Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Perez-Pereira, Miguel
Hove: Psychology Press, 1999
401.93 PER l (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shafika Mauldina
"Penelitian ini mengenai peran guru pembimbing khusus (GPK) dalam mengembangkan interaksi sosial anak autis di Sekolah Inklusi yang dibahas dari disipilin ilmu kesejahteraan sosial. Umumnya, anak autis memiliki kesulitan untuk melakukan interaksi sosial. Beberapa penelitian terdahulu mengemukakan bahwa interaksi sosial penting untuk dikembangkan pada anak berkebutuhan khusus, khususnya pada anak autis. GPK merupakan salah satu significant other yang membersamai perkembangan anak autis di sekolah. Lebih lanjut, GPK memiliki peran signifikan dalam mengembangkan pola interaksi sosial anak autis, khususnya di sekolah inklusi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran GPK dalam mengembangkan pola interaksi anak autis di suatu sekolah inklusi yaitu Sekolah Semut-Semut The Natural School. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian didapatkan melalui depth interview bersama 5 narasumber di Sekolah Semut-Semut The Natural School, yaitu 3 GPK, 1 guru kelas, dan 1 guru bidang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa GPK memiliki peran penting dalam mengembangkan interaksi sosial. Peran yang diberikan oleh GPK adalah membimbing anak autis dengan antusias, meningkatkan kepercayaan diri anak autis di sekolah, membimbing dalam kegiatan serta mengingatkan jika salah, sehingga anak autis dapat berinteraksi dan dapat mengikuti pembelajaran menjadi lebih baik. Selain itu, GPK juga melakukan penyelarasan murid autis dengan murid regular di sekolah dengan cara memotivasi anak autis untuk aktif berinteraksi, memberikan edukasi untuk menerima semua teman, melakukan penanganan jika anak tantrum.

This study discusses the role of special guidance teachers (GPK) in developing autistic children's social interactions in the School of Inclusion discussed from the discipline of social welfare. Generally, autistic children have difficulty in social interaction. Some previous studies suggested that social interaction is important for development in children with special needs, especially in autistic children. The GPK is one of the significant others that brings together the development of autistic children in schools. Furthermore, GPK has a significant role in developing patterns of autistic children's social interaction, especially in inclusion schools. The study aims to describe the role of GPK in developing patterns of autistic child interaction in an inclusion school, the Ant-Semut School of The Natural School. This study uses a qualitative approach and a descriptive research type. The research data were obtained through a depth interview with 5 sources at Ant-Semut School The Natural School, namely 3 GPK, 1 class teacher, and 1 field teacher. The results of this study show that GPK plays an important role in developing social interactions. The role given by the GPK is to guide autistic children enthusiastically, increase the confidence of autistic children in school, guide in activities and remind them that they are wrong, so that autistic children can interact and be able to follow learning for the better. In addition, the GPK also harmonizes autistic students with regular students at school by motivating autistic children to actively interact, providing education to accept all friends, handling if children are tantrums."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Istiqomah
"Social withdrawal pada masa kanak-kanak merupakan faktor resiko munculnya masalah social emosional di kemudian hari. Anak dengan social withdrawal pada umumnya memiliki keterampilan social yang kurang. Penelitian ini memiliki desain single case dan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) dengan pendekatan multimodal. Program ini meliputi behavioral social skills training, self-instructional, social problem solving, serta pengurangan masalah penghambat. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun. Sesi terapi dilakukan sebanyak sepuluh kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya.
Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Melalui observasi langsung, terlihat adanya peningkatan frekuensi dan performansi anak dalam menampilkan perilaku sosialnya. Anak dapat menampilkan perilaku menyapa, bertanya, bergabung, mengajak bergabung, dan menyelesaikan masalah dengan baik Berkaitan dengan masalah social withdrawal juga mengalami penurunan. Hal ini terlihat terutama dari penurunan skor pada skala withdrawn dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL).

It has long been argued that social withdrawal in early childhood is a risk factor for later socio-emotional difficulties. Social withdrawal children usually have social skill deficits. This research uses a single case design and applies the multi-method social skills training (SST) intervention in order to enhance social skills. The components of the program include behavioral social skills training, self-instructional training, social problem solving, and reduction competing/inhibiting problem. Participant of this research is a nine-year old girl with social withdrawal. Therapy is conducted through 10 sessions, 60-90 minutes each session.
This study showed that SST is an effective therapy to increase the child’s social skills. Child has shown improvement in frequency and performance of some target behaviors (greeting, asking for information, joining in, invite to join in, and problem solving). This study also found decreasing of social withdrawal symptoms that can be seen from reducing score withdrawn from the Child Behavior Checklist (CBCL).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winny Suryania
"Social withdrawal pada anak merupakan faktor risiko dari gangguan psikologis yang dapat berkembang dikemudian hari, misalnya kecemasan dan depresi. Anak dengan social withdrawal pada umumnya memiliki keterampilan sosial yang kurang dan perlu mempelajari cara membina hubungan yang baik dengan orang lain. Oleh karena itu, anak diberikan intervensi social skill training (SST), yang nantinya dapat berkontribusi terhadap keterampilan sosial anak secara umum dan menurunkan social withdrawal. Tesis ini memiliki desain single case dan partisipan penelitian adalah anak laki-laki berusia sepuluh tahun dengan social withdrawal. Sesi terapi dilakukan sebanyak sebelas kali selama kurang lebih 60-90 menit setiap sesinya. Tujuan dari intervensi ini untuk melihat efektifitas social skill training dalam menurunkan social withdrawal pada anak usia sekolah. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk menurunkan social withdrawal pada anak sekolah, yang terlihat dari penurunan skor pada skala social withdrawal pada Child Behavior Checklist (CBCL).

Social withdrawal in children is a risk factor of psychological disorder that can develop in the future, such as anxiety and depression. Children with social withdrawal generally have less social skills and need to learn how to build good relationships with others. Therefore, the child is given intervention social skills training ( SST ), which can contribute to a child's social skills in general and decrease social withdrawal. This thesis has a single-case design and study participants were boys aged ten years with social withdrawal. Therapy sessions conducted as many as eleven times for about 60-90 minutes each session. The purpose of this intervention to see the effectiveness of social skills training in reducing social withdrawal in children of school age. The results of this therapy is effective for lowering SST social withdrawal at school children, as seen from the decrease in social withdrawal scale scores on the Child Behavior Checklist (CBCL)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Morgan, Jane
London: Routledge , 1979
155.4 MOR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chichester: Wiely-Blackwell, 2012
401.93 RES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Johana Aprilia
"Anak tunarungu seringkali didapati mengalami keterlambatan fungsi kognitif yang berakibat pada keterlambatan pencapaian akademis, namun keterlambatan tidak terjadi pada visual-spatial working memory, yang biasa digunakan dalam pemecahan soal matematika. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa visual-spatial working memory pada anak tunarungu berbeda akibat metode komunikasi anak tunarungu yang mengandalkan penglihatan. Sedikit penelitian yang memperlihatkan gambaran kapasitas visual-spatial working memory secara utuh pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat. Penelitian ini memperlihatkan gambaran tersebut yang didapat melalui pengisian kuesioner mengenai penggunaan metode komunikasi dan pengukuran visual-spatial working memory pada 30 anak tunarungu kelas 3-6 SD. Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua, dan pengukuran visual-spatial working memory dilakukan dengan anak memainkan Lion Game melalui Zoom call.
Hasil penelitian menunjukkan mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu dengan metode komunikasi oral sebesar 0,432 (SD=0,151) dengan level 2,55. Mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi total sebesar 0,453 (SD=0,153) dengan level 2,53. Terakhir, mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi bahasa isyarat sebesar 0,397 (SD=0,128) dengan level 3,25. Dari hasil penelitian ini diketahui kapasitas visual-spatial working memory pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat belum maksimal.

Children with hearing impairment or deaf usually experience cognitive function delays, but not in visual-spatial working memory which commonly used in mathematical problems. Previous studies discovered that the visual or spatial working memory in deaf children is different due to the communication methods that rely on vision. This study describes deaf childrens visual-spatial working memory by measuring the visual-spatial working memory of 30 deaf children in grade 3-6 elementary school and identifying their communication methods through questionnaires. Questionnaires are filled in by the parents of deaf children. The visual-spatial working memory measurement utilizes the Lion Games through Zoom meetings.
This study shows that the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with oral communication is 0.432 (SD=0.151) with average maximum level 2.55. Furthermore, the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with total communication is 0.453 (SD=0.153) with average maximum level 2.53, and the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children in sign language is 0.397 (SD=0.128) with average maximum level 3.25. To conclude the result, it can be argued that deaf children visual-spatial working memory span with oral, total, and sign language communication methods still not reach the maximum point."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Piaget, Jean, 1896-1980
New York: Meridian Book , New York Meridian Book 1960
412 PIA l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Detia Rini
"Usia dini merupakan masa emas tumbuh kembang anak yang sangat perlu diperhatikan, terutama oleh ibu sebagai orang tua. Salah satu aspek perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan bicara dan bahasa anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan bicara dan bahasa anak usia dini. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Responden penelitian ini berjumlah 106 orang dari wilayah RW 09 Kelurahan Tugu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Insrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 43 pertanyaan seputar perkembangan bicara dan bahasa anak. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebanyak 67% responden (71 orang) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang perkembangan bicara dan bahasa anak usia dini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penyusunan materi dalam pendidikan kesehatan tentang perkembangan bicara dan bahasa anak sehingga diharapkan kejadian gangguan bicara pada anak dapat diminimalkan dan dideteksi lebih dini.

Early childhood is golden period for child development which need full attention, especially from mother as parents. One aspect of child development mentioned here is speak and language development. Because of that, this research is doing exploration mother?s knowledge about speak and language development of early childhood. There were 106 respondents participate this research from RW 09 Kelurahan Tugu. Sampling technique used was purposive sampling. Questionare with 43 questions about speak and language development of early childhood was used as instrument of this research. Result of univariat analys showed that 67% respondent has gained high level of knowledge about speak and language development of early childhood. The result of this research can be used as reference to arrange curriculum for health education programm about speak and language development of early childhood, so parents especially mother can detect the problem earlier and decrease amount of speak and language disorder."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S1653
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Church, Joseph
New York: Random House, 1961
401.9 CHU l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>