Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung: ITB Press, 2000
338.4791 Par
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembangan standarisasi di sektor pariwisata Indonesia dimulai sekitar tahun 1980-an yakni melalui program pendidikan dan pelatihan di bidang perholtelan yang menuntut standar kualifikasi ketrampilan (SKK) di para lulusannya sesuai permintaan pihak industri perhutelan pada saat itu...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Hermawan
"Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia sungguh beruntung dikaruniai dengan keindahan alam maupun kekayaan budaya. Kekayaan alam dan budaya itu jika dikembangkan dengan baik akan menjadi daya tarik untuk mengembangkan pariwisata di negeri ini.Namun sayangnya, hingga saat ini potensi tersebut belum mampu dikembangkan dengan optimal.
Hal ini berbeda dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, walapun potensi pariwisata mereka tidaklah sekaya yang dimiliki Indonesia, namun mampu mengembangkan pariwisatanya dengan baik. Hal ini dapat ditunjukan dengan besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan devisa yang dihasilkan negara tersebut dari sektor pariwisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebijakan di masing-masing negara, baik Singapura, Malaysia maupun Indonesia dalam mengembangkan pariwisatanya.
Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada kebijakan publik pada tingkat kebijakan tertinggi (level policy) dan tingkat organisasi (organizational level) terhadap bagaimana usaha pemerintah masing-masing negara dalam mengelola dan mengembangkan pariwisata baik pengembangan produk dan pemasaran pariwisatanya.
Lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara masing-masing pemerintah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan publik khususnya di sektor pariwisata termasuk partisipasi masyarakat didalamnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan responden yang dipilih dari kalangan pakar dan praktisi yang dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup dalam terhadap masalah kebijakan pariwisata di negara-negara tersebut di atas.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pemerintah Indonesia tidaklah mempunyai komitmen yang kuat di dalam pengembangan pariwisatanya. Hal ini sangat berbeda dengan Singapura dan Malaysia. Komitmen kuat tidaknya pemerintah tercermin dari bentuk organisasi kepariwisataan nasional yang dipilihnya.Di dalam pariwisata, bentuk organisasi pariwisata sangat berpengaruh terhadap model partisipasi masyarakat. Di dalam bentuk badan independen ternyata membuktikan bahwa organisasi pariwisata Singapura dan Malaysia dapat lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam formulasi dan implementasi kebijakan publik.
Untuk mengembangkan pariwisata, perlu komitmen kuat dari pemerintah pada tingkat kebijakan tertinggi untuk menggerakan dukungan dari sektor lain seperti keuangan, telekomunikasi, pekerjaan umum dan sebagainya, sedangkan pada tingkatan kebijakan organisasi bagaimana organisasi tersebut mengembangkan produk dan pemasaran pariwisatanya.
Pemerintah Singapura dan Malaysia menyadari akan peran penting pariwisata bagi negaranya, oleh karena itu mereka menempatkan sektor pariwisata sebagai prioritas pembangunan negaranya. Implementasi dari kebijakan ini diwujudkan dari kebijakan yang mendukung penuh pembangunan pariwisata. Di tingkat kebijakan operasional, mereka membentuk badan independen agar dapat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam mencapai tujuannya.
Untuk melaksanakan misinya, maka badan independen senantiasa berusaha melibatkan seluruh stakeholder seperti industri, asosiasi, lembaga pendidikan, pakar dan masyarakat dalam setriap perumusan dan implementasi kebijakan.
Hubungan antara badan independen dengan stakeholder bersifat saling ketergantungan dan saling menguntungkan. Badan karena meriyadari operasionalnya dari industri bertanggungjawab terhadap kernajuan industri. Sebaliknya industri selalu mendukung setiap kebijakan yang dihasilkan oleh badan independen.
Di Indonesia, walaupun pemerintah selalu menyatakan tentang peran penting pariwisata bagi perekonomian negaranya, namun terbukti tidak memiliki komitmen yang kuat dalam pembangunan pariwisatanya. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya upaya nyata terhadap pembangunan pariwisata. Disamping itu tidak adanya pemisahan yang tegas antara organisasi yang melaksanakan perumusan kebijakan dan kebijakan operasional membuat penanganan pariwisata menjadi tidak profesional.

Indonesia, as a large archipelagic country, was blessed with abundance tourism potency to be developed for the interest of her people. The tourism potency encompassed all kind of natural beauty and the uniqueness of the culture. However, the potency is not well developed. Meanwhile, Singapore and Malaysia who has less potency compare with Indonesia, had been successfully developed their tourism well, as it was shown in the increasing number of tourist arrivals as well as the increasing flow of foreign exchange.
This research has the objective to study the policy at those countries, Singapore, Malaysia as well Indonesia particularly on how they develop tourism in their successive countries.
The research focused on the interest on public policy matters at the policy level, that is how the government manage and develop their national tourism, product development and tourism marketing development.
Further, the research is aimed to satisfy the curiosity on how the countries should formulate their public policy, and to what extend do the community's participation in formulating and implementing the public policy.
The research will use qualitative method, using respondent was selected among experts and practitioners who are competent in the subject, particularly those having the necessary knowledge in tourism policy.
The output of the survey would be a comparative analysis between Singapore, Malaysia, and Indonesia. It was found that the Indonesia government did not have strong enough commitment in developing tourism in the country. The Government's commitment in developing tourism was reflected in national tourism organization development model.
In tourism, tourism organization model was proofed to be very influential against the community's participation on formulating public policy. In the form of independent board, it was proofed that national tourism organization Singapore and Malaysia is more participative in formulating and implementing tourism policy.
To accelerate the development of tourism, it requires government's commitment either at the top level management policy, supported by all related sectors such as finance, communication, telecommunication, public works etc. or policy at the organizational level in the form of national tourism organization (NTO) and how NTO-NTO should develop the product and marketing.
The Government of Singapore and Malaysia do aware of the significant role of tourism for their countries, therefore they put tourism as a prime sector in the development of the state economic. The implementation of this policy was then manifested by formulating policies that fully support tourism development in their respective countries. Meanwhile in their operational policy, both countries had set up an independence board that expected to be more flexible and fast in running their mission in developing tourism.
In running the mission, as outlined by the government, in order to get the highest achievement, the independence board was than formulate policies at the operational level by involving all stakeholders in the tourism development such as industries, association, educational institution, experts and communities and implemented the policy.
The relationship between independent board with stakeholder was in the nature interdependency and mutually benefited to both parties. The board, which is finance by industry was responsible to set marketing places, meanwhile industries support the process by building supra-structure required by tourism industry and fully responsible for tax settlement with the government. The growth of tourism industry will drive the growth of the state economic in Singapore and Malaysia.
In Indonesia, although as in ordinary way the government rhetorically says the significant role of for the state economic, it has not strong enough in her commitment in the development of tourism. The commitment of the government reflected by the inability of the government to drive other sector in supporting the tourism development. Besides, without separating the policy at the top level and at the organizational level the tourism could not be managed professionally.
In the model as the NTO is the government own and the fund come from National State Budget, in formulating and implementation of the public policy not always involving all stakeholders, so they did not have true commitment each others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Sari Ardhanarisvari
"ABSTRAK
BAGIAN 1:
Analisis Situasi: Indonesia adalah salah satu destinasi wisata favorit dalam perjalanan wisata. Kondisi demikian mendorong kegiatan eksplorasi wisata Indonesia yang menyebabkan adanya perubahan gaya hidup di masyarakat karena saat ini perjalanan wisata sudah menjadi kebutuhan sekunder dalamza mengisi waktu luang atau pelepas penat. Namun, situasi demikian menjadi terhambat karena seringkali wisatawan kesulitan mendapatkan informasi mengenai destinasi atau informasi yang berkaitan dengan kebutuhan perjalanan wisatanya di Indonesia, baik itu di media konvesional maupun di media baru. Hal ini menunjukkan belum adanya pengemasan informasi perjalanan wisata di Indonesia dengan baik. Oleh sebab itu, dibuatlah situs Explore Nusantara yang menyajikan informasi pariwisata Indonesia yang disajikan dengan lengkap.
BAGIAN 2:
Manfaat dan Tujuan Pengembangan Purwarupa: Situs ini diharapkan dapat membantu para pelancong memperoleh informasi pariwisata di Indonesia secara lengkap yang tersedia dalam satu sumber kanal media, dapat dijadikan sebagai sumber rujukan sebelum dan saat melakukan kegiatan wisata, serta menjadi sumber edukasi terkait potensi wisata di Indonesia.
BAGIAN 3:
Purwarupa yang dikembangkan: Explore Nusantara adalah sebuah situs pariwisata khusus di Indonesia yang menyajikan informasi terkait destinasi wisata favorit, destinasi untuk solo traveler dan group traveler, rincian anggaran wisata, itinerary trip, tempat rekreasi, informasi kuliner, informasi budaya, informasi promo tiket transportasi dan akomodasi, informasi toko suvernir, hingga foto serta video. Penyajian informasinya akan dilakukan secara terintegrasi antar rubrik sehingga pengunjung situs langsung mendapatkan informasi dalam satu topik konten.Target khalayak dari situs ini adalah khalayak dewasa muda dengan usia 18-35 tahun, minimal berpendidikan SMA dengan Status Sosial Ekonomi A, B dan C. Explore Nusantara memiliki situs resmi di explore-nusantara.com serta sosial media Twitter @Explorenusantara.
BAGIAN 4:
Evaluasi: Pre-test dilakukan dengan menggunakan kuesioner online yang dilaksanakan satu bulan sebelum rilis atau launching untuk mengetahui persepsi khalayak mengenai tampilan dan konten situs agar dapat diperbaiki lagi sesuai dengan keinginan khalayak. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari produk yang diusulkan, yakni dengan evaluasi input dan evaluasi outcome. Keduanya untuk meninjau seluruh rangkaian proses praproduksi, produksi, dan pascaproduksi yang mencakup perkembangan situs terkait dengan pencapaian situs terhadap visi, misi, dan tujuan awal
BAGIAN 5:
AnggaranAnggaran pembuatan purwarupa: Rp 1.200.000Investasi Awal : Rp 286.700.000Total Pengeluaran Bulanan : Rp 88.900.000Total Pengeluaran Per Tahun : Rp 1.146.800.000Perkiraan Pendapatan Tahun Pertama : Rp 1.305.900.000Perkiraan Pendapatan Tahun Kedua : Rp 1.719.300.000BEP dicapai di tahun kedua bulan keempat.

ABSTRACT
CHAPTER 1:
Situation Analysis: Indonesia is one of favourite tour destinations for traveling. That condition elevates Indonesia exploration tour which make society behavior of lifestyle change because traveling is secondary need that use for leisure and stress release. Yet, that situation is hampered because tourists often find it difficult to get information about destinations or information related to their travel needs in Indonesia, whether in conventional media or in new media. This shows the absence of packing travel information in Indonesia well. Therefore, Explore Nusantara site been created to present information about Indonesia tourism as whole package.
CHAPTER 2:
The Benefits and Purpose of Prototype Development: This site expected to help travelers get complete information about Indonesia tourism that is available in a single source of media channel. It can be used as reference before and during traveling, and also can be used as education source for inform potential tourism of Indonesia.
CHAPTER 3:
Developed Prototype: Explore Nusantara is Indonesia tourism site which presented information about favourite destinations. Destinations for solo and group traveler, budgeting trip, itinerary trip, recreation place, culinary, culture, transportation and accomodation promo tickets and price, souvernirs, until photos and videos traveling. The content will be intergrated between rubrics so the readers can get complete information in one topic content.The target of this site is young adult in 18 35 years old, with high school student, with social economic status of family is A, B and C. Explore Nusantara has official site explore nusantara.com and official social media which is Twitter Explorenusantara.
CHAPTER 4:
Evaluation: Pre test is executed by online questionnaire which held one month before launching the site to know about the appearance and content based on audience perception in order to make better and accordance site to audiences rsquo s need. Evaluation conducted to determine the quality of the product being, with the input and evaluation results. Both of them is used for reviewing all process pre production, production, post production that include site development towards visions, missions, and goals.
CHAPTER 5:
Budgets: Protype establishing Rp 1.200.000Intial Investments Total Rp 286.700.000Monthly Expenditure total Rp 88.900.000Annual Expenditure Total Rp 1.146.800.000Predicted Income in the 1st year Rp 1.305.900.000Predicted Income in the 2nd year Rp 1.719.300.000. BEP is assume should be obtained in the second year of fourth months. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ngafenan
Semarang: Dahara Prize, 1996
R 910 Moh k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Faisal
"Salah satu ciri khas terorisme di Indonesia adalah tidak adanya pelaku yang mengklaim bahwa kegiatan tersebut itu kelompok atau perorangan yang bertanggung jawab, sehingga terorisme harus kita sepakati sebagai musuh bersama yang bersifat global. Aksi terorisme dapat terjadi dimana saja tanpa mengenal batas tempat dan waktu. Aksi terorisme yang relatif besar diawal abad 21 ini terjadi menimpa menara kembar World Trade Centre (WTC) di Amerika Serikat pada tanggal 12 September 2001 dengan cara menabrakan pesawat terbang ke gedung WTC tersebut, dengan menelan korban mencapai 3000 jiwa. Aksi teroris selanjutnya menimpa Indonesia, tepatnya terjadi di Pulau Bali yang merupakan salah satu tujuan wisatawan dunia, aksi teroris ini menelan korban 202 jiwa dari 21 negara, sebanyak 418 unit gedung mengalami kerusakan dan taksiran kerugian mencapai Rp., 5.924.219.319,17,
Dari uraian diatas, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dampak dari aksi ledakan born di Bali oleh teroris terhadap kehidupan masyarakat Bali, khususnya warga Kuta sebagai Zero Point (TKP) aksi teroris tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, dimana data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Jumlah responden sebanyak 7.915 KK, dengan menggunakan rumus `Slovin' untuk mencari jumlah sampel, didapat sebanyak 100 KK sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode penarikan sampel acak berstrata (Stratified random sampling). Pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan studi kepustakaan. Selanjutnya data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik persentase yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak yang ditanggung oleh pemerintah daerah Bali dan masyarakatnya relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang terus menurun sejak terjadinya aksi bom Bali tanggal 12 September 2002 sampai dengan akhir Desember 2003. Pada tahun 2001 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali sebanyak 1.356.774 orang, tahun 2002 sebanyak 1.285.844 orang atau turun sebesar 5,23 %, tahun 2003 sebanyak 1.285.844 orang atau turun sebesar 22,77 %, baru pada tahun 2004 dengan segala daya dan upaya Pemerintah Daerah Bali dan warganya, jumlah wisatawan yang datang ke Bali meningkat menjadi 1.458.309 orang atau meningkat 46,85 % dari tahun 2003. Diharapkan pada akhir tahun 2005 pariwisata Bali dapat kembali ke kondisi yang lebih bail( lagi.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat agak terganggu, dari segi sosial muncul rasa curiga warga terhadap orang yang tidak dikenalnya. Dari segi ekonomi pendapatan pemerintah dan warga menurun sebagai akibat langsung dari aksi bom Bali dan sampai sekarang masih terasa kelambatan dalam pertumbuhan ekonomi Bali. Dibidang keamanan masyarakat berharap banyak kepada aparat keamanan negara untuk menciptakan Bali yang aman guna mendukung pembangunan dunia pariwisata Bali. Masyarakat mengusulkan konsep "sistem keamanan berlapis" dalam mengelola dan menjaga keamanan Bali, dimana masyarakat Bali dilibatkan secara aktif dalam menjaga keamanan wilayah Bali.

One of the typical characteristics of terrorism in Indonesia is the absence of the actor claiming that such activity is the responsibility of a group or individual. Therefore we should covenant that the terrorism is a global common enemy and the terror act can happen anywhere without taking into account the border and time. The relative big terrorist act at the beginning of 21 st century committed against the twin tower of World Trade Center (WTC) in the United States of America on September 11, 2001. by crashing airplane to that building resulting in 3,000 casualties. The subsequent terrorist act happened in Indonesia, precisely in Bali Island being one of the resorts in the world. It causes 202 casualties from 21 states, 418 building units were damaged and the loss is estimatedly Rp 5,924,219,319.17.
Based on the above description, this research is focused on knowing the impact of the terrorists' bombing in Bali to the community life in Bali, especially the people of Kuta as the Zero Point of the terror act. The method used is descriptive method namely the data obtained is analyzed qualitatively and quantitatively. Total respondent is 7,915 family heads using "Slovin" formula to seek for total sample obtained namely 100 family heads. It uses stratified random sampling and the data is collected through questionnaire, interview and bibliography study. Furthermore the data obtained from the questionnaire s processed using descriptive quantitative analysis technique using the percentage technique presented in terms of tables.
The research finding indicates that the impact suffered by the local administration of Bali and the community is relatively big. It is indicated from total tourist visits which decreased since Bali bombing on October 12, 2002 through December 2003. The tourists visiting Bali were 1,356,774 in 2001, 1,285,844 in 2002, decreasing 5.23%, and 1,285,844 in 2003 or decreasing 2237%. Just in 2004, with all. efforts from the Local Administration of Bali and its people, the number of tourists visiting Bali increased to 1,458,309 or increasing 46.85% of that in 2003. It is expected that in 2005 the tourism condition in Bali will be better.
The socio economy of the community is rather disturbed. In socio aspect, the people are suspicious to the strange persons. In economic aspect, the incomes of the local administration and citizens decrease due to Bali bombing. Until now the economic growth of Bali is still slow. In security aspect, the community highly expects the state security apparatus to create the safe Bali to support the development of tourism. They suggest the concept of "multi security system" in managing and maintaining the security in Bali. The people there are actively involved to keep Bali territory secured
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Wulan Andadari author
"Sejak tahun 2004 tahun hingga tahun 2006, industri pariwisata di seluruh dunia telah mengalami pertumbuhan rata-rata di alas 4% dan menunjukkan bahwa sektor ini tidak mudah lagi terpengaruh oleh berbagai ancaman eksternal seperti: terorisme, bencana alarm, masalah kesehatan dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
Selama beberapa dekade, wisatawan asal Eropa - terutama Eropa Barat, yang merupakan bagian dari kelompok negara-negara industri dengan pendapatan per kapita tinggi - tercatat sebagai pemain utama di tingkat global, dimana penduduknya paling banyak rnelakukan perjalanan wisata ke luar negeri dan mengeluarkan paling banyak biaya untuk wisata outbound.
Melihat adanya kecenderungan industri pariwisata untuk terus tumbuh di masa depan, World Tourism Organization (WTO) telah mengagendakan Tourism 2020 Vision sebagai target pembangunan pariwisata jangka panjang. WTO juga memprediksi bahwa perjalanan wisata kategori long-haul travel di seluruh dunia akan meningkat dengan pertumbuhan sekitar 5,4% hingga tahun 2020, dibandingkan dengan perjalanan wisata kategori inrraregional travel yang hanya mengalami kenaikan sekitar 18%. Selain itu, WTO memperkirakan bahwa wilayah Eropa akan tetap menjadi sumber pasar wisatawan internasional terbesar dari jumlah kunjungan dan pengeluaran untuk perjalanan wisata.
Perkembangan industri pariwisata tidak pernah terlepas dari berbagai perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan sosial. Demikian pula halnya dengan masyarakat Uni Eropa. Situasi dunia sejak awal abad ke-21 telah mengubah kebiasaan masyarakat Uni Eropa dalam berlibur, tren pariwisata di Eropa dan pilihan destinasi mereka untuk berwisata naik di tingkat regional maupun di luar wilayah Uni Eropa.
Dari pengamatan tentang profit terkini wisatawan Uni Eropa (LIE) dan pilihan destinasi mereka serta tren pariwisata yang berlaku saat ini, diketahui bahwa perjalanan wisata yang dilakukan di tingkat regional masih mendominasi kebiasaan masyarakat UE. Meskipun demikian, minat pada sebagian masyarakat UE - khususnya negara-negara pasar utama wisatawan internasional, seperti: Inggris, Jerman, Belanda dan Perancis - untuk melakukan perjalanan wisata jarak jauh ke luar wilayah Eropa meningkat. Beberapa negara di kawasan Asia, antara lain: Thailand, Jepang dan Cina, menjadi destinasi favorit untuk perjalanan wisata yang akan datang. Namun sejumlah faktor dapat menjadi penghalang bagi para wisatawan untuk mengunjungi wilayah ini, seperti: terorisme, kekacauan politik, travel warnings, faktor keselamatan dan keamanan, flu burung dan biaya yang mahal.
Hingga sekarang, Indonesia bukan daerah tujuan wisata (DTW) pilihan utama para wisatawan UE karena dianggap masih belum terbebas dari faktor-faktor penghalang tersebut. Padahal minat wisatawan UE untuk berkunjung ke Indonesia sebenarnya masih ada, dimana hal ini terlihat dari data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang menunjukkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan UE sejak tahun 2003 hingga 2006 relatif stabil. Indonesia perlu mengupayakan kebijakan yang mendorong pertumbuhan industri pariwisata nasional dan mengakomodasi tren yang berlaku di dunia pariwisata internasional untuk menangkap potensi wisatawan UE agar di masa depan mereka memilih Indonesia sebagai DTW favorit.

During the period of 2004 until 2006, tourism industry worldwide had been experiencing the average growth above 4% and proved that this sector has become barely affected by the external threats, such as: terrorism, natural disaster, health issues and the raise of oil prices.
European tourists - particularly those coming from industrial countries in West Europe with the high ranking income per capita in the world - have been recorded as Key players globally since they took the highest number of outbound trips and generated the highest spending abroad for decades.
Taking into account that the tourism industry will continue to develop in the future, World Tourism Organization (WTO) has set up the agenda of Tourism 2020 Vision as its target for the tourism development in the long term. WTO has also predicted that the long-haul travel worldwide will increase nearly 5.4% until the year 2020, compared to the slow growth of the intraregional travel at 18%. Furthermore, WTO forecasts Europe will remain the biggest market source of international tourists based on the number of trips and the spending abroad.
Some factors i.e. economic issues, political situation and social life, play significance role for changes in the development of tourism industry. Since the beginning of the new millennium, the situation at global level has influenced the behavior of the people of European Union in the way they took their holidays, the tourism trend in Europe and their preference concerning tourist destinations either regionally within the European Union or outside the European Union.
Having observed the latest profile of European Union tourists, their choice of destination as well as the trend of tourism in Europe, the intraregional travel has still been predominant. Nevertheless, some European Union tourists - especially from the main source market of international tourists i.e. United Kingdom, Germany, Netherlands and France - have showed growing interest to make long-haul travel outside the European continent. The following are their preferred destinations in Asian region for the next holidays: Thailand, Japan, and China. However, some factors might hold back the European Union tourists from visiting this region, such as: terrorism, political turmoil, travel warnings, safety and security, bird flu and high prices.
Until today, Indonesia is not the main tourist destination for European Union tourists since it is still perceived as an area surrounded by some negative factors mentioned above. Yet, the data from the Department of Culture and Tourism of the Republic of Indonesia revealed that European Union tourists are interested in visiting Indonesia which has been indicated by a relatively stable growth from year 2003 - 2006. Indonesia needs to implement an encouraging policy towards its tourism industry and accommodate the latest trend in the international tourism industry aiming to attract the European Union tourists so that in the future they would choose Indonesia as their preferred destination.
"
2007
T20653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranty Putri
"Dengan semakin ditinggalkannya perekonomian berbasis sektor ekstraktif, kini pariwisata menjadi salah satu sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi alternatif mengingat Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat besar. Pemerintah di tingkat pusat maupun daerah pun gencar melakukan usaha pengembangan sektor pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara lebih dalam dan mendetil bagaimana peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis Model Input-Output dengan data I-O nasional tahun 1995, 2000, 2005, dan 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia karena memiliki angka keterkaitan dan pengganda yang relatif tinggi. Dengan kata lain, permintaan atas barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor ini, terutama restoran, hotel dan angkutan darat akan menggerakkan perekonomian secara keseluruhan.

With the abandonment of the extractive sector-based economy, tourism has now become one of the sectors that have a great opportunity to be a new source of economic growth since Indonesia has many tourism potentials. Government at central and regional levels are now start intensively developing the tourism sector. Therefore, this study aimed to analyze more deeply how does the tourism sector affect Indonesia‟s economy using Input-Output model.
The research concludes that in general, tourism sector has an important role in the Indonesian economy because it has a relatively high linkages and multiplier. In other words, the demand for goods and services produced by this sector, especially restaurants, hotels and land transportation will drive the overall economy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Rindhy Nathalya
"[Tesis ini mengkaji upaya liberalisasi jasa pariwisata dalam mode 4 dalam bentuk komitmen Indonesia yang tertuang dalam Schedule of Commitments dalam GATS dan AFAS. Jasa pariwisata termasuk dalam 12 sektor jasa yang diatur dalam GATS. Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian normatif. Secara normative diteliti aturan-aturan hukum yang terkait dengan jasa pariwisata, ketenagakerjaan, dan aturan-aturan yang terkait lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, komitmen Indonesia dalam MRA dalam bidang jasa profesional pariwisata di ASEAN yang diikuti Indonesia menunjukkan adanya kesesuaian. Dalam implementasi peraturan nasional Indonesia terkait MRA, beberapa sekolah tinggi pariwisata telah menunjukkan komitmennya dalam memajukan sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan. Pembangunan SDM dan pemberian sertifikasi dapat meningkatkan kompetisi dalam kerja internasional apalagi dengan dekatnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2016 mendatang.

This thesis reviews the means of mode 4 liberalization of services in a form of a Schedule of Commitments on GATS and MRA on AFAS. Tourism services is one of the 12 service sector maintained in GATS. This research uses normative methods to discuss about issues related. Legal rules, employment rules and rules relevant with tourism will be reviewed in this thesis. Based on the research done, Indonesia’s commitment on MRA on Tourism Professionals in ASEAN showed that Indonesia complied to the commitment issued. The implementation of the national rules related to MRA on Tourism Professional has done sufficiently by some vocational tourism schools in Indonesia in order to develop the quality of human resources in tourism industry. The development of the human resources and the issue of certification to prove the competency of these human resources would encourage the competition in the internasional markets, especially for this upcoming event, the ASEAN Economic Community on 2016. , This thesis reviews the means of mode 4 liberalization of services in a form of a
Schedule of Commitments on GATS and MRA on AFAS. Tourism services is one
of the 12 service sector maintained in GATS. This research uses normative
methods to discuss about issues related. Legal rules, employment rules and rules
relevant with tourism will be reviewed in this thesis. Based on the research done,
Indonesia’s commitment on MRA on Tourism Professionals in ASEAN showed
that Indonesia complied to the commitment issued. The implementation of the
national rules related to MRA on Tourism Professional has done sufficiently by
some vocational tourism schools in Indonesia in order to develop the quality of
human resources in tourism industry. The development of the human resources
and the issue of certification to prove the competency of these human resources
would encourage the competition in the internasional markets, especially for this
upcoming event, the ASEAN Economic Community on 2016.]
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
T44071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
"ABSTRAK
Makalah (Latar Belakang, Permasalahan, Peran Lembaga Pendidikan Tinggi, Aspek Ilmu Pengetahuan & Teknologi, Penutup). Pengembangan potensi wisata Indonesia sebagai salah satu penyumbang devisa negara. Masalah pengadaan dan pengelolaan sarana dan prasarana penunjang, salah satunya adalah masalah sanitasi, sering menjadi kendala berkembangnya potensi wisata, yang menyebabkan berkurangnya jumlah wisatawan yang datang ke daerah wisata tersebut. Perguruan tinggi dapat berperan dalam aspek teknologi untuk menunjang pengadaan fasilitas penunjang tersebut, yang akan mendukung berkembangnya potensi wisata di Indonesia."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>