Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Irma Suryani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Indro Buwono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rochyatun
"Pengamatan terhadap kandungan logam berat dalam sedimen telah dilakukan di perairan Teluk Jakarta pada bulan Juni dan September 2003. Kadar logam berat dalam sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta berkisar antara Pb = 8,49-31,22 ppm, Cd = <0,001-0,47 ppm, Cu = 13,81-193,75 ppm, Zn = 82,18-533,59 ppm dan Ni = 0,99-35,38 ppm, sedangkan bagian Tengah Teluk Jakarta, kadar Pb berkisar antara 2,21-69,22 ppm, Cd = <0,001-0,28 ppm, Cu = 3,36-50,65 ppm, Zn = 71,13-230,54 ppm dan Ni = 0,42-15,58 ppm dan bagian Timur Teluk Jakarta, kadar Pb berkisar antara 0,25-77,42 ppm, Cd = <0,001-0,42 ppm, Cu = 0,79-44,94 ppm, Zn = 93,21-289,00 ppm dan Ni = 0,42-128,47 ppm. Kadar logam berat dalam sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta lebih tinggi dibandingkan di bagian Tengah dan Timur Teluk Jakarta. Sedimen di bagian Barat Teluk Jakarta mempunyai tekstur berupa lumpur yang berwarna hitam, hal ini terbukti bahwa sedimen yang mempunyai tekstur berupa lumpur mengandung logam berat yang cukup tinggi.

Observation on Heavy Metals in Sediment of Jakarta Bay Waters. Observation on heavy metals in Jakarta Bay, from June and September 2003. Heavy metals Pb in sediment at the West have been conductet of Jakarta Bay Waters varied between Pb = 8,49-31,22 ppm, Cd = <0,001-0,47 ppm, Cu = 13,81-193,75 ppm, Zn = 82,18-533,59 ppm and Ni = 0,99-35,38 ppm,while those at the Center of Jakarta Bay, varied between Pb = 2,21-69,22 ppm, Cd = <0,001-0,28 ppm, Cu = 3,36-50,65 ppm, Zn = 71,13-230,54 ppm and Ni = 0,42-15,58 ppm and at the East of Jakarta Bay, Pb content varied between 0,25-77,42 ppm, Cd = <0,001-0,42 ppm, Cu = 0,79-44,94 ppm, Zn = 93,21-289,00 ppm and Ni = 0,42-128,47 ppm. Hevy metals content in sediment the West of Jakarta Bay was high of equivalent the Center and East of Jakarta Bay. At than those composition sediment at the west was black, that indicated high heavy metals content."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Khaira
"Teluk Jakarta merupakan salah satu daerah pesisir dengan aktivitas manusia yang tinggi menghasilkan limbah industri dan limbah domestik berupa kandungan logam berat, kista dinoflagellata yang dapat menyebabkan peristiwa Harmful Algal Bloom (HAB). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan kelimpahan kista dinoflagellate beserta kandungan logam berat dalam sedimen, juga kelimpahan dinoflagellata di air. Sampel sedimen dan air diambil dari 12 titik di Teluk Jakarta. Dinoflagellata genus Noctiluca memiliki kelimpahan yang tinggi dan mendominasi sebagian besar titik pengambilan sampel di perairan Teluk Jakarta (43.382.873 sel/m3). Kista dinoflagellata Alexandrium memiliki kelimpahan yang paling tinggi dengan distribusi luas meliputi ke seluruh titik sampling (53 sel/gram). Korelasi antara kandungan logam berat tembaga (Cu) dengan kelimpahan kista Alexandrium menunjukkan korelasi negatif di semua lokasi penelitian kecuali di Muara Baru. Korelasi kandungan logam berat seng (Zn) dengan kista Alexandrium menunjukkan korelasi positif di semua lokasi penelitian kecuali di Ancol. Ada korelasi positif antara faktor turbiditas dengan kelimpahan kista Alexandrium dan DO dengan kelimpahan kista Alexandrium. Korelasi negatif dan positif ditemukan antara faktor salinitas, suhu dan pH dengan kista Alexandrium.

Jakarta Bay is one of the coastal areas with high human activity producing industrial waste and domestic waste in the form of heavy metal content, dinoflagellate cysts which can cause Harmful Algal Bloom (HAB) events. This study aims to analyze the distribution and abundance of dinoflagellate cysts along with heavy metal content in sediments, as well as the abundance of dinoflagellates in water. Sediment and water samples were taken from 12 points in Jakarta Bay. Noctiluca dinoflagellates have a high abundance and dominate most of the sampling points in the waters of Jakarta Bay (43.382.873 cell/m3). Alexandrium dinoflagellate cysts have the highest abundance with a wide distribution over all sampling points (53 cell/gram). Correlation between heavy metal copper (Cu) content and abundance of Alexandrium. showed a negative correlation at all study locations except in Muara Baru. The correlation of zinc (Zn) content with Alexandrium cysts showed a positive correlation in all study locations except Ancol. There is a positive correlation between turbidity factor and Alexandrium cyst abundance and DO and Alexandrium cyst abundance. Negative and positive correlations were found between salinity, temperature and pH factors with Alexandrium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kahlil Lukmanul Akmal
"Pencemaran logam berat ini paling banyak berasal dari limbah air. Oleh karena itu, salah satu cara meminimalisir pencemaran logam berat yaitu adsorpsi dengan menggunakan adsorbent. Terak feronikel memiliki potensi untuk dijadikan adsorbent logam berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi residu dari terak feronikel untuk menjadi adsorbent logam berat. Proses hidrotermal dan pelindian dilakukan dengan variasi temperature 140, 160, 180, 200 dan 220oC serta variasi waktu 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam dan 7 jam serta proses kalsinasi dilakukan dengan variasi temperatur 600, 650, 700 dan 750oC dengan waktu ½, 1, 2, 4 dan 7 jam. Hasil dari karakterisasi ICP-OES yaitu temperature optimal diketahui pada temperature 220oC dan untuk variasi waktu pada waktu 2 jam dikarenakan memiliki efisiensi adsorpsi paling tinggi untuk mengikat logam berat. Hasil dari karakterisasi ICP-OES dan SEM bahwa temperature optimal untuk tingkat efisiensi adsorpsi paling tinggi yaitu pada temperature 700oC dikarenakan nilai hasil efisiensi adsorpsi yang paling tinggi dan hasil SEM yang memiliki luas permukaan paling luas serta berpori-pori kecil dan banyak.

Most of this heavy metal pollution comes from waste water. Therefore, one way to eliminate heavy metal pollution is adsorption using an adsorbent. Ferronickel slag has the potential to be used as heavy metal adsorbent. The purpose of this study was to determine the residual efficiency of ferronickel slag to become heavy metal adsorbent. The hydrothermal and leaching processes were carried out with temperature variations of 140, 160, 180, 200 and 220oC as well as time variations of  30 minutes, 1 hour, 2 hours, 4 hours and 7 hours and the calcination process was carried out with temperature variations of 600, 650, 700 and 750oC with time ½, 1, 2, 4 and 7 hours. The result of ICP-OES characterization is that the optimal temperature is known at 220oC and for time variations at 2 hours because it has the highest adsorption efficiency to bind heavy metals. The results of the characterization of ICP-OES and SEM that the optimal temperature for the highest level of adsorption efficiency is at a temperature of 700oC because the value of the highest adsorption efficiency and SEM results has the largest surface area and has many small pores.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Saguling reservoir has recently been facing to several serious problems such as water qualitydegradation due to organic matter contamination, heavy metal, pesticides and other micropollutant materials.... "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kandungan polutan dalam air limbah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan polusi lingkungan. Air limbah dengan
kandungan polutan tinggi harus diturunkan sampai memenuhi ambang batas aman, sehingga tidak merusak lingkungan.
Kandungan maksimum logam berat dan parameter lain yang diizinkan dalam air limbah masing-masing adalah: 1,0
mg/L untuk besi (Fe), 0,5 mg/L untuk mangan (Mn), 500 mg/L untuk kesadahan (CaCO3), 0,05 mg/L untuk arsen (As),
200 mg/L untuk natrium (Na), 0,5 mg/L untuk timbal (Pb), kekeruhan 25 NTU, 6,5 -9,0 untuk pH dan 10 mg/L untuk
bahan organik. Jika kandungan logam berat dan kekeruhan melebihi dari ketentuan tersebut, maka air harus diolah
sampai memenuhi syarat. Salah satu proses pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan proses
elektrokagulasi. Penelitian dilakukan dengan mengalirkan campuran air limbah dari industri pembuat komponen
elektronika dan air limbah rumah potong ayam sebanyak 4,5 liter ke dalam bak elektrokoagulasi yang dilengkapi
sumber arus searah. Proses elektrokoagulasi dijalankan menggunakan arus 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 ampere dengan
interval waktu pengamatan 20 menit. Analisis kandungan logam berat dilakukan dengan AAS dan kekeruhan dengan
turbidimetri. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar besi yang memenuhi syarat adalah 0,91 mg/L dan kekeruhan
21,2 nepnelometrik turbidity units (NTU) dengan waktu proses 120 menit pada penggunaan arus 0,4 ampere. "
621 ELIT 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Windri Handayani
"Biosintesis nanopartikel perak dengan memanfaatkan tumbuhan tropis untuk sintesis nanomaterial yang ramah lingkungan berpotensi untuk dikembangkan. Tumbuhan diketahui memiliki kemampuan untuk mereduksi ion perak menjadi partikel perak berukuran < 100 nm. Nanopartikel perak memiliki potensi untuk diaplikasikan sebagai indikator untuk mendeteksi keberadaan logam berat. Selama ini, deteksi dan pengukuran logam berat yang mencemari lingkungan membutuhkan waktu, serta peralatan dan biaya analisis yang tidak murah. Penelitian ini memanfaatkan 8 jenis tumbuhan, terutama yang terdapat di daerah tropis, sebagai agen biosintesis untuk memperoleh nanopartikel perak. Kedelapan tumbuhan tersebut ialah Azadiracta indica A. Juss (Mimba), Centella asiatica (L.) Urban (pegagan), Cerbera manghas L. (Bintaro), Dillenia indica L. (Dillenia), Diospyros blancoi A. DC. (Bisbul), Murraya paniculata (L.) Jack (Kemuning), Pometia pinnata J. R.Forst & G. Forst (Matoa), dan Phalleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Mahkota dewa). Dilakukan beberapa variasi proses berupa penggunaan air ebusan dari daun segar dan juga kering, rasio volume air rebusan daun dengan AgNO3. Karakterisasi hasil biosintesis dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian senyawa metabolit sekunder secara kualitatif juga dilakukan untuk mendeteksi keberadaan kelompok senyawa alkaloid, fenol, saponin, terpenoid, dan flavanoid pada tumbuhan yang digunakan. Analisis spektrum UV-Vis dari hasil biosintesis diperoleh 7 jenis tumbuhan menunjukkan diperoleh spektrum UV-Vis dikisaran 400-450 nm yang merupakan spektrum UV-Vis dari nanopartikel perak. Selanjutnya, nanopartikel perak hasil biosintesis menggunakan air rebusan daun Diospyros blancoi (Bisbul) dimodifikasi dengan ligan polivinil alkohol (PVA) dan L-sisteina menjadi larutan indikator. Waktu pencampuran dan konsentrasi ligan dengan nanopartikel perak divariasikan. Larutan indikator tersebut diujikan terhadap larutan ion-ion logam Cu2+, Hg2+, Pb2+, Mn2+, dan Zn2+ pada beberapa konsentrasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan pengujian indikator tertentu menghasilkan perubahan warna pada deteksi Cu2+, Zn2+, dan Hg2+ pada kadar 1000 ppm. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya kecenderungan sensitifitas dan selektifitas dari larutan indikator terhadap keberadaan ketiga ion logam tersebut.

Tropical plants have high potential for environmentally friendly silver nanoparticle synthesis for many application in nanotechnology. Plants are known to have the ability for silver ion reduction resulting in silver particles sizes < 100 nm. These days, the detection and measurement of heavy metals pollution in an environment requires time, costly equipment, and labored process. This studies tried to obtain silver nanoparticles derived from biological method synthesis using tropical plants and application of the silver nanoparticles as colorimetric indicator. In this study, eight species of plants, mainly located in the tropical region, were used as biosynthetic agents to obtain silver nanoparticles. Theese plants including Azadirachta indica A. Juss (Neem), Centella asiatica (L.) Urban (Pennywort), Cerbera manghas L. (Sea mango), Dillenia indica L. (Elephant apple), Diospyros blancoi A. DC. (Velvet apple), Murraya paniculata (L.) Jack (Orange jasmine), Pometia pinnata J. R. Forst & G. Forst (Matoa), and Phalleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (the God's crown). The biosynthesis process of silver nanoparticles were conducted by boiling the fresh or dried leaves, then reacted with certain volume ratio of AgNO3. Silver nanoparticles were confirmed and characterized from the UV-Vis spectral result. The presence of plant's secondary metabolites gourps such as alkaloids, phenols, saponins, terpenoids, and flavonoids were also tested from the leaves. UV-Vis spectral analysis showed that silver nanoparticles are formed in seven plant species. Further more, silver nanoparticles obtained from biosynthesis using Diospyros blancoi (Velvet apple) leaves broth was modified into indicator solution. The indicator was made by adding ligand polyvinyl alcohol (PVA) and also L-cysteine with silver nanoparticles. The indicator used to detect the presence of Cu2+, Hg2+, Pb2+, Mn2+, dan Zn2+ kations. The testing result of certain modified indicator indicate sensitivity and selectivity to the presence of Cu2 +, Zn2 + and Hg2+ metal ions at 1000 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29963
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>