Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moore, Kenneth C.
California: Security World, 1976
629.136 13 MOO a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sweet, Kathleen M.
Boca Raton: CRC Press, 2009
363.124 SWE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sweet, Kathleen M.
New Jersey: Pearson/Prentice Hall, 2004
363.124 SWE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novy Husaeny
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah proses optimasi terhadap sejumlah penerbangan
dengan suatu periode waktu yang dilakukan secara berurutan (sequential) antar
satu penerbangan dengan penerbangan berikutnya sesuai dengan prinsip first come
first serves. Metode optimasi didasarkan pada prinsip pemilihan rute terpendek
antara titik awal dan akhir pergerakan pesawat di area taxiway, dengan
mempertimbangkan waktu tunggu yang mungkin dihasilkan akibat menghindari
terjadinya konflik dalam pergerakan di area taxiway. Rute terbaik dipilih
berdasarkan total waktu taxiing dan waktu tunggu yang paling minimum diantara
sekumpulan alternatif rute dengan waktu tunggu yang diakibatkan. Kumpulan rute
ditentukan berdasarkan prinsip shortest path dimana penerbangan setelahnya
akan menyesuaikan proses pergerakan terhadap penerbangan yang telah
dioptimasi sebelumnya. Optimasi dibatasi oleh jumlah waktu tunggu maksimal
dan batasan separasi minimum antar pesawat di area taxiway. Proses optimasi
pergerakan pesawat terbang pada area taxiway ditampilkan dalam bentuk
algoritma. Algoritma diujikan pada contoh kasus penerbangan di Bandar Udara
Ngurah Rai Bali. Hasil optimasi dari 10 (sepuluh) nomor penerbangan
menghasilkan nilai total pergerakan sejumlah 384 detik lebih baik daripada proses
pembebanan penerbangan berdasarkan adjustment dari pengontrol lalu lintas
udara (ATC) dengan menggunakan jadwal dan nomor penerbangan yang sama.
ABSTRACT
The purpose of this study is the optimization of the number of flights to a time
period that is done sequentially between one flight to the next flight in
accordance with the principle of first come
first serves. Optimization method based on the principle of choosing the shortest
route between the start and end of the movement of aircraft on
the taxiway area, taking into account the waiting time may result due to avoid any
conflict in the movement in the taxiways area. Best route selected based
on total time Taxiing and the minimum waiting time between a set of alternative
routes to the waiting time caused. Set of the shortest path is determined based
on the principle of cost thereafter which will adjust the movement of
the flight which was previously optimized. Optimization is limited by the amount
of the maximum waiting time and the minimum
limited separation between aircraft on
the taxiway area. Process optimization aircraft movements on taxiways area displa
yed in the form of algorithms. The algorithm was tested on a sample case
of flight at Bali's Ngurah Rai Airport. Optimization results of ten flight
number produces a total value of 384 movements a second better
than the imposition of cost based adjustment of ATC using the schedules and the
same
flight number."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hendro Hartanto
"Runway incursion adalah kejadian apapun di landasan pacu yang melibatkan keberadaan yang tidak semestinya oleh pesawat udara, kendaraan, objek, ataupun orang yang dapat mengakibatkan ancaman terjadinya tabrakan atau mengurangi jarak untuk lepas landas atau bermaksud lepas landas dan mendarat atau bermaksud untuk mendarat. Runway incursion dapat terjadi seiring dengan peningkatan frekuensi penerbangan di tiap-tiap bandar udara dan dapat berakibat kecelakaan serius. Kondisi aktual menunjukan kejadian runway incursion di Indonesia dapat dikatakan jarang sekali terlaporkan sehingga database keselamatan di landasan pacu di Indonesia sangat sedikit. Berdasarkan penelitian mengindikasikan lokasi-lokasi bandar udara di Indonesia yang sering terjadi kejadian runway incursion berdasarkan persepsi pilot, khususnya bagi bandar udara dengan kelengkapan landasan pacu sebagai faktor kontribusi utama runway incursion.

Runway incursion is any occurrence in a runway involving by incorrect presence of aircraft, vehicle, object, or person which may lead to the threat of a collision or reduce the distance to take off or intends to take-off and landing or intending to land. Runway incursion may occur with increasing frequency of flights at each airport, and can be serious accident. Runway incursion in Indonesian airports are often unreported resulting in unreliable runway safety database. This study indicates airports with high frequency of runway incursion based on pilots perceptions, in particular at airport with runway safety compliance at the primary contributing factor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizwan Noor Hasfrian
"Efisiensi merupakan salah satu parameter dalam mengukur kinerja Bandara. Upaya efisiensi dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan mengidentifikasi alokasi input dan output, maka dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisienan. Kegiatan dibandara terbagi atas aspek produksi dan pelayanan baik dari airside maupun landside, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bandara Soekarno Hatta dengan tingkat produksi yang tinggi, tingkat efisiensinya masih rendah bila dibandingkan dengan bandara lain di dunia.
Hasil pengolahan data juga menunjukan bandara yang melakukan pengembangan usaha bisnis dalam meningkatkan pendapatan non aeronautika memliki tingkat efisiensi yang lebih baik. Hasil proyeksi pendapatan, dengan asumsi terdapat peningkatan pendapatan dari pengelolaan konsesi pada infrastruktur terminal penumpang, menunjukkan bahwa proyek pengembangan Bandara Soekarno Hatta dapat dikatakan layak tanpa perlu menaikkan tarif yang berlaku saat ini. Peningkatan pendapatan non aeronautika melalui sisi konsesi di Bandara Soekarno Hatta dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan, waktu tunggu penumpang, variasi produk, serta tingkat harga pada fasilitas konsesi, yang terdapat di Bandara Soekarno Hatta.

Efficiency is one of the parameters to measure the performance of the airport. Efficiency efforts made to achieve maximum results by using available resources, or get the minimum input level to the specified level of output. By identifying the allocation of inputs and outputs, it can be analyzed further to look at the causes of inefficiency. Research carried out by using a case study at Soekarno Hatta Airport, indicate that they are less efficient when compared to other airports in the world. Airport operations efficiency is decomposed into production and service efficiency, decomposed into airside and landside aspects.
The findings show that efficiency in airport production may not guarantee efficiency in the service process of Soekarno Hatta Airport. The finding also showed the positive contribution of aircraft size and non-aeronautical revenues on the efficiency. By doing financial analysis, assuming that there are revenue increased from infrastructure concession management in the passenger terminal, indicates that current airport development project at Soekarno Hatta may be feasible. Increase in non-aeronautical revenue through concessions at the Soekarno-Hatta airport can be done by improving the service, passenger dwelling time, the variety of products, as well as the price level at the concession facility.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Bunga Pertiwi Margaret
"Dalam melakukan kegiatan usaha di suatu pasar, setiap pelaku usaha dengan tegas tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Salah satu dari bentuk kegiatan tersebut adalah perjanjian kartel. Meskipun perjanjian kartel telah dilarang secara eksplisit melalui peraturan perundang-undangan, banyak pelaku usaha yang mencari celah untuk melakukan perjanjian kartel dengan harapan mereka dapat memperoleh keuntungan di atas batas yang wajar. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menelaah faktor-faktor apa saja yang mendorong para pelaku usaha untuk terlibat dalam suatu perjanjian kartel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan meneliti data sekunder yang membahas mengenai praktik persaingan tidak sehat berupa perjanjian kartel yang dilakukan oleh perusahaan maskapai penerbangan baik di Indonesia dan di Uni Eropa. Perjanjian kartel ini marak dilakukan tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di Uni Eropa. Salah satu kasus kartel dalam industri penerbangan di Indonesia adalah dugaan kartel tiket pesawat tercantum dalam Putusan KPPU No. 15/KPPU-I/2019 dan di Uni Eropa terdapat kasus kartel kargo pesawat yang tercantum dalam Putusan Komisi Eropa.
When it comes to carrying out business activities in a certain market, every business actor is explicitly prohibited from carrying out activities that may lead to monopolistic practices and/or unfair business competition. One of these forms of activity is a cartel agreement. Even though cartel agreements have been explicitly prohibited through laws and regulations, many business actors are looking for leeway to enter into cartel agreements in the hope that they can gain profits above reasonable limits. Therefore, this research was conducted with the aim of examining the factors that encourage business actors to be involved in a cartel agreement. The method used in this study is a normative-juridical research method through examining secondary data that discusses unfair competition practices, particularly, in the form of cartel agreements entered into by airline companies both in Indonesia and in the European Union. This cartel agreement is widely implemented not only in Indonesia, but also in the European Union. One of the cartel cases in the aviation industry in Indonesia is the alleged cartel cartel listed in KPPU Decision No.15/KPPU-I/2019 and in the European Union there is an airplane cartel cartel case listed in the European Commission Decision Case At.39258.Cartel agreements are widely implemented not only in Indonesia, but also in the European Union. One of aviation cartel cases in Indonesia is the alleged airplane ticket cartel case based on KPPU Decision No. 15/KPPU-I/2019 and in the European Union, there is an aircraft cargo cartel case based on the European Commission Decision Case At.39258."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiyana Sigi Pertiwi
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum internasional untuk keselamatan penerbangan sipil terhadap bahan dan barang berbahaya dalam pesawat udara beserta metode penerapannya dalam tingkat internasional dan nasional. Metode penelitian yang digunakan bersifat yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder, diantaranya peraturan perundang-undangan dan buku.
Kesimpulan yang diambil dari skripsi ini yaitu keselamatan bahan dan barang berbahaya di udara secara umum diatur oleh Annex 18 Konvensi Chicago 1944 yang harus ditaati oleh semua negara anggota ICAO. Dalam perkara ini, hukum yang digunakan adalah hukum nasional negara anggota ICAO, yaitu Amerika Serikat, yang telah mengadopsi ketentuan Annex 18 Konvensi Chicago ke dalam undang-undangnya, yaitu USC 49.

This thesis aims to learn how international law governs civil aviation safety measures on dangerous goods that are carried onboard an aircraft and its methods of implementations, both internationally and nationally. This research is conducted in normative juridical sense using secondary data, such as legislation, textbooks, and journals.
The conclusion of this thesis is that civil aviation safety on dangerous goods carried onboard aircraft is generally governed by Annex 18 Chicago Convention 1944 in which it must be complied with by all members of ICAO. According to the case of United States v. SabreTech, the governing law used in court is the national law of the respective ICAO members, which is in this case United States of America’s national law, USC 49. This certain law has previously adopted standards contained in Annex 18 Chicago Convention.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birch, Neville Hamilton
Aldershot, Hants: Gower, 1988
629.134 43 BIR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Krause, Shari Stamford
New York: McGraw-Hill, 1996
363.124 1 KRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>