Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Telah dilakukan penelitian tentang kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang menyebabkan pasien usia lanjut dirawat di ruang perawatan penyakit dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, periode Mei-Juli 2005 untuk mengetahui proporsi kejadian, manifestasi klinik yang sering terjadi dan obat yang sering menyebabkannya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain
studi potong lintang (cross-sectional) dan untuk penilaian kausalitas ROTD digunakan algoritma Naranjo. Total pasien yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 102 orang. Diperoleh proporsi kejadian ROTD yang menyebabkan pasien usia lanjut dirawat di ruang perawatan penyakit dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebesar 14,7% (interval kepercayaan 95%: 11,2-18,2%). Satu dari 15 ROTD yang terjadi dikategorikan pasti (definite) dan 14
kejadian dikategorikan besar kemungkinan (probable). Manifestasi klinik terbesar adalah perdarahan saluran cerna dan penurunan kesadaran karena hipoglikemi. Obat yang sering menyebabkan pasien dirawat karena ROTD tersebut adalah obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) dan obat hipoglikemi oral.

Abstract
Objectives. To determine the prevalence of adverse drug reaction related hospital admissions in geriatric patients, to describe the most frequent clinical manifestations and the drugs responsible to adverse drug reaction related hospital admissions.
Design. Observational cross-sectional study.
Methods. Naranjo algorithm used to assess the adverse drug reaction causality.Subjects and setting. Geriatric patients admitted to geriatric inpatient installation of Cipto Mangunkusumo general hospital over one month period and assessed for cause of admissions.
Results. 14,7% of 102 admissions were identified to be adverse drug reaction related hospital admissions. One adverse drug reaction was categorized as definite and 14 were probable causality. Gastrointestinal bleeding and hypoglicemia were the most common clinical manifestation found. The drugs most frequent responsible for these adverse drug reactions were nonsteroidal antiinflamatory drugs and oral antidiabetic drugs. Conclusion. Adverse drug reactions are an important cause of hospital admission in geriatric patients."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Arsyanti
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
T39523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paul Boekitwetan
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya keadaan sosial ekonomi dan pendidikan, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat yang menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data/ informasi dari rekam medik. Indikator mutu rekam medik yang baik adalah kelengkapan isiannya, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum.
RSUP Fatmawati Jakarta adalah rumah sakit kelas B pendidikan, seyogyanya petugas yang menangani penderita rawat jalan maupun rawat inap menyelenggarakan rekam medik yang bermutu. Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu rekam medik Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta, telah dilakukan penelitian cross sectional, dengan telaahan rekam medik dari 1 Januari 1994 hingga 31 Desember 1994, secara retrospektif untuk memperoleh gambaran mutu rekam medik, serta wawancara petugas pengisi rekam medik untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor karakteristik petugas pengisi rekam medik (dokter/paramedis perawatan), faktor pemantauan yang berhubungan dengan mutu rekam medik Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa didapatkan rekam medik yang kurang bermutu sebesar 76,4% di Instalasai Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta. Hal ini terutama disebabkan oleh karena pengisian rekam medik yang kurang lengkap (77,8%). Sedangkan karakteristik dokter yang berhubungan dengan mutu rekam medik adalah, tambahan pengetahuan, beban kerja akibat tugas tambahan di Bagian lain dan pemantauan dari Kepala Staf Medis Fungsional. Dari karakteristik paramedis perawatan yang berhubungan dengan mutu rekam medik adalah faktor pelatihan, beban kerja jumlah penderita rata-rata yang dilayani perharinya.
Perlu adanya prosedur kerja tetap rekam medik (SOP) yang sangat membantu peningkatan mutu rekam medik. Selain itu perlu diadakan pemberian pelatihan dan tambahan pengetahuan rekam medik yang berkelanjutan, penghargaan dan sangsi terhadap petugas pengisi rekam medik perlu dibudayakan, pembagian tugas yang merata, pemantauan pengisian rekam medik perlu ditingkatkan. Rekam medik yang diisi oleh dokter, paramedis perawatan dan mahasiswa perlu diisi lengkap, karena rekam medik adalah bukti pertanggungjawaban hukum dalam pelayanan dan proses belajar/ mengajar.

ABSTRACT
Factors Correlated With The Quality Of Inpatient Medical Record In The Department Of Internal Medicine, Fatmawati Hospital Jakarta.Rapid advances in the medical science and technology and the improvement in social economic conditions and education increase public awareness for high quality of health care. Good health care quality in hospital is reflected by good medical record. Good medical record must be complete, accurate, timely and must comply with the legal requirements.
Fatmawati hospital is a class B teaching hospital, therefore it should maintain a high quality of medical record. To obtain overview correlating factors of the quality of medical record in the inpatient unit, Department of Internal Medicine, Fatmawati Hospital Jakarta. A cross sectional retrospective study of the medical record has been performed from 1 January through 31 December 1994. This effort is directed towards determining the correlation between the quality of the medical record and the characteristics of the health personal involved (medical doctor, nurses) in producing the medical record and monitoring health personal. It is concluded from this study that about 76,4% the quality of the medical record there is still unsatisfactory, the majority of which {77,8%) is caused by the incompleteness of the medical record.
Characteristics of medical doctor, correlated with the medical record quality are the knowledge transverse to colleques, workload ( addition work in outpatient clinic) and monitoring by the Department head. Characteristics of nurses correlated with medical record quality are training in medical record and workload (numbering of patient handle a day).
It is recommended that there should be a standard operating procedure in the medical record which will improve the quality of the medical record. Additionally, there should be a continuous training and transverse of knowledge on medical record. Adequate rewards and sanctions should be gives to personnel who is responsible for the filling the medical record. Equal workload assignments and increase monitoring of the medical record should be instituted. The medical record should be completed by the doctor, nurse and student, because medical record is an evidence of legal accountability in services and education.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yullita Evarini Yuzwar
"Rumah sakit Yadika sebagai institusi pemberi layanan kesehatan dituntut untuk mengupayakan pemanfaatan setiap fasilitas layanan yang dimiliki secara optimal agar dapat tetap survive dalam situasi yang cukup kompetitif seperti sekarang ini. Salah satu fasilitas layanan yang penting adalah rawat inap, selain karena keberadaannya dibutuhkan untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan pasien, bila dikelola dengan baik, akan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi rumah sakit yang bersangkutan.
Adanya kesenjangan yang cukup menyolok antara jumlah kunjungan rawat jaian kebidanan di rumah sakit Yadika dengan jumlah kunjungan rawat inap kebidanan akan berpengaruh terhadap kelancaran layanan dan sekaligus mengurangi kesempatan menambah penghasilan bagi rumah sakit Yadika.
Untuk dapat mengoptimalkan peran rawat inap dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah sakit perlu dilakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan antara minat pasien rawat jalan kebidanan dengan kunjungan rawat inap kebidanan di rumah sakit Yadika.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, Pengumpulan data primer dilakukan meialui wawancara terpimpin terhadap 100 orang pasien, dan wawancara mendalam terhadap 5 orang dokter. Sementara data sekunder adalah laporan bulanan dan tahunan rumah sakit.
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang berobat ke rumah sakit Yadika adalah ibu-ibu yang bekerja, bertempat tinggal dekat, berpendidikan tinggi, membayar sendiri, berpersepsi biaya pengobatan mahal, berpersepsi fasilitas lengkap, berpersepsi sikap dokter ramah, berpersepsi dokter terampil, berpersepsi dokter jelas dalam memberikan informasi, berpersepsi sikap perawat ramah, berpersepsi perawat terampil, dan dokter tidak memberikan rekomendasi kepada pasien.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari l4 variabel bebas yang diteliti, terdapat 2 variabel (tempat tinggal dan persepsi tentang fasilitas rumah sakit) yang terbukti mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan minat kunjungan rawat inap kebidanan di rumah sakit Yadika dan fasilitas rumah sakit merupakan variabel bebas yang mempunyai hubungan terkuat dengan minat kunjungan rawat inap kebidanan rumah sakit Yadika.
Saran untuk penelitian ini adalah rumah sakit melengkapi dan memperbaiki fasilitas dan sarana baik di poli kebidanan, kamar bersalin dan kamar operasi. Manajemen memberikan reward bagi dokter yang telah memberikan kontribusi besar bagi rumah sakit serta menjalin kerjasama dengan sarana kesehatan lain yang ada di sekitar rumah sakit.

Factors Analysis Which Related to Interest of Out-Patients Obsgyn with Visiting of In-Patients Obsgyn at Yadika Public HospitalThe Yadika Public Hospital as a service provider is demanded to carry out optimally the use of it's every service facility in order to survive in the current competitive situation. One of the prospective service facilities is in-patients obsgyn. Beside to fulfill the whole medicine needed by the patient, if it is well managed, could become one of the profit centers of the hospital.
The sharp gap between the number of the out-patients obsgyn of the Yadika Public Hospital and the number of in-patients obsgyn will affect the level of services as well as reducing the opportunity to increase the income.
In order to optimize the role of in-patients obsgyn to increase revenue of the hospital, a research needs to be done. The objective of this research is to obtain a description on the related factors to the interest of in-patients obsgyn with visiting of in-patients obsgyn at Yadika Public Health.
There fore, this thesis is a research report of problem analytical description with quantitative and qualitative approaches. Primary data collection is performed through guide interviews toward 100 patients, and depth interviews toward 5 doctors. While secondary data is obtained from hospital monthly and yearly reports.
The research has shown that respondents who are come to hospital are having mothers worker, having residences close by hospital, having high education, having self payment of medicine, having perception that medicine is expensive, having perception that the facility is available, having perception that the doctors are friendly, having perception that quality of the doctors are good, having perception that the doctors are communicative, having perception that the nurses are friendly, having perception that quality of the nurses are good, and the doctors are unrecommendation their patients.
The results of this research show that 2 out of 14 variables (residences, facility or hospital) have significant statistical relationship with visiting of in-patients obsgyn at Yadika Public Hospital and facility of hospital has the strongest relationship with the binding variable. It is suggested that the hospital completes and develops the medical equipments and others supplies. The management should think to the doctors who give big contribution to the hospital and the management also develops networking with other surrounding medical facilities."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachdiana Fidia
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
T39568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Nursalim
"Latar Belakang. Perawatan pasien geriatri di ruang rawat inap dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri. Kualitas hidup pelaku rawat yang buruk dapat menyebabkan penurunan kualitas perawatan yang diberikan. Karena itu, penilaian kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri diperlukan. Mengetahui kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di rumah sakit. Studi ini menggunakan desain potong lintang untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri yang dirawat inap di Rumah Sakit Cipto Mangukusumo pada bulan Agustus hingga September 2018. Studi ini menggunakan kuesioner SF-36 untuk menilai kualitas hidup pelaku rawat dengan dua luaran yaitu skor komponen fisik dan komponen mental. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil. Nilai rerata komponen fisik dari pelaku rawat pasien geriatri di RSCM adalah 49,07. Sedangkan nilai rerata komponen mental adalah 51,62. Kedua nilai ini sama dengan rerata populasi (nilai 50 dengan standar deviasi 10). Berdasarkan analisis multivariat, terdapat dua variabel yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup komponen mental di bawah rerata populasi, yaitu jenis kelamin wanita (POR: 3,66, IK 95%: 1,39-9,59, p: 0,008), dan lama perawatan lebih dari 8 jam (POR: 3,5, IK 95%: 1,39-8,86, p: 0,008). Selain itu, terdapat dua faktor yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup komponen mental dibawah rerata populasi, yaitu jenis kelamin wanita (POR: 2,66, IK 95%: 1,03-6,88, p: 0,044), dan hubungan keluarga dengan pasien (POR: 7,91, IK 95%: 1,68-37,29, p: 0,009). Nilai skor kualitas hidup komponen fisik adalah 49,07, dan komponen mental 51,62. Kualitas hidup pelaku rawat pasien geriatri di rumah sakit, baik komponen fisik dan mental, sama dengan rerata populasi. Jenis kelamin wanita, dan lama perawatan lebih dari 8 jam berhubungan dengan nilai komponen fisik dibawah rerata populasi. Sedangkan jenis kelamin pelaku rawat wanita, dan hubungan keluarga dengan pasien berhubungan dengan nilai komponen mental dibawah rerata populasi.

The high intensity of geriatric patient hospitalization has bad impact to caregiver's quality of life. Caregivers who have bad quality of life also has detrimental effect to the patient under their care. Therefor, the assessment of caregiver's quality of life is needed to make sure the optimal care for geriatric patients. To identify the quality of life in geriatric patients' caregiver and its contributing factors. This study is a cross-sectional study to identify the quality of life in geriatric patients' caregivers and its contributing factors. This study is conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital from August to September 2018. This study utilizes SF-36 questionnaire with two major outcome, physical component and mental component. Bivariate analysis is performed by using Chi Square analysis and multivariate analysis is performed by using logistic regression.
Result. The average score of physical score among geriatric patient's caregivers in Cipto Mangunkusumo hospital is 49,07. The mental score is 51,62. Both of these score are similar to the average score of populaton. There are two variables with significant association with low physical component below the population average, which include the gender of caregiver (POR: 3,66, 95% IK: 1,39-9,59, p: 0,008), and duration of caregiving more than 8 hours (POR: 3,50, 95% IK: 1,39-8,86, p: 0,008). There are also two factors that significantly associated with low mental component, which include the gender of caregiver (POR: 2,66, 95% IK: 1,03-6,88, p: 0,044), and family relationship to the patient (POR: 7,90, 95% IK: 1,68-37,29, p: 0,009). The quality of life of geriatric patient's caregiver is similar to the average score of the population. Female and the duration of caregiving more than 8 hours/day are related to low score of physical component. Female and family relation to the patient is related to low score of mental component.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Rizkianti
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran kejadian pneumonia pada balita 10-59 bulan yang dirawat inap di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2008 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut, mencakup antara lain karakteristik balita (jenis kelamin, umur, status gizi, status imunisasi, dan riwayat BBLR), karakteristik ibu (tingkat pendidikan dan status pekerjaan), dan karakteristik pelayanan kesehatan (lama hari rawat). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian pneumonia adalah sebesar 13,4%. Karakteristik balita, karakteristik ibu, dan karakteristik pelayanan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian. Akan tetapi, diketahui bahwa balita laki-laki (PR 1,25; 0,48-3,29), berumur 12-59 bulan (PR 0,82; 0,12-5,52), berstatus gizi baik (PR 0,68; 0,23-1,99), memiliki status imunisasi (DPT dan campak) yang tidak lengkap (PR 110; 0,36-3,37), memiliki riwayat lahir normal (PR 0,81; 0,78-1,37), dengan ibu yang tingkat pendidikannya tinggi (PR 0,95; 0,34-2,69), ibu yang bekerja (PR 1,42; 0,43-4,64), dan dirawat ≤5 hari (PR 0,90; 0,33-2,45) memiliki proporsi menderita pneumonia yang lebih tinggi.
Dari hasil tersebut, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pneumonia pada balita di rumah sakit sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan lebih dini terkait faktor-faktor risiko tersebut; penyuluhan kepada orang tua pasien mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pneumonia juga perlu dilakukan sehingga penyakitnya tidak bertambah berat.

The aim of this study is to find out the occurrence of pneumonia among infant age 10-59 months hospitalized in Persahabatan Hospital Jakarta during 2008 and factors related to the occurrence, such as infant characteristics (sex, age, nutritional status, immunization status, and low-birth weight), mother characteristics (education and working status), and health service characteristic (length of stay). This study is a descriptive-quantitative study with cross-sectional design.
The result shows that the proportion of pneumonia within infant is 7%. Infant characteristics, mother characteristics, and health service characteristic is not correlated significantly to the occurrence of pneumonia. Other wise, male infant (PR 1,25; 0,48-3,29), age 12-59 months (PR 0,82; 0,12-5,52), has good nutritional status (PR 0,68; 0,23-1,99), has incomplete immunization (PR 110; 0,36-3,37), normal birth-weight (PR 0,81; 0,78-1,37), with mother in higher grade education (PR 0,95; 0,34-2,69), with mother who works (PR 1,42; 0,43-4,64), and hospitalized ≤5 days (PR 0,90; 0,33-2,45) increased risk of pneumonia.
Based on the results, it is necessary to conduct further study about the risk factors of infant pneumonia in the hospital so that prevention-due to those risk factors can be done earlier; giving the information about pneumonia symptoms to parents is needed in order to prevent disease becomes more severe."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Enita Tiur Rohana
"Pendahuluan. Bunuh diri tidak hanya terjadi di masyarakat umum namun dapat pula terjadi sebagai kejadian sentinel di rumah sakit. Berdasarkan studi literatur yang ada, bunuh diri tidak hanya terjadi pada pasien dengan diagnosis utama penyakit kejiwaan namun juga pada pasien dengan diagnosis utama penyakit fisik. Saat ini, gambaran karakteristik dan faktor – faktor yang berkaitan dengan derajat keparahan risiko bunuh diri pada pasien dengan diagnosis utama penyakit fisik dalam perawatan inap belum diketahui. Metodologi. Penelitian ini bersifat cross sectional berupa uji analitik untuk mencari faktor – faktor yang berhubungan dengan derajat keparahan risiko bunuh diri pada pasien dengan diagnosis utama penyakit fisik. Sebanyak 105 subjek didapatkan selama empat bulan periode pengambilan data. Data diambil menggunakan kuesioner daring yang mencakup faktor sosiodemografi, etiologi, faktor terkait bunuh diri lainnya dan instrument CSSR-S. Uji hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan pada analisis bivariat adalah uji fisher sedangkan uji hipotesis regresi logistik dilakukan pada analisis multivariat faktor – faktor yang diduga berkaitan. Hasil. Gambaran karakteristik sosiodemografi menunjukan mayoritas subjek berusia dewasa (81%), perempuan (63,8%), beragama Islam (81%), dan bersuku Jawa (65,7%). Mayoritas subjek tidak bekerja (59%), sudah menikah (70,5%), dan berpendidikan terakhir SMA/SMK (37,1%). Pada faktor etiologi didapatkan, diagnosis utama penyakit fisik terbanyak adalah kanker, sebanyak 44,8% dan sebagian besar subjek tidak memiliki riwayat keluarga mengakhiri hidup (92,4%). Lebih dari separuh subjek memiliki stresor psikologis (54,3%) dan sistem pendukung sebanyak 96,2%. Pada faktor terkait bunuh diri lainnya didapatkan, subjek dengan frekuensi kemunculan ide bunuh diri 1 kali per minggu dan durasi kemunculan bunuh diri lebih dari 8 jam per hari memiliki persentase jumlah yang sama yaitu sebanyak 4,8%. Mayoritas subjek yang tidak memiliki riwayat ide dan upaya bunuh diri selama hidup dengan presentase yang sama (91,2%). Kebanyakan subjek menyatakan tidak memiliki paparan dengan informasi terkait bunuh diri(55,2%). Akses dan motivasi terhadap ide bunuh diri mayoritas tidak dimiliki subjek. Sebanyak 71,4% subjek menyatakan tidak memiliki ide terkait akses maupun motivasi bunuh diri. Mayoritas subjek memiliki risiko keparahan bunuh diri derajat rendah (97,1%). Riwayat ide dan upaya bunuh diri memiliki hubungan dengan derajat risiko keparahan bunuh diri (p=0,007; OR=0,778; IK95%=0,549–1,103). Kesimpulan. Adanya riwayat ide dan upaya bunuh diri menjadi hal yang perlu diketahui pada pasien perawatan inap dengan diagnosis penyakit fisik agar kejadian bunuh diri dapat dicegah.

Introduction. Suicide does not only occur in the general population but can also occur as a sentinel incident in hospitals. Based on existing literature, suicide does not only occur in patients with a primary diagnosis of mental illness but also in patients with a primary diagnosis of physical illness. At present, the description of the characteristics and factors associated with the severity of the risk of suicide in patients with a primary diagnosis of physical illness in hospitalization not yet known. Methodology. This study is a cross-sectional study in the form of an analytical test to look for factors associated with the severity of suicide risk in patients with a primary diagnosis of physical illness. A total of 105 subjects were obtained during the four-month data collection period. Data were collected using an online questionnaire that included sociodemographic factors, etiology, other suicide-related factors and the CSSR-S instrument. Hypothesis test used to find the relationship in bivariate analysis is Fisher's test, while the logistic regression hypothesis test is carried out on multivariate analysis of factors that are thought to be related. Results. The description of sociodemographic characteristics shows that the majority of the subjects are adults (81%), female (63.8%), Muslim (81%), and Javanese (65.7%). The majority of the subjects did not work (59%), married (70.5%), and the last education was SMA/SMK (37.1%). In the etiological factor obtained, the main diagnosis of physical disease is cancer, as much as 44.8% and most of the subjects do not have a family history of ending life (92.4%). More than half of the subjects had psychological stressors (54.3%) and 96.2% of support systems. In other suicide-related factors, subjects with the frequency of occurrence of suicidal ideation once per week and duration of occurrence of suicide more than 8 hours per day had the same percentage of 4.8%. The majority of subjects who did not have a history of suicidal ideation and attempts during their lifetime were the same percentage (91.2%). Most of the subjects stated that they had no exposure to information related to suicide (55.2%). The majority of subjects did not have access to and motivation for suicidal ideation. As many as 71.4% of the subjects stated that they did not have any ideas related to access or motivation to commit suicide. The majority of subjects had a low risk of suicide severity (97.1%). History of suicidal ideation and attempts was associated with the degree of risk of suicide severity (p=0.007; OR=0.778; 95% CI=0.549–1.103). Conclusion. History of suicidal ideation and attempts needs to be assessed in hospitalized patients with a diagnosis of physical illness to prevent suicide."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Kadarsan
"Latar belakang. Malnutrisi berkaitan dengan memburuknya kondisi selama di perawatan dan berkaitan dengan keluaran yang buruk. Kehilangan berat badan akan menyebabkan penurunan kekuatan otot yang akan menimbulkan penurunan fungsi. Kekuatan genggam tangan mungkin bermanfaat sebagai indikator status nutrisi khususnya bilamana pengukuran antropometri gagal untuk membedakan nutrisi kurang dengan orang yang berat badan kurang. Sampai saat ini belum ada data mengenai kekuatan genggam tangan dengan status nutrisi pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam di Indonesia. Tujuan Penelitian. Mendapatkan perbedaan rerata kekuatan genggam tangan pasien nutrisi kurang dan nutrisi baik di bangsal penyakit dalam. Metodologi. Studi potong lintang pada pasien di ruang perawatan penyakit dalam. Pemilihan subyek dengan cara konsekutif Pasien dinilai dengan Subjective Global Assessment, pengulcuran indeks massa tubuh dan pemeriksaan kekuatan genggam tangan. Basil. Pada bulan Juli - Nopember 2008 telah didapatkan 140 subyek yang memenuhi kriteria. Subyek terdiri dari 70 laki-Iaki dan 70 perempuan. Sebaran umur pada kelompok laki-laki berkisar 18 - 57 tahun dengan rerata umur 39,4 ± 11,4 tahun dan pada kelompok perempuan berkisar 19 - 59 tahun dengan rerata umur 40,1±12,4 tahun. Untuk menentukan perbedaan rerata digunakan uji t test. Rerata kekuatan genggam tangan kelompok laki-laki nutrisi kurang 19,5 ± 7,7 kg, nutrisi baik 29,5 ± 6,7 kg dan rerata kekuatan genggam tangan kelompok perempuan nutrisi kurang 10,2 ± 3,6 kg dan nutrisi baik 14,2 ± 3,7 kg. Penelitian mendapatkan perbedaan rerata yang bermakna pada subyek nutrisi kurang, baik pada kelompok laki-Iaki ataupun perempuan (kelompok lakilaki t = 5,805, P = 0,00 95% IK 6,6; 13,5, kelompok perempuan t = 4,555, P = 0,00 95% IK 2,2;5,7). Simpulan. Penelitian ini mendapatkan perbedaan kekuatan genggam tangan yang bermakna pada subyek kelompok nutrisi kurang dan nutrisi baik.

Background. Malnutrition is associated with a deterioration of clinical condition during hospitalization hence a poor outcome. A weight loss will cause a decrease of muscle strength thus the function. Handgrip may be useful as an indicator of the nutritional status, especially when the anthropometric measurement fails to differentiate malnutrition with a less than normal body weight person. Up to now, there has been no data regarding the correlation of handgrip and the nutritional status of patients confined at the internal medicine ward in Indonesia. Objective. To obtain a difference of the mean value of handgrip in patients with malnutrition and a good nutrition at the internal medicine ward. Methodology. This is a cross-sectional study of patients confined at the internal medicine ward. Subjects were consecutively included. Patients were evaluated using Subjective Global Assessment, body mass index calculation and handgrip. Result. From July to November 2008, there were 140 subjects who fulfilled the criteria. 70 were male and 70 were female. The range age for the male group was 18-57 years old with means 39,4 ± 11,-1 years old, and the female group was 19-59 years old with means 40, 1±12,4 years old. A t test was used to determine the difference of m~ value. Means handgrip in male subject with malnutrition was 19,5 ± 7,7 kg and good nutrition was 29,5 ± 6,7 kg. Means handgrip in female subject with malnutrition was 10,2 ± 3,6 kg and good nutrition was 14,2 ± 3,7 kg. This study showed a significant difference of mean value in subjects with malnutrition, both male and female groups (male t = 5,805, P = 0,00 95% CI 6,6;13,5, female group t = 4,555, P = 0,00 95% CI 2,2;5,7). Conclusion. This study showed a significant difference means handgrip in subjects with malnutrition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2008
T58993
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>