Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Djebar Hapip
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1981
499.25 ABD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Djantera Kawi
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
499.221 5 DJA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jumadi
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
499.221 JUM n (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Durdje Durasid
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Deppartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
499.2 DUR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Djantera Kawi
"Dialektologi sebagai bagian dari linguistik historis komparatif, sejak kebangkitannya pada tahun 1876, yang disemarakkan oleh munculnya DSA (Deutscher Sprachatlas) oleh George Wenker pada tahun-tahun berikutnya telah memberi angin baru atau memperkaya pandangan para ahli bahasa dalam telaah kebahasaan. Bahkan kemudian pengingkaran atas hukum-bunyitanpa-kecuali (Ausnahmslosigkeit der Lautaesetze), yaitu pandangan kebahasaan yang dianut oleh kelompok yang menamakan dirinya Neogrammarians (Junggrammatiker) dengan tokoh-tokoh seperti Brugmann, Osthoff dan Leskien.
Sejak itu perhatian pada bidang dialektologi yang juga dikenal sebagai geografi bahasa atau dialek semakin meningkat; dan hal ini ditandai antara lain dengan munculnya karya besar Gillieron yaitu ALF (Atlas Linguistique de la France) dengan suatu modifikasi dalam hal metodologinya apabila dibandingkan dengan DSA-nya Wenker. Ferdinand de Saussure, pelopor linguistik struktural yang membuat pembedaan bahasa ke dalam apa yang dinamakan langue (bahasa sebagai sistem tanda) dan parole (pemakaian bahasa atau ujaran) menyebut data DSA sebagai langue dan ALF sebagai parole (Moulton, 1972: 199).
Dalam kontras dengan linguistik historis komparatif, dialektologi dianggap sebagai telaah variasi bahasa pada dimensi (matra) lain dari dimensi waktu. Dialektologi berkenaan dengan dimensi yang berhubungan dengan ruang dan jarak geografis.
Bahasa yang dipakai pada wilayah yang luas sering diucapkan agak berbeda atau sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Perbedaan tersebut mungkin berkenaan dengan fonologi, leksikon dan gramatika. Variasi geografis ini sesungguhnya sudah lama menjadi perhatian para ahli kebahasaan. Oleh karena itu dalam menerapkan hukum bunyi tersebut, para pemuka Junggrammatiker mengatakan bahwa hukum-hukum itu berlaku dalam batas-batas tertentu. Bila ada penyimpangan maka penyimpangan itu akan dirumuskan kembali dalam hukum tertentu yang lain. Bila tidak dapat dijelaskan maka hal itu merupakan akibat dari analogi. Hal ini ditopang oleh penemuan K. Verner dalam tahun 1876, yang kemudian terkenal dengan nama Hukum-Verner. Rumusan Hukum Verner tersebut berbunyi sebagai berikut: 'Frikatif tak bersuara bahasa German akan berubah menjadi frikatif bersuara dalam lingkungan bersuara bila aksen utamanya tidak terdapat pada vokal sebelumnya dalam bahasa Proto Indo-Eropa' (Keraf, 1984. 43).
Di samping itu yang penting dicatat sebagai dampak dari telaah geografi dialek ialah bahwa bahasa-bahasa lokal dengan kebervariasian dan keberbedaannya yang besar mampu menyajikan data yang sangat luas yang berperan sebagai sebuah laboratorium yang dapat dimanfaatkan oleh para ahli bahasa dengan segala ancangan teori telaahnya (Moulton, 1972: 217).
Dari sejarah perkembangan dialektologi, sejak kebangkitannya, pada pertengahan abad ke-19 di Eropah hingg sekarang, tampak bahwa baik dialektologi itu sendiri (juga linguistik historis komparatif sebagai induknya) maupun linguistik umum telah berkembang dengan pesat dan saling menopang. Dengan berkembangnya linguistik struktural yang rumusan-rumusannya didasarkan pada berbagai data lapangan yang sangat bervariasi, maka berkembang pula dialektologi struktural sebagai implikasi dari penerapan teori-teori struktural dalam telaah dialektologi. Begitu pula dalam perkembangan selanjutnya dalam hal penerapan teori generatif dan sosilinguistik.
Apabila dalam sejarah perkembangan linguistik di Eropah, dialektologi--melalui peta-peta--menyajikan segala macam gejala fonologi, leksikal dan gramatikal yang sangat berharga untuk telaah linguistik, maka telaah dialektologi atas bahasa-bahasa Indonesia tentu akan bermanfaat pula bagi para ahli bahasa di Indonesia dan perkembangan linguistik di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
D00165
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fudiat Suryadikara
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1981
499.27 FUD g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membahasa verba yang bermakna 'menyakiti' dalam bahasa Banjar dan komponen makna dari setia verba tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan dan mendeskripsikan verba yang bermakna 'menyakiti' dalam bahasa Banjar dan komponen makna dari setiap verba tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif..."
MET 12:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This study examines the issue realization greeting datu in expressive speech acts in Banjar language. Issues to be raised is how a form of greeting in the language Banjar datu and how the realization of politeness use datu greeting in expressive speech acts in Banjar people. The objective to be achieved is a form of greeting describe how datu in Banjar and the realization of politeness use datu greeting in expressive speech acts in public Banjar. Metode is descriptive qualitative research. engineering research record and record. Source data from public utterances sungai Nuts, Martapura. January data collection time 2015s / d in March 2015. The result of the discussion of datu greeting being unknown in Banjar language used in polite to call older people because of the kinship or blood, can also be due to the age factor alone, and therefore regarded as the "magical", meanwhile, the realization of politeness use datu greeting in expressive speech acts in Banjar community includes speech acts expressive praise, blame, grateful, and apologized"
Bebasan 2:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rissari Yayuk
"Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana aplikasi makna mitos Banyu pada bahasa banjar berdasarkan sumber leksikon dan kontekstual. Tujuan penelitian meliputi deskripsi aplikasi makna mitos banyu pada bahasa banjar berdasarkan sumber leksikon dan fungsi Banyu dalam bahasa Banjar berdasarkan kontekstual. Metode yang digunakan adalah deskrieptif kualitatif. Teknik pengambilan data adalah simak dan libat cakap. Langkah kerja adalah pengumpulan data, pengolahan data, dan hasil analisis data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam tulisan ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang mempertimbangan waktu pengambilan data pada bulan Januari sampai bulan desember 2017. Tempat pengambilan data di Desa Padang, Kabupaten Banjar. Penyajian data menggunakan kata-kata biasa. Hasil penelitian aplikasi makna mitos banyu pada bahasa banjar berdasarkan sumber leksikonnya terdiri atas sumber asal, bahan, dan pars proto, sedangkan berdasarkan konstektual bersifat biasa dan magis, atau religi. Ada yang difungsikan sebagai air minum biasa, terapi, dan pengobatan."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018
400 JIKKT 6:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jahdiah
"Tindak tutur melarang adalah tindak tutur yang memerintahkan seseorang supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan seseorang berbuah sesuatu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan stategi melarang dalam bahasa Banjar dengan analisis kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif. Sumber data bersifat lokasional, yaitu tempat data dibuat dan digunakan oleh penutur berupa bentuk tuturan melarang di lingkungan keluarga Banjar. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan angket. Teori yang digunakan untuk analisis data kesantutan berbahasa yang dikemukakan Leech. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada enam strategi melarang dalam bahasa Banjar.. yaitu melarang dengan terus terang, melarang dengan basa-basi, melarangan dengan tuturan tidak langsung, melarang dengan pujian, melarang dengan permintaan maaf, melarang dengan alasan. Keenam strategi yang digunakan tersebut merupakan menerapkan prinsip kesantunan dan melanggar prisip kesantunan."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>