Ditemukan 53335 dokumen yang sesuai dengan query
Ven, Cornelis van de
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991
R 723 VEN r
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Nadhila Adelina
"Dalam pembicaraan mengenai arsitektur di tengah-tengah banyaknya pandangan etika statis, ruang flow dan ruang still merupakan hal yang menarik untuk dibahas karena relasi kedua ruang tersebut dengan gerakan manusia. Gerakan manusia dan arsitektur merupakan dua hal yang berkaitan. Kaitan keduanya dapat terlihat pada ruang flow dan ruang still.
Skripsi ini membahas karakter ruang flow dan ruang still dan bagaimana kedua ruang tersebut berperan dalam arsitektur. Karakter dan peran ruang flow dan ruang still ditunjukkan dari perbedaan antar ruang dan kaitan ruang satu dengan yang lain. Pemahaman akan karakter ruang flow dan ruang still dapat menggugah pandangan baru dalam hal perancangan arsitektur.
In the talks about architecture in the midst of plentiful ethics of statics’ view, space of flow and space of still are interesting things to be discussed, because of their relation to human movement. Human movement and architecture are two things related to each other. Relation berween them can be seen on space of flow and space of still.This tesis discusses characters of space of flow and space of still, and how these spaces have a role in architecture. Space of flow and space of still’s characters and role are shown by differences and relation between each other. Comprehension of spaces of flow and space of still’s characters could inspire new view on architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47311
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Arif Rahman Wahid
"Skripsi ini membahas kemampuan Augmented Reality sebagai visualisasi ruang virtual dalam memperpanjang ruang fisik penggunanya. Saya melihat Augmented Reality memiliki potensi lebih dalam mempengaruhi ruang, tetapi saat ini hanya umum digunakan untuk hiburan. Untuk itu dilakukan studi terhadap penggunaan aplikasi Augmented Reality dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan, interaksi dan pelapisan pada Augmented Reality membuat penggunanya melihat ruang melebihi batas fisik yang ada. Kemudian Augmented Reality memang dapat memudahkan kehidupan dengan mempercepat penerimaan informasi yang dibutuhkan manusia. Walaupun saat ini masih banyak kekurangan, tetapi seiring berkembangnya teknologi bukan tidak mungkin Augmented Reality akan benarbenar menjadi bagian dari keseharian manusia.
This paper presents the potential of Augmented Reality as the cyberspace visualization to have the physical space of the user virtually extended. I see that the Augmented Reality has more chance to influence space, yet it is merely applied for entertainment purposes. A study about applications of Augmented Reality is therefore conducted. We may conclude, the so-called "interaction and layering" on Augmented Reality enable the user to broaden his view on space beyond the physical boundaries. In addition, Augmented Reality can simplify the life through a quick information acquiry. By the advancement of technology, Augmented Reality will be indeed part of human's life, despite its weakness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43254
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Anak Agung Ayu Suci Warakanyaka
"Skripsi ini membahas mengenai peran film dan ruang sinematis dalam perkembangan perancangan arsitektur interior. Film merupakan media yang sangat terikat dengan waktu dan perubahan. Ruang sinematis yang muncul akibat keadaan temporal ini membuat film selangkah lebih maju dari media penyampaian lain yang cenderung statis dan membuat film menjadi media yang paling berpengaruh saat ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana unsur film dan teknik pembentukan ruang sinematisnya dapat diaplikasikan pada perancangan ruang arsitektur interior. Skripsi ini juga membahas mengenai kualitas dan karakteristik film yang sekiranya dapat menjadi pembelajaran untuk memperkaya bidang arsitektur interior.
This thesis discusses the role of film and it`s cinematic space in interior architecture design developments. Film is a medium of space, time and change. Cinematic space, which arising from temporal condition, dynamicization film and differs it from other medium which tend to be static. Cinematic space made film to be the most influential mass media today.The aims of this writings is to determine how film and it`s cinematic techniques can be applied in interior architecture design process. Other aims is to examine the quality and characteristic of cinematic space in interior architecture field enrichment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42459
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Ching, Francis D.K., 1943-
Jakarta: Erlangga, 1999
R 721 CHI at
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Dinda Nadira
"
ABSTRAKArsitektur dan Tari menggunakan ruang sebagai medium untuk menghadirkan tempat bermakna bagi tubuh bereksplorasi secara bebas atau terpola. Ruang dapat bertransformasi dalam mengakomodir gerak yang terwujud akibat pemahaman dan pemaknaan seorang individu terhadap ruang itu sendiri. Seorang koreografer membutuhkan ruang untuk melakukan koreografi, sedangkan seorang arsitek menciptakan ruang dalam rancangannya. Setiap individu akan memaknai setiap ruang nyata dan ruang imajiner yang hadir di sekitarnya. Pemaknaan ini akan memberikan inspirasi penciptaan gerak tubuh dalam ruang. Seorang penari dapat merasakan ruang dengan caranya sendiri. Mereka memahami tubuhnya dan berinteraksi pada ruang melalui gerakan tari.
ABSTRACTArchitecture and Dance are using the space as a medium to present the meaningful space in which the body explores freely in a random or regular fashion. The space can be transformed to accommodate bodily movements as a result of an individual's understanding and meaning towards the space itself. A choreographer requires the space to perform a choreography, while an architect creates the space in his or her design. Every person will give meaning to any real as well as imaginary space present around him / her. The meaning inspires the creation of body movements in the space. A dancer can sense the space with his/her own way. They understand their bodies and interact with space through the dance movements.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59872
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anandya Nur Annisa Chairani
"Conviviality merupakan istilah yang membahas tentang keramahan dalam kehidupan sosial dengan tingkat keragaman yang tinggi dan dapat diimplementasikan ke dalam berbagai konteks. Conviviality dalam arsitektur bermaksud mendesain dengan tujuan membuat sebuah tempat yang ramah, yang mampu mengundang pengguna. Penerapan konsep convivial pada ruang publik dinilai berpotensi untuk meningkatkan kualitas ruang agar mampu mengakomodasi banyak kegiatan dan bertindak sebagai wadah interaksi sosial. Oleh sebab itu, skripsi ini berniat mengkaji serta mengidentifikasi elemen yang berkontribusi terhadap terciptanya sebuah ruang publik yang ramah, yang dapat dianggap convivial. Untuk menjelaskan poin penerapan conviviality di ruang publik secara langsung, skripsi ini menggunakan Tanatap Coffee Ampera sebagai studi kasus. Pendekatan yang digunakan sebagai parameter melihat keramahan berdasar pada convivial public space design yang terdiri atas teori desain konvensional dan tambahan berupa pandangan desain dari segi convivial. Kesimpulan dari skripsi berupa pernyataan terkait adanya keramahan dari Tanatap Coffee Ampera.
Conviviality is a term that discusses the topic of friendliness in social life with a high level of diversity that can be implemented into various contexts. Conviviality in architecture intends to design with the aim of creating a friendly place, capable of inviting users. The implementation of the convivial concept on public spaces is considered to have the potential to improve the quality of space in order to accommodate many activities and act as a forum for social interaction. Therefore, this thesis intends to examine and identify elements that contribute to the creation of a friendly public space, which can be considered convivial. To explain the implementation of conviviality in public spaces directly, this thesis uses Tanatap Coffee Ampera as a case study. The approach used as a parameter for the reflection is based on convivial public space design which consists of conventional design theory and the convivial design theory. The conclusion of the thesis is in the form of a statement related to the existence of conviviality in Tanatap Coffee Ampera."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rahmad Irvan
"
ABSTRAKRetak menjadi penanda kelemahan dan kerusakan suatu bangunan, dan kehadiran retak pasti akan selalu dihindari. Namun, terdapat cerita dibalik hadirnya retak yang menghasilkan performa baru yang menarik dalam bangunan. Potensi dan keindahan retak dapat menghasilkan ruang dengan kualitas yang berbeda dan menarik. Dengan mempelajari cerita atau mekanisme retak, potensi dan keindahan retak diciptakan dengan memanipulasi kehadiran retak didalam arsitektur. Manipulasi retak dilakukan sebagai metode dalam merancang ruang dengan menggunakan pengetahuan tentang cerita retak agar retak yang dihadirkan terlihat alami.
ABSTRACTCrack is a sign of weaknesses and damage in buildings, and the presence of crack is usually avoided. Otherwise, there is story behind the presence of crack which produce new interesting performance in building. The potential and beauty of crack can produce space with different and interesting qualities. By learning the story or mechanism of crack, the potential and beauty of crack can be created by manipulating the presence of crack in architecture. Crack manipulation is done as method in designing space by using the knowledge of story of crack in order to create the presence of crack looks natural."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Frista Puspita Marchamedya
"Dalam praktik arsitektur waktu memberikan dampak yang konstan pada sebuah bangunan yang seringkali dilupakan oleh seorang arsitek. Proses penciptaan sebuah karya diawali dengan sebuah gagasan dan diakhiri oleh sebuah ruang yang terbangun. Bagaimana ruang tersebut berinteraksi terhadap waktu dan perubahan yang terjadi setelahnya. Daur hidup sebuah karya arsitektur sedapatnya berkaca pada daur hidup yang terjadi di alam. Adanya momentum kelahiran yang diikuti oleh proses penuaan yang berujung pada kematian yang diikuti oleh proses dekomposisi. Daur hidup tersebut merupakan sebuah sistem alam yang mampu menjaga keseimbangan alam. Tugas akhir ini berdasar pada gagasan tersebut dalam upaya menyelesaikan masalah kepadatan kota oleh ruang bangun melalui pembahasan potensi proses dekomposisi yang mengeluarkan potensi sebuah material luffa.
In the practice of architecture, time gives a constant amount of impact to a building that is often being forgotten by the architect. The process of creation usually started by an idea and ended with a built environment or a built space but not how the space itself interact with the time changes that happen after. Life cycle of an architecture should be able to mimic the life cycle that happens in nature. Nature has a momentum of birth followed with an aging process that leads to death which still be followed by a decomposition process. Such life cycle is a potent system in nature that is able to maintain balance and sustainability. This graduation project is based of that perspective in the objective to try to solve the suffocicating growth of building that is happening in big cities by redefining and comprehending the potential of a decomposition process leading towards finding the potentials of a luffa sponge in architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Kani Muthmainnah
"Dalam sejarah kolonial di Hindia Belanda terdapat narasi yang berhubungan dengan non-place, terutama dalam bukti sejarah stasiun kereta api pada periode akhir kolonial. Namun, gambaran keadaan stasiun kereta api pada priode Hindia Belanda berbeda dengan gambaran stasiun sebagai non-place. Perbedaan ini pada dasarnya dipengaruhi karena adanya sistem kolonial. Pembahasan non-place dalam konteks kolonialisme dapat menjadi celah kritik yang dapat memunculkan pernyataan baru terhadap konsep non-place.
Stasiun Kereta Api Cianjur dipilih sebagai objek penelitian karena berdasarkan alasan historis juga geografis wilayahnya. Pada periode kolonial, kereta api dan stasiun membawa Cianjur pada kejayaannya di masa lalu sebagai salah satu wilayah yang menghasilkan komiditi perkebunan terkenal.
Berdasarkan pertimbangan topik penelitian yang dipilih, saya menggunakan metode penelitian sejarah untuk menangkap apa yang telah terjadi pada masyarakat, kejadian, dan makna dari stasiun kereta api Cianjur yang muncul pada masa kolonial yang berpengaruh terhadap keadaanya sekarang. Dengan mencari indikasi-indikasi yang menujukkan perbedaan atau kontradiksi dengan konsep non-place melalui penelusuran narasi dan bukti sejarah stasiun serta analisis arsitektur dari stasiun kereta api pada periode kolonial diharapkan dapat menjawab alasan perbedaan gambaran non-place dalam konteks kolonial.
In the colonial history of the Dutch Indies, there were non-place related narratives, especially in the historical evidence of the railway station in the late colonial period. However, the depiction of the state of the train station in the Dutch East Indies period is different from the depiction of the station as non-place. This difference is basically influenced by the existence of colonialism. Non-place in the context of colonialism can be a gap of criticism that can bring new statements to the concept of non-place.Cianjur Railway Station was chosen as the object of this research because it was based on historical and geographical reasons for its territory. In the colonial period, trains and railway stations brought Cianjur to its glory in the past as one of the areas that produced famous plantation commodities.Based on the research topic, I used the historical method to capture what had happened to the community, the events, and the meaning of the Cianjur railway station that happened in the colonial period which had an effect on the present situation. By looking for the indications that show the differences or contradictions with non-place concept through tracing the narratives and evidence of railway history and also base on the analysis of the architecture of the railway station in the colonial period are expected to answer the reasons for the differences in non-place depiction in the colonialism context."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54077
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library