Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfi Prayogi
"Manusia memberikan makna terhadap segala hal yang ia temui dan mengubahnya menjadi sebuah simbol. Manusia juga bertindak secara beragam berdasarkan makna yang ia berikan tersebut. Tindakan-tindakan manusia yang beragam tersebut dapat terkumpul dalam sebuah kegiatan/event masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berlangsung salah satunya di jalan raya. Jalan raya dimaknai dan digunakan secara berbeda pada saat sebuah kegiatan/event berlangsung di atasnya. Jalan raya yang digunakan sebagai setting kegiatan/event memiliki karakteristik tertentu. Jalan raya yang dapat menampung lebih banyak peserta kegiatan/event cenderung memiliki tindakan manusia yang lebih beragam di dalamnya. Jalan raya yang digunakan sebagai setting kegiatan/event adalah ruang publik.

Human gives meaning to everything he/she finds and turns it into a symbol. Human also acts variously according to the meaning he/she gives. Those various human actions can be gathered within a society?s event. Event can be held, one of many, on road. Road is interpreted and used differently when an event being held on it. Road used as an event?s setting has certain characteristics. Road that is able to accommodate more event?s participants tends to have more various human actions within it. Road used as an event?s setting is a public space."
2011
S172
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Budisusanto, supervisor
"This paper contains a brief analysis of the road, starting from the path to a modern highway. The analysis was performed in the cultural perspective. It means that the road is not seen as merely physical infrastructure of buildings, but how it constructs a network of knowledge and behavior of the cultures in it. Through this brief review, it is noted that the roads in its history experienced the shift func and meaning . For example , the functions of road that used to bring together both physical and nonphysical, but in its development, it actually has the function to work away. In the most recent phenomenon , road is also synonymous with "window"
to display the artificiality of modernity."
Bandung: ITB (Institut Teknologi Bandung), 2010
495 JUSOS 9:19 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sadhi Sanggakala
"Walaupun intensitas penggunaan ruang jalan sebagai ruang interaksi sosial di dalam lingkungan permukiman kampung kota dan perumahan Perumnas cukup tinggi. Aspek rancang kota yang berlaku belum menyentuh potensi tersebut. Panduan pembangunan ruang jalan pemukiman lebih menekankan pada standar lebar jalan.
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam upaya pemberdayaan ruang jalan ataupun pengembangan ruang terbuka lainnya pada permukiman menengah bawah perkotaan, baik pada permukiman kampung kota maupun perumahan Perumnas. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kajian secara kualitatif. Data yang didapat dirumuskan melalui pengamatan terukur (kuantitatif) melalui survey untuk menghitung intensitas interaksi yang terjadi.
Melalui telaah arsitektur yang berperan dalam pernbentukan ruang kota, kajian ini berhasil mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk ruang interaksi pada ruang jalan. Secara terukur (fisik) unsur-unsur pembentuk ruang interaksi meliputi kualitas dan bentuk keterlingkupan, orientasi, tempat duduk, lantai, sinar matahari, iklim, sirkulasi, pejalan kaki, fungsi kegiatan hunian dan komersil, dan elemen pendukung kegiatan. Unsur-unsur fisik tersebut dikaji melalui intensitas interaksi yang terjadi dalam kerangka waktu, kegiatan yang terjadi Serta jenis kelamin dan usia pelaku interaksi.
Ditinjau dari segi titik-titik (spots) ruang kegiatan interaksi yang terjadi, terdapat perbedaan berdasarkan fungsi kegiatan hunian dan fungsi kegiatan komersial (misalnya warung) yang menjadi Iatar interaksi. Ruang interaksi dibentuk oleh elemen atap sebagai peneduh terjadi pada setting fungsi kegiatan hunian dengan jarak sosial pada lebar jalannya. Pada setting fimgsi kegiatan komersil, ruang interaksi yang terjadi ditentukan oleh faktor perletakan atau lokasinya yang efektif berada pada persimpangan jalan. Ditinjau dan bentuk penggal jalan, pembentukan ruang interaksi dipengaruhi oleh keberagaman setting kegiatan yang terjadi, jarak bangunan dan sifat transparansi/keterbukaan, kepadatan serta keberadaan elemen-elemen yang mampu memfasilitasi posisi duduk dan lebar jalan.
Perbedaan ruang interaksi sosial antara pennukiman kampung dan Perumnas mempengaruhi intensitas pembentukan ruang interaksi baik dari jumlah pengguna maupun lamanya waktu penggunaan ruang interaksi itu sendiri.

Even high intensity the use of street space, as a social interaction space in kampong settlement environment & Perumnas settlement, urban design aspect has not been touching its potential. Design guidelines of street space for Settlement just talk about standard on width of street.
These research findings expect to be a consideration in case of street space empowerment, or another open space development at middle-low income settlement in urban area.
The research approach uses qualitative method. All data are from surveying and then it is formulated by quantitative method to count how high its intensity interaction.
By architectural literature observation on urban space typology, its findings are identifying interaction space factors on street space. Physically, interaction space factors are quality and form of enclosure, orientation, place for sitting, floor, sunlight, climate, circulation, pedestrian, activity on settlement and commercial function, supporting activity element. These physical factors are studied by interaction intensity in term of time, activity, sex and age of actors.
Based on interaction activity space spots, there is dilference between settlement activity function and commercial activity function (ex. warung) that become an interaction setting. Interaction space is formed by roof element, as shading, happened on settlement activity function with its special social distance and width of street On commercial activity function setting, interaction space is formed by site and location factors, that effective on street quarter.
Based on street space form, interaction space formation is influenced by diversity of activity setting, building distance and transparency, density and elements that facilitates place for sitting and width of street.
Social interaction space difference between kampong settlement and Perumnas influence intensity of interaction space, which is sum of users and how long their spent times in interaction space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Gloria Katharina
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan
"Perpustakaan umum sebagai ruang belajar sepanjang hayat memiliki peran strategis dalam memberdayakan masyarakat. Menyadari hal itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Enrekang melakukan transformasi dengan menjadikan perpustakaan sebagai ruang pelibatan masyarakat. Perubahan itu tidaklah terjadi secara instan, tetapi melalui proses pendampingan yang dilakukan oleh program PerpuSeru selaku mitra pengembangan perpustakaan. Program pengembangan perpustakaan tersebut telah berkonstribusi pada perubahan paradigma perpustakaan dalam menyediakan layanan perpustakaan. Tentu tak lepas pula dari komitmen dan konsistensi dari pimpinan dan pustakawan dalam mendukung program tersebut. Salah satu strategi pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial yang telah diterapkan yaitu kegiatan pelibatan masyarakat, yang bertujuan mengajak masyarakat belajar dan berkegiatan untuk mendapatkan pengetahuan dan kesempatan meningkatkan potensinya di perpustakaan. Dalam mendorong pelibatan masyarakat ini, perpustakaan umum juga membangun kemitraan dengan pemustaka untuk berpartisipasi"
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2019
020 PUS 26:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas Hakim
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana sebuah minimart yang awalnya merupakan tempat berbelanja kemudian perlahan berubah menjadi sebuah tempat kegiatan baru bagi sekelompok masyarakat urban. Pada saat ini, munculnya minimart yang selain menjual barang kebutuhan sehari-hari tetapi juga menawarkan tempat untuk berkumpul dan berkegiatan bagi masyarakat sudah mulai umum. Masyarakat urban yang awalnya berkumpul di ruang publik perlahan bergeser menuju ke ruang yang bersifat lebih komersial dikarenakan adanya fasilitas yang ditawarkan. Oleh karena itu skripsi ini bertujuan bagaimana latar belakang perkembangan minimart yang mengalami penambahan makna kegiatan, sejauh mana minimart bermakna sebagai tempat berkegiatan masyarakat urban, disamping itu tulisan ini berfungsi untuk mengetahui bagaimana tata letak ruang dalam minimart yang baik untuk mendorong penjualan dan terjadinya kegiatan lainnya. Hal yang akan dibahas adalah bagaimana perilaku berbelanja masyarakat urban untuk mengetahui perkembangan kegiatan belanja dan lainnya itu sendiri, lalu teori-teori makna ruang seperti space, place dan placemaking; ruang publik dan komersial, inklusif dan eksklusif; dan third space untuk mengetahui makna ruang yang timbul; pengertian minimart dan pada akhirnya tata letak yang baik untuk mendukung ruang menjadi lebih bermakna.
Setelah itu dibahas tiga jenis minimart untuk dijadikan sebagai studi kasus, yaitu: 7-Eleven, Lawson dan Circle K. Dari studi kasus ini terlihat bahwa perkembangan minimart pada masa sekarang ini telah mengubah makna ruang berbelanja yang sebelumnya merupakan sebuah ruang komersial yang digunakan untuk tempat berbelanja menjadi ruang yang lebih kompleks yaitu ruang untuk berinteraksi, aktualisasi dan hiburan bagi masyarakat urban. Ruang tersebut telah menjadi ruang komunal dan third space. Fungsi dari pengaturan tata letak ini adalah untuk mendorong peningkatan penjualan dan! menyediakan tempat untuk berkegiatan. Namun pada kenyataannya makna ruang minimart sebagai ruang sosialisasi terkesan tidak gratis karena dengan adanya penambahan fasilitas sehingga diperlukan biaya untuk menggunakannya, dimana hal ini mempengaruhi third space yang memiliki karakter low profile menjadi mementingkan profit, on neutral ground menjadi dipengaruhi oleh pihak kapitalis, dan leveler menjadi lebih eksklusif.

This thesis discusses how a minimart which was originally a place to shopand slowly turned into a place of new activities for a group of urban society. At present, it is quite common that minimarts sell daily necessities, but it also offers a place to hang out and do activities for the communities. Urban community that was originally gathered in public spaces slowly shifted towards into a more commercial space, due to the facilities that are offered. Therefore, this thesis aim is to determine how far the development of minimarts has meaning for the activities of urban not only as a place to sell, but also as a place to socialize; how minimart means to the urban activism, despite that to find out how the layout of the space has influenced the space for encouraging the sales and other activities. The very first thing to be discussed is how the shopping behavior of urban society to determine the development of the shopping activity itself, then the theories such as space, place and placemaking; public and commercial spaces, inclusive and exclusive; third space to find space that arises from the shopping activity; minimart understanding; and eventually a good layout to support the spaces become more meaningful.
After that, will be discussed the three types minimart to serve as a case study, namely: 7-Eleven, Lawson, and Circle K. The case study shows that the development of today minimart has redefined shopping space that previously was a commercial space that used to be the place to shop into more complex spaces such as space to interact, actualization and entertainment for the urban community. The space has become a communal space and the third space. The function of the layout arrangement is to increase sales and provide a venue for activism. But in fact, the meaning of space as a space for socializing gives impression that minimart is not free space because with the addition of the facilities so it requires fee to use it, where it affects the third space that is characterized by low profile that is not concerned with profit; on neutral ground that is influenced by the capitalist; and a leveler becomes more exclusive.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42014
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Choesnah Idarti
"Kota dan masalah perkotaan merupakan obyek penelitian yang dinamis. Ini disebabkan masalah-masalah perkotaan dan pemecahan-pemecahan yang diajukan sebagai jawabannya akan terus berubah dan berkembang. Mengingat kota-kota adalah tempat-tempat dengan sekumpulan orang yang tinggal di dalamnya tidak seragam, maka masalah yang timbul di satu kota tidak akan sama pemecahannya dengan.pemecahan masalah yang serupa di kota yang lain.
Beberapa pusat kota di sekitar Jakarta saat ini mengalami perkembangan fisik dan sosial yang berlangsung dengan cepat. Perubahan ini merupakan akibat timbulnya masalah-masalah perkotaan yang semakin beragam. Penelitian ini tidak akan membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut, namun mengenai dampak yang timbul akibat perubahan fisik kota terhadap pola ruang sosial kota. Sebagai batasan masalah, penulis mengamati fenomena koridor sirkulasi kota yang terjadi akibat perubahan infrastruktur, yaitu jalan melalui tinjauan ruang kota.
Obyek pengamatan berada di Kotamadya Depok yaitu koridor jalan Margonda Raya. Alasan pemilihan lokasi berdasarkan konteks lingkungan yang potensial. Kotamadya Depok adalah wilayah penyangga Jakarta yang masyarakatnya merupakan komunitas yang unik, yaitu penduduk asal dan penduduk pendatang. Penduduk asal memiliki karakter unik akibat kebudayaan yang terbentuk melalui proses yang panjang2, sedangkan penduduk pendatang hadir karena daya tarik Depok sebagai kota tempat tinggal cukup besar. Selain itu, hadirnya institusi pendidikan tinggi turut memberikan karakter tersendiri pada kotamadya Depok. Jalan Margonda Raya dipilih berdasarkan posisinya yaitu koridor penerima arus mobilitas dari ibu kota negara, Jakarta. Karena itu, pola ruang sosial pada koridor jalan Margonda Raya signifikan karena akibat posisinya sebagai gerbang mobilitas penduduk yang bertinggal di Kotamadya Depok."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 36
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Naimah Ulfatus Shahih
"Kampung hijau tidak hanya sekedar nama, namun merupakan sebuah kampung yang menjalankan konsep keberlajutan. Hal ini mempengaruhi pola hidup masyarakatnya terutama dalam berinteraksi sosial. Interaksi berlangsung antara sesama masyarakat dalam suatu lingkungan yaitu Kampung Hijau. Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, ruang interaksi merupakan hasil dari aktivitas bersama masyarakat Kampung Hijau yang digerakan oleh para tokoh masyarakat setempat. Hal ini yang membentuk masyarakat yang aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungannya. Kegiatan tesebut akan membentuk adanya interaksi yang selalu berkaitan dengan ruang. Bentuk ruang interaksi yang ditemukan adalah ruang yang memang diperuntukan sebagai tempat untuk berkegiatan dan ruang spontan bukan ruang utama untuk berkumpul . Ruang spontan melibatkan elemen batas dalam suatu ruang karena batas menghidupkan ruang interaksi. Elemen batas meliputi jalan, pagar, dan tanaman. Tanaman memiliki makna yang lebih karena dapat memicu adanya interaksi dengan lingkungannya yaitu sebagai pengarah dan pembatas, serta dapat juga dijadikan ruang interaksi manusia melalui peran tanaman sebagai dinding wall dan atap ceiling.

Kampung Hijau is not just a name, but it is a kampung which has the concept of sustainability. It influences the pattern of community, especially in social intraction. The interaction occurs between human beings in Kampung Hijau environment. Based on the results of theoretical review and analysis of case study, the interaction space is a result of Kampung Hijau rsquo s activities which mobilizes by local community leaders. So it makes the community to active and directly involves in activities that related to the environment. These activities will make the interaction that always associated with space. The form of interaction space is found a space that is intended as a place to make activity and spontaneous space not as a gathering space. Spontaneous space involves boundary in a space because of the limit of creating the interaction space. The boundary elements are roads, fences, and plants. Plants have more meaning because it can trigger the interaction with the environment as a guide, barrier, and also can be used as a space of human interaction through the role of the plant as a wall and ceiling. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Lentera Dipantara, 2007
959.8 PRA j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>