Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169801 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Haryo Pradana
"Penelitian tentang distribusi dan keanekaan jenis burung Kampus UI Depok pada berbagai subtipe habitat telah dilakukan pada bulan Agustus--Oktober 2006. Sensus burung dan pengambilan data struktur vertikal vegetasi dilakukan dengan metode titik, sedangkan pengambilan data stratifikasi horizontal habitat dilakukan dengan metode transek. Analisis data dilakukan dengan melihat data distribusi dan keanekaan jenis burung dengan profil subtipe habitatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi 39 jenis burung yang ditemukan di Kampus UI Depok ditentukan oleh jenis sistem, perbedaan lapisan tajuk, struktur horizontal habitat, komposisi jenis tumbuhan, pembagian sumberdaya dan kompetisi antar jenis burung yang berkerabat dekat. Subtipe-subtipe habitat yang ada di Kampus UI Depok terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan komposisi jenis burungnya yaitu kelompok subtipe-subtipe habitat dengan komposisi jenis burung yang menyukai habitat terestrial dan kelompok dengan komposisi jenis burung yang menyukai habitat perairan. Tingginya nilai indeks keanekaan jenis burung disebabkan oleh tingginya nilai indeks keanekaan lapisan tajuk, tingginya kekayaan jenis tumbuhan, dan luas wilayah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Toni
"Judul penelitian tentang struktur komunitas vegetasi di Urban Forest Universitas Indonesia (UI). Diteliti diadakan pada November - Desember 2008. Ada tiga zona di Urban Forest UI: East Wallace Zone, Barat Wallace Zone dan Alam Vegetasi Zone. The diteliti dilakukan teknik sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 104 spesies tumbuhan di semua zona hutan kota UI. Tingginya kekayaan spesies tumbuhan ditemukan di Wallace Timur dan Barat Wallace Zona ada 63 spesies, tapi Natural Vegetasi Zona ada 32 spesies. Indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di Wallace Zona Barat (3,16), Wallace Zona Timur (2,98), dan Zona Vegetasi Alam (2,30). Indeks keseragaman tertinggi ditemukan di Barat Wallace Zone (0,76), East Wallace Zona (0,71), dan Vegetasi Zona Alam (0,66). Tertinggi indeks keanekaragaman (INP) ditemukan oleh Acacia mangium di Zona Vegetasi Alam (180,04), dan Barat Wallace Zone (139,56) oleh Albizia falcataria di Wallace Zona Timur (99,23). Semua zona di UI Hutan Kota dibentuk dari pertumbuhan alami jenis pohon endemik dan kegiatan penanaman diadakan pada tahun 1984, 1998, 2002 DAN 2004.

The title of researched about vegetation community structure at Urban Forest University of Indonesia (UI). Researched was held on November - December 2008. There are three zones at Urban Forest UI : East Wallace Zone, West Wallace Zone and Natural Vegetation Zone. The researched was done sampling technique. The result showed that there was 104 species of vegetation at all of UI urban forest zones. The high richness of vegetation species is found at East Wallace and West Wallace Zone there was 63 species, but Natural Vegetation Zone there was 32 species. The highest diversity index was found at West Wallace Zone (3,16), East Wallace Zone (2,98), and Natural Vegetation Zone (2,30). The highest equitability index was found at West Wallace Zone (0,76), East Wallace Zone (0,71), and Natural Vegetation Zone (0,66). The highest diversity index (INP) was found by Acacia mangium at Natural Vegetation Zone (180,04), and West Wallace Zone (139,56) by Albizia falcataria at East Wallace Zone (99,23). All zone at the Urban from natural growth endemic tree species and planting activities were held in 1984, 1998, 2002 dan 2004."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiyanna Syarain
"ABSTRAK
Penelitian jenis-jenis tikus dan penyebarannya di Kebun Binatang Ragunan Jakarta dilakukan pada minggu ketiga dan keempat bulan September 1985. Lokasi penelitian di areal KBR terdiri dari 6 tipe habitat yang berbeda keadaan vegetasintanya. Jenis-jenis tikus yang berhasil ditangkap terdiri dari Rattus tiomanicus. R. exulans. R. norvegicus, dan Banticota indica. Penyebaran kelima tikus tersebut sesuai dengan kekhasan habitat masing-masing. R. tiomanicus menyebar di hampir keenam tipe habitat, kecuali tipe habitat kandang tertutup. R. r. diardi menyebar di sekitar pemukiman, R. exulans menyebar di kandang terbuka dan padang rumput, semak, serta hutan buatan. R. norvegicus hanya terdapat di pemukiman, sedang B. indica menyebar di pemukiman, kandang tertutup, serta kandang terbuka dan padang rumput. Indeks Kesamaan Komunitas yang disusun dalam diagram Trellis menunjukkan bahwa tipe-tipe habitat kandang terbuka dan padang rumput, semak dan hutan buatan mempunyai kesamaan komunitas tikus dengan keanekaragaman jenis yang hampir serupa. Asosiasi interspesifik di antara jenis-jenis tikus ternyata negatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarman
"Hasil-hasil investigasi epidemiologi akan sangat membantu para dokter hewan untukmemperoleh informasi dalam penanganan suatu penyakit. Demikian pula investigasi epidemiologi pada manajemen orangutan di Kebun Binatang Ragunan, akan sangat bermanfaat memberikan informasi dan data di dalam menyelenggarakan pengelolaan orangutan di Kebun Binatang Ragunan. Data tingkah laku orangutan di dalam kandang, sistem perkandangan, mutu dan jumlah pakan yang diberikan, catatan tentang status kesehatan, uji tuberkulinasi, hematologi normal, elektrokardiogram normal, kimia klinik normal, prosedur kontrasepsi, kesemuanya ini bisa dipakai di dalam pengelolaan kesehatan orangutan di Kebun Binatang Ragunan. Populasi orangutan kalimantan di alam makin lama makin menurun, antara lain disebabkan oleh perburuan liar. Oleh karena itu bagaimanapun juga usaha reintroduksi harus dilakukan secara berkesinambungan pula. Untuk tujuan itu diperlukan generasi orangutan yang memenuhi sarat untuk di reintroduksikan ke alam. Jadi Kebun Binatang harus mampu menghasilkan generasi orangutan yang sehat, tidak berpenyakit menular, tidak mengidap endoparasit, ektoparasit, serta tetap memiliki sifat-sifat alaminya. Orangutan termasuk anggota kera besar yang mempunyai kantung udara luas dan berkelok-kelok, sehingga memudahkan terjadinya infeksi yang bersifat kronis. Pada umumnya radang kantong udara pada orangutan kalimantan di Kebun Binatang Surabaya dart Kebun Binatang di Luar Negeri kesemuanya bersifat kronis. Dan eksudatnya dapat diisolasi bakteria Pseudomonas aerugenosa, Proteus vulganis, Escherechia coll. Bakteri-bakteri ini pada umurnnya bukan patogen juga terhadap manusia, tetapi pada isolasi kuman dari eksudat radang kantong udara pada orangutan jantan di Kebun Binatang Ragunan juga ditemukan bakteri Streptococcus pneumoniae yang sangat patogen terhadap manusia, satwa liar, hewan ternak dan hewan kesayangan. Bahkan Streptococcus pneumoniae ini bisa menular dari satwa kepada manusia yang disebut zoonosis dan dari manusia ke satwa yang disebut anthropozoonosis. Radang kantong udara pada orangutan Kalimantan di Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Surabaya ini, baru pertama kali dilaporkan di Indonesia. Ditemukannya bakteri Streptococcus pneumoniae di eksudat radang kantong udara pada orangutan di Kebun Binatang Ragunan juga baru pertama kali dilaporkan.

Kalimantan orangutan ( Pongo pygmaeus pygmaeus, Hoppius, 1763) is member of the great ape group which is endemic in Kalimantan island of Indonesia. Its fur color is reddish, dark or light brown. The fur is quite long and dense, especially at the shoulders and arms. Its head rump length (HRL) is approximately 1.25 - 1.5 meters (exceptionally, the HRL might reach 1.8 meters). The average body weight of the female is about 40 kg and of the male is about 75 - 100 kg. The orangutans is highly adapted to an arboreal mode of life, therefore it is considered as the true arboreal member of the great ape group. It explores the jungle of Kalimantan by swinging from branch to another branch of the tree. Its swinging movement is supported by its arms, which are longer and stronger than the arms of the other great apes. Its arms spread is about 2.25 meters. Most of the males have large cheek flanges which consist of fibrous tissue, at the side of the face. The width and length of the cheek flanges mature male is about 10 centimeters and 20 centimeters respectively. It also has a throat sac, which is called "air sac". The sac is extremely developed and can take in several litters of air. Due to the drastic decrease of its in situ population, caused by illegal hunting and other reasons, the orangutan has been considered as an endangered species (IUCN - Appendix I) and its existence has been strictly protected by law (Fauna Protection Ordinance, 1931 - Stbl 134 and 226). Recently, reintroduction program has been considered as an effective approach to conserve the orangutan population in its in situ habitat. This program begins with the breeding program of the orangutan in the captive environment which is a simulated environment of its native habitat. The goal of captive breeding program is to bear the offspring of the orangutan which will be reintroduced to its native habitat later on, in healthy condition, free from infectious deseases, endo and ecto parasites and still bears its natural behavior. The Zoological Park would be the right institution to conduct the program. The captive (ex situ) breeding program of the orangutan has been being conducted by the Ragunan Zoological Park in Jakarta to study epidemiological, behavior, and other biological aspects of the orangutan in order to support the reintroduction program. Specifically, the study has examined and or investigated the medical records, feed and nutrition, behavior, tuberculin test, contraceptive procedure, normal electrocardiogram, normal hematology, clinical chemistry, caging contruction and management (include sanitation), preventive and curative disease treatment and raising procedure. The medical data, which has been collected for five years, indicated that the orangutan raised in the open cages was healthier than the one raised in the close cages. It was observed that the former group was rarely infected by any diseases. The investment of the open cage was more expensive than the close cage during construction period, but relatively very small cost was needed for maintenance in the long run. The air sacullitis case among the orangutan in Kalimantan has never been reported. This disease is a chronic disease. However, the case was reported among the orangutan raised in the foreign countries. It was reported that the case was caused by the Pseudomonas sp, Proteus sp and by Ischerechia call. These bacteria are not pathogen. The examination of air saculitis exudate derived from the orangutan raised in the Ragunan Zoo, has been sucsesful in isolating the Streptococcus pneumoniae. This bacteria is pathogen and anthropozoonosis to human and to other wild or domesticated animals.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Marsono
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Purmiasa
"Pendorong utama kepunahan avifauna hutan tropis adalah hilangnya habitat dan fragmentasi. Pulau Halmahera yang berada di Maluku Utara memiliki nilai endemisitas burung yang tinggi. Namun, penebangan hutan dan kegiatan antropogenik lainnya telah menurunkan sekitar 80% hutan alamnya. Meskipun demikian dampak hilangnya habitat dan degradasi hutan terhadap spesies burung masih kurang dipahami. Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Halmahera, dari bulan Desember 2016 sampai dengan Pebruari 2017, pada dua tipe habitat yaitu hutan bekas tebangan dan kebun campuran.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan spesies burung pada habitat hutan bekas tebangan dan kebun campuran serta efek dari perubahan tipe habitat terhadap sebaran dan kelimpahan burung di Halmahera. Penelitian ini menggunakan metoda titik hitung dengan penghitungan jarak (VCP), pengamatan burung dilakukan selama sepuluh menit pada setiap titik pengamatan yang terletak pada interval 200 m sepanjang transek. Secara keseluruhan, tercatat 700 kontak burung yang teridentifikasi dari 90 titik pengamatan di hutan bekas tebangan (rata-rata = 7,7 per stasiun) dan 334 kontak burung di 55 titik pengamatan di kebun campuran (rata-rata = 6,07 per stasiun).  Jumlah total spesies yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah 75 jenis, 62 di hutan bekas tebangan (61 tercatat di titik pengamatan) dan 57 di kebun campuran (56 tercatat di titik pengamatan). Sebanyak 22 spesies burung endemik Maluku Utara ditemukan di hutan bekas tebangan dan 16 spesies di kebun campuran. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keragaman spesies burung tinggi di hutan bekas tebangan yang sedang mengalami pertumbuhan kembali, namun rendah di kebun campuran.  Hal yang penting adalah hampir semua spesies burung sebaran terbatas secara global di Halmahera dapat dijumpai di hutan bekas tebangan dengan proses pertumbuhan kembali. Hasil tersebut mungkin disebabkan oleh regenerasi habitat yang cepat dan adanya area hutan yang tidak terganggu atau sedikit terganggu diantara habitat hutan bekas tebangan.

The main driver of tropical forest avifauna extinctions is habitat loss and fragmentation. Halmahera Island located in the Northern Moluccas has a high bird endemism. However, logging and other anthropogenic activities have degraded around 80% of its natural forests. The impact of habitat loss and degradation on these species is poorly understood.  This research was conducted in Halmahera Island, from December 2016 until February 2017.  The study was conducted on logged forest and mixed gardens. The purpose of the research is to know the bird species in logged forest and mixed garden in Halmahera, and  effects of habitat change to diversity and abundance on birds in Halmahera. The study used a point count method. At  each point count, birds were recorded during the ten-minute timed counts at points that were situated at 200 m intervals along transects. There were 700 bird contacts at 90 point count in logged forest (average = 7.7 contact per station) and 334 bird contacts in 55 point count in mixed garden (average = 6.07 per station) . The total number of species identified in the study were 75 species, 62 in logged forest (61 recorded at points count and 57 in mixed garden (56 recorded in point count). A total of 22 species of North Maluku endemic birds are found in logged-over forests and 16 species in mixed gardens. The study found that bird species diversity is high in the regrowth forest, but low in in mixed gardens. Importantly, almost all of the globally restricted range species were present in the regrowth forest. These results in the logged areas are probably due to rapid habitat regeneration and the presence of undisturbed or slightly disturbed forest patches."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akmal Ariyananda
"[Studi keanekaragaman spesies lumut hati dan lumut sejati di hutan kota Universitas Indonesia telah dilakukan pada Februari--November 2014. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode jelajah bebas. Tercatat sebanyak 22 spesies lumut yang terdiri atas 8 spesies lumut hati dan 14 spesies lumut sejati. Spesies lumut hati yang ditemukan berasal dari 3 famili dan 5 genus, sementara spesies lumut sejati
berasal dari 6 famili dan 8 genus. Spesies lumut hati yang ditemukan yaitu Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. Spesies lumut sejati yang ditemukan yaitu Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.;A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila
involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata., A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila
involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.]"
2015
S58392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poerweni Nooroel`ain Poespitasari
"Tidak ayal lagi bahwa pembangunan ekonomi akan selalu melibatkan alam karena di sanalah manusia membangun prasarana dan sarana fisik dan alam juga mempunyai potensi sumber daya yang harus digali. Seiring dengan pembangunan ekonomi, mulai muncul kesadaran bahwa kehidupan di muka bumi ini sangat bergantung kepada hutan-hutan yang berfungsi sebagai paru-paru bumi. Tetapi proses penghangusan alam berlangsung terus dan mengakibatkan pemusnahan berbagai species hewan dan tumbuhan.
Kebun Binatang sebagai salah satu bagian dari usaha yang memanfaatkan satwa saat ini dituntut untuk leblh banyak berperan dalam usaha perlindungan dan pelestarian alam daripada sekedar memperagakan koleksi satwa langkanya. Kebun Binatang Ragunan Jakarta sebagai salah satu pemain dalam usaha di atas menghadapi tuntutan yang serupa. Sebagai organisasi Badan Pengelola millik Pemda DKI Jakarta, maka KBR dituntut untuk lebih berperan dalam memasyarakatkan usaha perlindungan dan pelestarian alam.
Tujuan dari penulisan karya akhir ini adalah pada dasamya adalah untuk mengetahui strategi usaha yang telah dilakukan oleh KBR dalam menghadapi tuntutan tersebut. Demikian juga akan mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup KBR umumnya untuk mengungkapkan kekuatan, keterbatasan, kesempatan, dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh KBR.
Melalui analisa Iingkungan internal, diperoleh gambaran bahwa KBR mempunyai kekuatan dalam hal pengalaman untuk mengelola usaha kebun binatang karena kehadiran KBR sudah ada sejak tahun 19M; memiliki sumber daya manusia yang cukup besar; didukung pembiayaan dari pemerintah, luas wilayah mencapai 135 Ha, dengan lebih dari 4000 specimen satwa dan 47.499 pohon.
Namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang harus diperbaiki oleh KBR, seperti: rendahnya citra KBR sehingga orang enggan datang ke KBR, komposisi tingkat pendidikan dari sumber daya manusia yang tidak seimbang; anggaran yang terbatas dari pemerintah teknologi dan peralatan yang sudah usang sehingga dapat mengghambat pekerjaan dan minimnya sarana transportasi di dalam lokasi.
Sedangkan melalui analisa eksternal, KBR masih mempunyai prospek sebagai ruang publik yang terbuka hijau; adanya peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung usaha konservasi; tingkat pertumbuhan penduduk dan thigkat pendidikan yang semakin baik; serta perkembangan dari teknologi yang berkaitan dengan konservasi itu sendiri dan teknologi informasi.
Meskipun demikian ancaman yang harus dihadapi oleh KBR juga dinilai cukup besar karena: berkurangnya pengunjung karena krisis ekonomi dan faktor keamanan dari situasi poiltik yang tidak stabil; semakin banyaknya substitusi rekreasi; perkembangan kota yang pesai menyebabkan urbanisasi dan menjauhkan publik dan lingkungan dan KBR khususnya, sena menyebabkan wilayah Ragunan menjadi menarik untuk bisnis.
Berdasarkan kondisi lingkungan eksternal dan situasi internal yang dihadapi oleh KBR tersebut di atas maka untuk menyebarluaskan perhatian kepada konservasi adalah melalui pengunjung yang datang ke KBR dengan cara meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan 1siiitas Iayanan. Melaluì anailsa SLOT, KBR dapat menerapkan strateginya melalui: pengembangan satana pelayanan sebagai fasifitas sosial dan konservasi, melakukan pendidikan konservasi bekeijasama dengan sekolah-sekolah dan ìnstansi-instansi sebagai permulaan untuk mengenalkan upaya konservasi.
Anggaran yang terbatas dapat diatasi KBR dengan melakukan kerjasarna dengan pihak ketiga untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas layanan dan konservasL Pelatlhan SDM sangat diperlukan untuk mengikuti perubahan-perubahan ini. KBR juga harus aktif dan teratur untuk melakukan promosi dan public relation tentang apa yang menjadi tugas, fiìngsi, dan sasaran yang ingin dicapai KBR., dan memberikan fakta-fakta tentang pentingnya konservasi kepada masyarakat luas. Agar program-program itu dapat tercapai maka perlu juga dikembangkan suatu sistem inforrnasi yang terintegrasi.
Sedangkan untuk mengatasi ancaman yang timbul dan keterbatasan perusahaan maka perlu ditinjau lagi struktur organlsasi KBR. Dan untuk lebih mengingatkan masyarakat tentang adanya KBR perlu dibuat suatu sirnbol, lambang, atan logo yang berhubungan dengan KBR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimar Adhi Perdana
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S31631
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>