen otomotif umumnya adalah proses high pressure die casting dengan bahan baku ADC 12. Reject yang paling banyak terjadi adalah cacat porosiras dan shrinkage, yang disebabkan diantaranya oleh kualitas bahan baku ADC 12 dan kontrol proses yang kurang baik. Penelitian ini dirujukan untuk mengevaluasi jenis dan penyebab cacat berdasarkan tinjauan bahan baku material ADC 12 dan tinjauan kontrol proses. Pada penelitian ini diambil sara produk komponen yang banyak mengalami cacat selama periode Mei-September 2004, terhadap produk tersebut dilakukan pengamatan visual untuk melihat jenis cacat yang terjadi dan untuk memastikan secara tepat jenis cacat dilakukan pengujian SEM. Untuk mengidentfikasi penyebab cacar dilakukan evaluasi proses aktual di Iapangan (current process) dan evaluasi bahan baku ingot yang digunakan dalam pembuatan produk tersebut. Evaluasi bahan baku ingot dilakukan dengan melakukan serangkaian pengujian terhadap empat jenis ingot yang digunakan pengujian yang dilakukan pada sample ingot tersebut yaitu pengujian komposisi kimia, pengujian metalografi, SEM dan EDAX. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa cacat yang paling banyak adalah cacat berupa porositas gas dan mikroshrinkage. Kedua cacat ini umumnya disebabkan oleh kualitas ingot yang kurang baik karena banyak ditemukan pengotor sehingga menyebabkan banyak gas terperangkap dan nilai kualitas turun. Dari current proses juga diremukan bahwa temperatur Iebur yang terlalu tinggi menyebabkan cacar porositas. Untuk mengurangi cacat ini dapat dilakukan dengan menurunkan temperatur, menigkatkan kualitas ingot dan meningkatkan nilai fluiditasnya. Untuk meningkaitkan nilai fluiditas ini dapat dicoba untuk dilakukan penelitian dengan penambahan modifier, penghalus bulir (grain refiner), dan meningkatkan rasio ingot-material sisa proses (scrap)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walker, Von Bryce S
Amsterdam: Die Wildnisse Der welt, 1973
917.865 WAL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Baja perkakas pada saat ini merupakan salah satu material yang penting dalam industri manufaktur terutama dalam proses pembentukan dan permesinan. Oleh karena itu perlu terus dilakukan penelitian untuk mengembangkan baja perkakas tersebut.
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengaruh perlakuan sub-zero terhadap sifat mekanis dan struktur mikro dari baja perkakas. Perlakuan sub-zero dilakukan untuk mengurangi jumlah anstenit sisa dan meningkatkan kekerasan baja. Penelitian ini dilakukan pada baja perkakas GOA (O1) yang tergolong baja perkakas pengerjaan dingin. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari sampel yang tidak diberi perlakuan sub-zero sebelum tember dengan sampel yang diberi perlakuan sub-zero sebelum temper pada variasi temperatur temper 400, 450, 500, dan 550ºC. Hasil yang didapat berupa hasil dari pengujian kekerasan dengan metode Rockwell C dan pengujian laju keausan dengan metode Ogoshi, serta struktur mikro dari sampel.
Perlakuan sub-zero yang diberikan pada sampel sebelum proses temper dapat meningkatkan nilai kekerasan, dan menurunkan laju keausan baja perkakas GOA (O1). Sebagai perbandingan, pada temperatur temper 400ºC nilai kekerasan sampel meningkat dari 48,46 HRC tanpa perlakuan sub-zero menjadi 51,46 HRC dengan perlakuan sub-zero. Dan laju keausan sampel berkurang dari 8,25x10^-7mm³/mm tanpa perlakuan sub-zero menjadi 7,49x10^-7mm³/mm dengan perlakuan sub-zero. Struktur mikro dari sampel yang diberi perlakuan sub-zero juga menunjukkan distribusi martensit yang lebih homogen dengan butir yang lebih halus, sehingga dapat diperkirakan jumlah austenit sisa telah berkurang dibandingkan dengan sampel yang tidak diberi perlakuan sub-zero."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Firdaus Nuzulan
"ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh penetrasi impor mesin perkakas terhadap pertumbuhan sektor industri mesin perkakas di Indonesia dengan rentang waktu penelitian selama kurun waktu 1985 - 2014. Metodologi penelitian menggunakan metode Ordinary Least Square OLS . Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penetrasi impor berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan sektor industri mesin perkakas di Indonesia.

ABSTRACT
This study analyses the impact of import penetration of machine tools to machine tools industrial sector growth in Indonesia using data from 1985 to 2014 period. The research methodology using Ordinary Least Square method OLS . The results shows that the increase penetration of import negatively affect to machine tools industrial sector growth in Indonesia."
2017
T47176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>