Ditemukan 5725 dokumen yang sesuai dengan query
Cherry, Deborah
London: Routledge, 2000
305.894 2 CHE b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"A world beyond difference unpacks the globalization literature and offers a valuable critique: one that is forthright, yet balanced, and draws on the local work of ethnographers to counter relativist and globalist discourses. Presents a lively conceptual and historical map of how we think about the emerging sociopolitical world, and above all how we think politically about human cultural differences Interprets, criticizes, and frames responses to world culture. Draws from the work of recent major social theorists, comparing them to classical social theorists in an instructive manner Grounds critique of theory in years of ethnographic research."
Malden, MA: Blackwell , 2004
e20375107
eBooks Universitas Indonesia Library
Verkuyten, Maykel
"Contents :
The quest for identity and solidarity -- A jellyfish on the beach: about identity -- Ethnic discrimination and social validation -- Identity development and duality -- Blue and brown eyes -- Multicultural recognition -- A shared sense of ?we? -- Conclusion: a way forward."
New York : Routledge, 2014
305.8 VER i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Cambridge: Harvard University Press, 1975
305.8 Eth
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1975
305.8 ETH
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Yanuar Permadi
"
ABSTRAKKarya Akhir ini membahas mengenai upaya sineas perempuan melalui film perempuan untuk melakukan upaya counter-culture terhadap budaya patriarkis. Karya akhir ini berusaha melihat sejarah bagaimana pemerintah Orde Baru membentuk hegemoni budaya dominan yang patriarkis melalui kebijakan, ideologi, dan media massa pada saat itu. Termasuk juga konteks perfilman nasional saat itu, yang dikekang oleh penyensoran oleh BSF (Badan Sensor Film) dan kuatnya dominasi laki-laki di dalam industri film. Setelah era Orde Baru berakhir, nilai dan norma masyarakat yang bersifat patriarkis mulai ditentang oleh kelompok feminis, termasuk oleh para sineas perempuan. Melalui film-film perempuan, upaya counter-culture terhadap budaya patriarki dilakukan. Analisa mengenai counter-culture dalam karya akhir ini dilakukan bedasarkan definisi counter-culture dari Keith A. Roberts. Melalui pemikiran Roberts, penulis menemukan bahwa counter-culture yang dilakukan oleh sineas perempuan dilakukan dengan cara menawarkan budaya alternatif, yaitu feminisme.
ABSTRACTThis thesis discusses about an attempt of woman filmmakers through woman's films in order to make a counter-culture towards patriarchy. This thesis attempts to see the history of how our government in the New Order, known as 'Orde Baru', developed a dominant (which is patriarchal) culture hegemony through policies, ideology, and mass media including national films which was limited by the censors known as Badan Sensor Film? and man's domination which was strong in film industry. Feminists, including woman filmmakers, started to against the patriarchal value. The attempt of the counter-culture towards patriarchy was done through their films. The analysis is done using definition of counter-culture by Keith A. Roberts. Through Roberts? thoughts, we find that the counter-culture done by woman filmmakers is done by offering the alternative culture, which is feminism."
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Martin Budi
"Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan sensus penduduk sejak 2010, penelitian ini menguji pengaruh keragaman etnis terhadap ketimpangan pengeluaran di Indonesia. Ini dicapai dengan menggunakan estimasi OLS menggunakan ethnic fractionalization index (efi) dan ethnic polarization index (epoi) sebagai proksi keanekaragaman etnis. Tanpa variabel kontrol, ethnic fractionalization index adalah positif dan signifikan dalam mempengaruhi ketimpangan pengeluaran di Indonesia. Tidak seperti ethnic fractionalization index, ethnic polarization index dan ketimpangan pengeluaran memiliki hubungan berbentuk U terbalik. Namun, pengaruh keragaman etnis kurang signifikan ketika variabel kontrol ditambahkan ke estimasi. Selain itu, efek keanekaragaman etnis kehilangan signifikansinya ketika memasukkan dummy wilayah ke dalam estimasi. Kami menemukan bahwa semua dummy wilayah secara signifikan mempengaruhi ketimpangan dan mengurangi efek keragaman etnis. Akhirnya, dimasukkannya interaksi antara proxy keragaman etnis dan dummy wilayah mengungkapkan hasil yang tidak terduga. Meskipun tidak signifikan, baik interaksi ethnic fractionalization index atau ethnic polarization index dengan dummy wilayah menunjukkan hubungan negatif.
Based on the National Socio-Economic Survey (Susenas) and population census from 2010, this study examines the effect of ethnic diversity on expenditure inequality in Indonesia. This is achieved using the OLS estimation using ethnic fractionalization index (efi) and ethnic polarization index (epoi) as the proxy of ethnic diversity. Without the control variable, the ethnic fractionalization index is positive and significant in affecting expenditure inequality in Indonesia. Unlike the ethnic fractionalization index, the ethnic polarization index and expenditure inequality have an inverted U-shaped relationship. However, the effect of ethnic diversity is less significant when control variables are added to the estimation. Additionally, the effect of ethnic diversity loses its significance when incorporating regional dummies into the estimation. We found that all regional dummies significantly affect inequality and diminish the ethnic diversity effect. Finally, the inclusion of the interaction term between ethnic diversity proxy and regional dummies reveals an unexpected result. Though not significant, both interactions of the ethnic fractionalization index or the ethnic polarization index with regional dummies show a negative relationship."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52899
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Herry Yogaswara
"Disertasi ini membahas tentang orang-orang Madura yang kembali setelah terjadinya kekerasan antar etnis yang dikenal dengan Kerusuhan Sampit pada bulan Februari 2001. Mereka memutuskan untuk kembali ke Sampit setelah mempertimbangkan berbagai situasi yang pernah mereka alami pada saat hidup di kota Sampit sebelum terjadinya kerusuhan. Penelitian ini ini ingin menunjukkan bahwa berbagai peristiwa pada masa lalu membentuk mental image yang dijadikannya sebagai referensi untuk kerangka bertindak pada masa sekarang.
Melalui penelitian lapangan yang dilakukan Sawpit Kalimantan Tengah, dan beberapa daerah lainnya di Provinsi Kalimntan Tengah dan Pulau Madura, Jawa Timur; dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, pengamatan setengah terlibat dan penelusuran dokumentasi ditemukan bahwa orang-orang Madura menggunakan referensi kejadian pada masa lalu untuk memulai kembali kehidupannya di kota Sawpit. Ingatan-ingatan tentang harmonisasi hubungan dengan orang-orang Dayak diberi tempat yang luas. Namun, ingatan yang bersifat traumatic, khususnya tentang kekerasan komunal antar etnik tidak disembunyikan oleh orangorang Madura dari ruang publik kota Sampit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D1324
UI - Disertasi Open Universitas Indonesia Library
I Made Purna
Bali: Percetakan Bali, 2013
305.8 MAD n
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Doorn, Jacques van
Rotterdam: Faculty of Social Sciences, Erasmus University Rotterdam, 1983
303.482 DOO d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library