Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
St. Louis: Churchill Livingstone, 2009
616 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rapley, Mark
New York: Cambridge, , 2004
362.2 RAP s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edinburgh: Churchill Livingstone , 2009
305.908 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Randolph, Nancy
Pennsylvania: Springhouse, 1998
616.890 231 RAN a;616.890 231 RAN a (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Delmar Publishers, 1983
616.86 SUB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Junardi
"Gejala positif, negatif, dan disorganized adalah tiga kategori gejala skizofrenia (Shives, 2005). Salah satu gejala negatif skizofrenia adalah isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan dan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain (Keliat, 2006). Isolasi sosial merupakan salah satu respon maladaptif dalam rentang respon neurobiologi selain delusi, halusinasi, gangguan emosi dan gangguan perilaku (Stuart & Laraia, 2005). Isolasi sosial berkontribusi terhadap perilaku bunuh diri dengan insiden 10-15% pada klien skizofrenia dan 15% pada klien depresi.
Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan penerapan terapi latihan keterampilan sosial dan psikoedukasi keluarga pada klien dan keluarga klien dengan isolasi sosial dengan pendekatan teori tres adaptasi Stuart di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jumlah klien yang dikelola sebanyak 46 orang dengan masalah keperawatan isolasi sosial dan 20 orang keluarga klien isolasi sosial.
Hasil yang diperoleh yaitu klien mampu berinteraksi dengan orang lain. Tugas utama perawat dalam teori Stuart ini adalah membantu klien agar dapat mengeksplorasi perasaan mereka untuk dapat menetapkan intervensi apa yang akan diberikan dengan peran perawat sebagai , narasumber, pendidik, pemimpin, wali, dan penasehat dalam memberikan layanan keperawatan.
Berdasarkan hasil di atas direkomendasikan bahwa terapi Latihan Keterampilan Sosial dan Psikoedukasi keluarga pada klien dan keluarga klien dengan isolasi sosial dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan perlu disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan.

Positive, negative and disorganized symptoms are three categories of Schizophrenia symptoms (Shieves, 2005). One of the negative symptoms of Schizophrenia is Social Isolation. Social Isolation is a condition where an individual is experiencing a decline in social interaction or even completely unable to interact with others (Keliat, 2006). Social isolation is one of the maladaptive response in the range of neurobiology response in addition to delusions, hallucinations, emotional disorders and behavioral disorders (Stuart & Laraia, 2005). Social isolation contributes to suicidal behavior with the incidence within 10-15% for schizophrenia clients and 15% for depressed clients.
The objective of this scientific work is to illustrate the application of Social Skills Training therapy on socially isolated clients by using the Approach of Adaptation Stress Theory Stuart at Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. The numbers of clients were 46 individuals who were undergoing social isolation treatment.
The results obtained show that clients were able to interact with each other. The main task of a nurse in the application of Stuart Theory is to help the clients to explore their feelings in order to determine the types of interventions to be delivered, with the roles of the nurse as stranger, speaker, educator, leader, trustees and advisor in providing nursing care.
Based on the above results it is recommended that Social Skills Training therapy can be set as standard therapy of mental health care specialist and need to be socialize to the whole general health care units.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Rini
"ABSTRAK
Kesehatan reproduksi merupakan hak bagi setiap manusia namun belum ada
kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual.
Penelitian ini bertujuan melakukan pengumpulan informasi untuk advokasi
kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assesment
Prosedure. Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang, dipilih secara
purposive dan snowball, yaitu berbagai pemangku kepentingan yang terkait
dengan isu kesehatan reproduksi dan disabilitas. Metode pengumpulan data
melalui indepth interview pada tahap analisis. Tahapan penelitian ini yaitu
analisis; strategi pro aktif dengan membuat factsheet, press release serta
penyelenggaraan lokakarya; mobilisasi sebagai langkah awal dari membangun
koalisi; dan aksi advokasi melalui lokakarya. Hasil analisis didapatkan belum
adanya kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas
intelektual karena bukan program prioritas dan hasil lokakarya diperoleh usulan
rekomendasi yang selanjutnya dibuat dalam bentuk policy brief berupa melakukan
kajian perundang-undangan dan modul yang sudah ada terkait kesehatan
reproduksi dan disabilitas dengan melibatkan semua pihak untuk berkoordinasi,
modul psikoedukasi kesehatan reproduksi bagi remaja tunagrahita yang sudah ada
perlu masuk ke dalam sistem pemerintah serta penyediaan alat peraga kesehatan
reproduksi di SLB C.

ABSTRACT
Reproductive health is a right for every human being yet there is no public policy
for concentrating reproductive health for adolescents intellectual disability. This
study aims at collecting information for advocacy on the issue. This study used a
qualitative research with Rapid Assessment Procedure design. The informants in
this study amounted to 12 people were selected purposively and employed
snowball, procedure a number of informant were selected consist of different
stakeholder. Data were collected through in-depth interview on the analysis stage.
Stages of this research is the analysis; pro-active strategy to create factsheets,
press releases and organizing workshops; mobilization as the first step of building
coalitions; and advocacy action through workshops. The results of the analysis
indicated no public policies for reproductive health programs for adolescents
intellectual disability because is not a priority program and the results of the
workshop obtained by the proposed recommendations were subsequently made in
the form of policy briefs be reviewing legislation and existing modules related to
reproductive health and disabilities by involving all parties to coordinate,
psychoeducation module reproductive health for adolescents intellectual
disability existing need to get into the government system and the provision of
reproductive health props in SLB C."
2016
T53723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris, James C.
New York: Oxford University Press, 2006
616.858 8 HAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menggambarkan secara mendalam problematika yang dihadapi keluarga dari anak dengan intellectual disabilty (ID) yang tinggal di daerah pedesaan, dengan beberapa pertanyaan penelitian: (1) Bagaimana persepsi keluarga terhadap anak dengan ID? (2) Bagaimana proses penerimaan keluarga terhadap kehadiran anak dengan ID? (3) Apakah dampak kehadiran anak dengan ID di tengah-tengah sebuah keluarga? (4) Bagaimana pengharapan masa depan keluarga terkait dengan kondisi anak dengan ID? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Subjek penelitian ini adalah empat keluarga yang memiliki anak dengan ID dan dua tokoh masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: (1) mayoritas keluarga memiliki persepsi yang salah terhadap anak dengan ID, yang berawal dari pengetahuan mereka yang sangat terbatas tentang ID dan berujung pada intervensi yang salah; (2) semua keluarga masih berada dalam proses menuju penerimaan; (3) kehadiran anak dengan ID di tengah-tengah keluarga memunculkan berbagai dampak negatif dan positif, baik secara personal, secara interpersonal dalam satu keluarga, maupun secara interaksional keluarga dengan lingkungan sekitar; (4) mayoritas keluarga berharap anak mengalami kesembuhan atau menjadi normal.
"
JURPEND 14:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sasanto Wibisono
"Dengan memilih judul tersebut di atas, saya mencoba membahas peran psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa dalam berbagai segi kehidupan, termasuk juga perannya bagi pendekatan integratif di bidang kedokteran.
Dengan memahami peran psikiatri dalam berbagai segi kehidupan, diharapkan bahwa dasar-dasar pengetahuan dan pengamalan bidang psikiatri dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan dan kualitas hidup.
Meskipun sudah lebih dari satu abad psikiatri menjadi bagian bidang ilmu kedokteran, ternyata masih banyak yang tidak mengetahui lingkup peran psikiatri secara benar, baik di kalangan awam maupun lingkup kedokteran sendiri. Peran psikiatri masih selalu dikaitkan dengan gangguan jiwa saja, padahal cakupan peran psikiatri sebagian besar justru di dalam berbagai aspek kehidupan yang menentukan tinggi atau rendahnya tingkat kesehatan jiwa individu maupun masyarakat. Perkembangannya di Indonesia tidak terlepas dari bayangan stigma yang masih kuat terhadap gangguan jiwa.
Psikiatri dan Kesehatan Mental (Psychiatry and Mental Health)
Saat ini masih ada beberapa kerancuan pada makna istilah, yang dapat menghambat usaha memasyarakatkan psikiatri.
Istilah psikiatri (inggris: psychiatry) diangkat dari bahasa Yunani, yaitu psyche (soul, mind - kehidupan mental, baik yang sadar maupun bawah sadar dalam bahasa Indonesia: roh, jiwa, mental) dan iatreia (healing- penyembuhan). Sesuai dengan kedudukannya sebagai bidang ilmu, maka di dalam bidang psikiatri, psyche berarti mind atau mental dan bukan berarti soul atau roh.
Dalam bahasa Indonesia, jiwa dapat berarti: (1) roh, nyawa, atau (2) seluruh kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan-angan, dsb. Dalam hubungan dengan psikiatri, diambil pengertian yang kedua, bukan roh. Penggunaan istilah jiwa juga dapat menimbulkan salah pengertian, karena sering dikaitkan dengan segi spiritual.
Ilmu Kedokteran Jiwa dan Psikiatri merupakan istilah bahasa Indonesia untuk Psychiatry, dan Kesehatan Jiwa untuk Mental Health. Meskipun sudah lama digunakan, masih sering terjadi kerancuan pengertian antara Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa tersebut.
Psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa) adalah cabang spesialistik Ilmu Kedokteran, yang mempelajari patogenesis, diagnosis, terapi, rehabilitasi, pencegahan gangguan jiwa dan peningkatan ikhtiar peningkatan taraf kesehatan jiwa. Penyandang profesi keahliannya adalah psikiater atau spesialis kedokteran jiwa.
Kesehatan Jiwa (Mental Health) merupakan bidang yang luas, yang menggambarkan segi kualitas taraf kesehatan di bidang kejiwaan. Meskipun psikiatri mempunyai peran sangat penting dalam bidang kesehatan jiwa, sebenarnya kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab semua pihak, bersifat multidisiplin dan multisektor (berbagai pihak/bidang disiplin baik dalam lingkup kedokteran maupun lainnya - misalnya psikologi, ilmu sosial, keluarga, masyarakat, segi budaya, segi agama/spiritual, sosio-ekonomi, dsb.) Untuk menghindari kerancuan, akan lebih jelas kiranya bila psychiatry diterjemahkan menjadi psikiatri dan mental health dengan kesehatan mental."
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0147
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>