Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995
324.959 8 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Tri Anggini
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perubahan sikap politik harian Pedoman pada pemilihan umum tahun 1955. Harian Pedoman adalah surat kabar yang menyatakan dirinya tidak memiliki keterikatan dengan partai politik. Fakta tersebut kemudian dipatahkan oleh harian Pedoman menjelang hari pemilihan. Keterikatannya pada PSI mulai terlihat sampai akhirnya harian Pedoman mengeluarkan tajuk rencana yang isinya mendukung PSI pada pemilihan umum tahun 1955. Studi sebelumnya membahas posisi dan orientasi harian Pedoman pada masa demokrasi parlementer. Studi tersebut mengungkapkan bahwa berafiliasinya pers dengan partai politik tergantung pada hidup atau matinya partai politik yang menyokongnya. Adapun studi lain membahas pembredelan harian Pedoman. Studi tersebut turut menyatakan Pedoman berafiliasi dengan dicantumkannya lambang PSI dalam terbitan-terbitan harian Pedoman di tahun 1955. Selain itu, studi lainnya menyatakan harian Pedoman sebagai party directed, maknanya adalah surat kabar yang mengarahkan politiknya kepada satu partai. Penelitian ini menggunakan tahapan-tahapan yang ada dalam metode sejarah. Data-data yang digunakan berupa surat kabar harian Pedoman dari tahun 1950 ?? 1955.

ABSTRACT
This thesis discusses about the changing attitude of political newspaper Pedoman in general election year 1955. Pedoman daily is a newspaper which declare herself have no attachment to political party. The fact is then broken by the Pedoman newspaper ahead of election s day. His attachment to the PSI began to show up until finally the Pedoman newspaper released an editorial in support of the PSI in the 1955 general election. Previous studies discussed the position and orientation of the Pedoman newspaper in the period of parliamentary democracy. The study revealed that press affiliation with political parties depends on the life or death of the political parties that support it. As for another study that discusses the banning of the Pedoman newspaper. The study also stated that Pedoman was affiliated with the inclusion of the PSI symbol in the publications of the Pedoman newspaper in 1955. In addition, another study stated that Pedoman newspaper as a party directed, its meaning is as a newspaper directing its politics to one party. This study uses the steps that exist in the method of history. The data used in the form of Pedoman newspaper from 1950 1955. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Khairul Ichwan
"Penelitian ini ingin menganalisis kekalahan Ratu Ati Marliati pada pilkada Cilegon dan kemenangan Ratu Tatu Chasanah pada pilkada Kabupaten Serang. Padahal kedua petahana dari dua dinasti politik di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang memiliki beberapa kesamaan, baik latar belakang keluarga maupun dukungan politik. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan mereka berbeda nasib dalam pilkada serentak pada 2020 di kedua wilayah ini. Penelitian menggunakan teori boundary control Gibson (2012), dan dilengkapi dengan analisis strategi informal dan ilegal dari Buehler (2018) dan permainan tertutup (closed game) dari Behrend. Menggunakan metode kualitatif, penelitian ini memperlihatkan bahwa faktor kekalahan Ratu Ati disebabkan kegagalan dalam menerapkan strategi boundary strengthening, yang kemudian diiringi dengan keberhasilan oposisi menerapkan strategi boundary opening. Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan itu adalah ketiadaan aktor utama, konflik kepentingan elit partai, kontrol politik yang lemah, mesin politik tidak bekerja optimal, tidak ada akses terhadap elit partai di pusat, dan banyaknya kompetitor. Sedangkan faktor kemenangan Tatu Chasanah karena dia berhasil menerapkan boundary strengthening. Hal ini tampak dari besarnya dukungan partai politik, memobilisasi dukungan baik dari birokrasi maupun dari kelompok-kelompok masyarakat, sehingga mampu mengubah arena permainan menjadi tidak kompetitif. Hal ini memperkuat teori dari Gibson mengenai strategi boundary strengthening dan strategi boundary opening di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang.

This study wants to analyze the defeat of Ratu Ati Marliati in the regional elections in Cilegon and the win of Ratu Tatu Chasanah in the regional elections of the Serang Regency. Even though the two incumbents from these two political dynasties have several things in common, both from family backgrounds and political support. This happened due to several factors that caused them to have different fates in the simultaneous local elections in 2020 in these two regions. The research uses Gibson's boundary control theory (2012) and is complemented by an analysis of informal and illegal strategies from Buehler (2018) and closed games from Behrend. Using a qualitative method, this research shows that Ratu Ati's defeat was caused by the failure to apply the boundary- strengthening strategy, which was followed by the success of the opposition in implementing the boundary-opening strategy. The factors that led to the defeat were the absence of the main actors, the conflict of interests of the party elites, weak political control, the political machine did not work optimally, there was no access to party elites at the center, and there were many competitors. Besides, Tatu Chasanah's winning factor because she succeeded in implementing boundary strengthening. This can be seen from the huge support of political parties, mobilizing support from both the bureaucracy and community groups, to turn the playing field into an uncompetitive one. This strengthens Gibson's theory regarding the boundary strengthening strategy and the boundary opening strategy in Cilegon City and Serang Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia?s political agenda post the Soeharto government and the June 1999 general election; papers of a discussion"
Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1998
324 AGE (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyim Asy`ari
Yogyakarta: Thafa Media, 2019
321.859 8 HAS k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faishal Hilmy Maulida
"ABSTRAK
Pemilihan Umum 1955 merupakan pemilu pertama yang berhasil diselenggarakan
Republik Indonesia, pelaksanaannya meriah, partisipasi rakyat juga cukup tinggi untuk
ukuran negara yang baru pertama kali menyelenggarakan. Tidak mengherankan apabila
harapan begitu tinggi terhadap terciptanya stabilitas politik, sosial dan ekonomi pasca
pemilu ini. Wakil-wakil politik di parlemen diharapkan mampu menjadi representasi
rakyat secara keseluruhan, terlebih mereka dipilih secara langsung oleh rakyat.
Kenyataan yang terjadi, stabilitas yang diharapkan itu tidak terwujud. Justru polarisasi
dan kesenjangan semakin menampakkan bentuk nyatanya dengan kemunculan
pergolakan politik di daerah-daerah, seperti di Sumatera dan Sulawesi. Kewibawaan
pemerintah pusat dipertanyakan. Konflik yang semakin meruncing itu membuat kabinet
Ali Sastroamijoyo II yang didaulat memerintah akhirnya jatuh. Penerapan keadaan
bahaya dan pembentukan Dewan Nasional membuat parlemen semakin kehilangan
kekuatannya sebagai penghubung antara rakyat dan penguasa. Penelitian ini bertujuan
menganalisa hubungan antara Pemilu 1955 dengan kemunculan gejolak-gejolak politik
yang muncul setelah parlemen dan kabinet hasil pemilu terbentuk. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari 4 langkah yaitu; (1) heuristik;
(2) verifikasi; (3) interpretasi; (4) historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pemilu 1955 memberi sumbangsih pada terciptanya proses disintegrasi bangsa.
Pengerahan massa rakyat dalam kampanye pemilu membuat polarisasi yang terjadi
semakin tegas batas pemisahnya, seperti penggolongan kaum merah dan kaum hijau,
rakyat kota dan desa, penduduk Jawa dan luar Jawa. Bila di masa revolusi rakyat
dimobilisasi untuk tujuan bangsa, pada era Demokrasi Liberal, rakyat dimobilisasi
untuk tujuan politik tertentu. Kesimpulannya, keterwakilan politik di parlemen hasil
Pemilu 1955 berkaitan erat dengan terbentuknya parlemen hasil pemilu dan kabinet
beserta presiden dan militer sebagai satu perangkat yang membentuk kekuasaan politik
berkuasa. Keberadaan kekuatan politik berkuasa ini secara otomatis akan berhadapan
dengan kekuatan-kekuatan politik yang tidak berkuasa. Ada dua kekuatan politik yang
berebut pengaruh rakyat untuk mencapai legitimasinya. Gejolak politik yang terjadi di
tahun 1950-an ini dapat ditarik benang merah, bahwa tidak ada penguasa yang memiliki
kekuasaan mutlak. Kekuatan politik berkuasa akan diiringi keberadaan kekuatan politik
tidak berkuasa, disamping itu keberadaan rakyat menjadi tarik ulur di antara kedua
kekuatan politik ini.

ABSTRACT
The 1955 Indonesian Election as the first election was well-known by its festive
reaction and by the supportive people's participation. Public gauging whispered that
they wanted the stability in any aspects of life after the first election.Political
representatives in parliament were expected to be the representatives of the people as a
whole, especially if they were directly elected by the people. In fact, the expected
stability did not happen. Indeed polarization and the gap increased significantly in the
emergence of political upheaval in some regions, such as in Sumatra and Sulawesi. The
authority of the central government was questionable. The increasingly tapered conflict
making the sovereign Ali Sastroamijoyo II's cabinet finally fall down. The
implementation of Penerapan Keadaan Bahaya and the establishment of the Dewan
Nasional had taken the power of parliament as a link between the people and the
authorities. This study aims to analyze the causal relationship between The 1955
Indonesian Election with the emergence of political upheaval after the election. This
study used historical method, which consisting of 4 steps, namely; (1) heuristics; (2)
source critism; (3) interpretation; (4) historiography. This study found that The 1955
Indonesian Election contributed to the create of the national disintegration. The
mobilization of the masses in the election campaign had made the polarization of the
kaum merah and kaum hijau, the urban and rural people, the Javanese and the outer
islands. If people were mobilized for national purpose during revolution period, in
contrast, people weremobilized for certain political purposes in liberal democracy. To
conclude, political representation in parliament resulted from The 1955 Indonesian
Election was closely related to the formation of parliamentary election results and
cabinet with the president and military as a device that form the political power in
power. The existence of this powerful political power would automatically deal with
unpopular political forces. There were two political forces fighting over the influence of
the people to achieve their legitimacy. Political turmoil that occurred in the 1950s could
be reflected, that no ruler who has absolute power. Political power in power will be
accompanied by the presence of political power is not in power, in addition to the
existence of the people become a tug of war between these two political powers."
2018
T51266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jakarta, 1999
324.6 TRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yerry Wirawan
"Sistem Ekonomi Politik yang dicoba dibangun oleh Orde Baru diawal pemerintahannya 1966-1968 adalah sebagai upaya menggantikan Sistem Demokrasi Terpimpin dibawah Soekarno. Perubahan yang dilakukan oleh Orde Baru ini tidak terlepas kaitannya dari faktor ekonomi politik dalam dan luar negeri. Orde Baru menyadari betul bahwa Sistem Demokrasi Terpimpin di bawah Soekarno memiliki basis dukungan politik yang cukup kuat. Untuk itu Orde Baru, jika ingin rnenggeser Soekarno, tidak bisa hanya bertumpukan semata-mata pada aspek politik saja, namun terlebih harus menekankan pada aspek ekonomi. Pilihan Orde Baru menjawab persoalan ekonomi ini adalah sistem kapitalisme dan bantuan modal asing. Upaya dan dinamika yang ditempuh dari Orde Baru dalam membangun Sistem Ekonomi Politiknya inilah yang menjadi sorotan dari penulisan skripsi ini."
2000
S12611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Insan Pratama
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Dinamika kabinet Sjahrir yang berkuasa sejak tahun 1945 sampai 1947. Kabinet Sjahrir yang menggantikan kabinet Presidensial Soekarno merupakan kabinet yang dibangun atas kerjasama antara Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifudin dan menjalankan kebijakan perundingan terhadap Belanda. Atas kebijakan tersebut, kabinet Sjahrir banyak mendapat tentangan dari pihak oposisi. Meskipun demikian, dari internal kabinet tersebut memiliki dinamika tersendiri yaitu tentang kerjasama antara Sjahrir dan Amir yang pada dasarnya memiliki sifat dan orientasi yang berbeda, selain itu dari susunan kementerian yang dibangun terlihat dasar-dasar pertimbangan untuk memperkuat kabinet dengan menunjuk orang-orang yang se-haluan dengan Sjahrir harus berhadapan dengan upaya amengakomodasi oposisi. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah, yakni proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan yang terdapat di perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia Dari hasil penelitian terlihat kegagalan Sjahrir dalam menyusun kabinet-kabinetnya sehingga harus mengalami ketidaksabilan politik Dengan demikian, dinamika internal tersebut menjadi aspek tersendiri dalam perjalanan politik Sutan Sjahrir secara pribadi maupun kekuasaaan kabinet yang diperolehnya dalam waktu yang cukup singkat

Abstract
This undergraduate thesis discusses on the dynamics of Syahrir_s Cabinet which ruled since 1945 to 1947. Syahrir_s Cabinet, which changed over the presidential cabinet of Soekarno, was a cabinet founded on the cooperation between Sutan Syahrir and Amir Sjarifuddin. The cabinet ran a policy on diplomacy talks to The Netherland. Due to the policy, Syahrir_s Cabinet got some oppositions from the opposition side. Even so, Syahrir_s Cabinet had its own dynamics, that is the cooperation between Syahrir and Amir Sjarifuddin. Both of them, actually, had their own characters and aims. It caused the difference of point of view to place the persons in the parlement. Thus, the internal dynamics became a unique aspect in the history of Sutan Syahrir_s politics by personal and his cabinet in general which was gained in short term."
2010
S12375
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>