Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ronal Afan
"Kebutuhan dunia akan senyawa titanium oksida semakin meningkat, hal ini memacu tumbuhnya iklim penelitian di bidang pengolahan Ilmenit untuk menghasilkan titanium oksida yang bermutu tinggi. Utilitas dari titanium oksida (Ti02) sebagian besar adalah untuk bahan baku pigmen cat, industri kertas, industri karet, tinta, tekstil dan bahan baku titanium. Seiring dengan perkembangan teknologi di Indonesia, maka terjadi peningkatan pemakaian Ti02 yang cukup signifikan, sehingga untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dilakukan dengan cara import dari Australia, Amerika dan Eropa. Prakiraan penggunaan akan produk Titanium meningkat antara 10% s/d 15% setiap tahun (US Department of Comerce June, 2001, [I]).
Produksi Ti02 (Rutil) sangat tergantung atas ketersediaan bahan baku yang memiliki potensi ekonomis, yaitu endapan pasir besi. Berdasarkan sebaran potensi mineralisasi di wilayah Kep. Indonesia, endapan pasir besi cukup banyak tersebar dari pesisir barat-timur P. Sumatra, pesisir barat P. Kalimantan, dan pesisir selatan P. Jawa. Terutama di P. Bangka dan P. Jawa yang ditunjang dengan adanya industri pengolahan timah dan limbah pasir-besi.
Dalam penelitian ini digunakan metoda yang selektif yaitu dengan "mereduksi pengotor melalui ukuran butiran pasir-besi melalui proses sizing mekanik 'grinding' dan penyaringan 'sieving'. Dengan prakiraan bahwa setiap unsur dengan senyawanya memiliki ukuran butir tersendiri, sehingga bila disaring dengan diameter tertentu ak:an memiliki kecenderungan dengan meningkatnya hasil analisa pada unsur-unsur tertentu, terutama terhadap kandungan unsur Ti. Pelarutan merupakan tahap lanjutan dalam meningkatkan kandungan Ti02. Pelarutan (pelindian) dengan menggunakan larutan asam: HCl (1 :20) dan kombinasinya; dengan cara mengaduk pada suhu tertentu (hot-stirred-digestion) yaitu agar terjadi reaksi dalam waktu singkat; antara selang waktu 4-5 jam diharapkan terjadi penguapan ( evaporasi) larutan. Residu yang dihasilkan dianalisa kembali menggunakan XRF dan XRD. Ternyata hasil analisa kurang menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi Ti. Dilanjutkan dengan proses pemanggangan (roasting) 1000°C agar terjadi oksidasi dan pemisahan terhadap senyawa-senyawa yang masih terikat seperti Si, Mg, Mn dan Fe, hasil analisa XRF menunjukkan adanya peningkatan sebesar 64%, dari kandungan Ti: 51 % menjadi 84%. Aspek ekonomi, memperhitungkan feasibilitas pabrik pengolahan dengan tengat waktu delapan tahun masih memberikan profit sebesar 38%/tahun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triadi Sugiarto
"Indonesia mempunyai jebakan endapan bgiih besi berbenfuk pasir sekilar 1.020 milyar ton, terletak di paniai seiaran P. Jawa, rnulai dari Pasuruan di Jawa Timur sampai dengan Jampang Kulon di Jawa Barat. BWI: besi tersebui jika a'ikonsentrasikan dapaf mencapai kadar°50-60 % Fe, berjumlah selahzr 127 juta ton dengan kandungan 4-22% Ti0;. Oleh karena itu, Imnsenrrar ini merupakan sumber iim euit yand dapar diproses untuk pembuaran pigmen Ti0;.
Pembuatan pigmerk Ti02 dengan pemrosesan pasir besi titanium' (PBT) merupakan upaya pemanfaaran PBT yang endapannya banyak terdapat di panti selaran P. Jawa. Penelitian tahap awal ekstraksi ini melputi pemeriksaan sampel di Iaborarorium, baik sifat jisilm maupun Icimia dan juga mineraioginya. Selanjumya difakukan proses pelindian untuk mencari kondisi qpitimal untulr dilakukan proses selanjutnya sebagni tahapan untuk mendapatkan pigmen .'I`i02.
Setelah dilakukan pengujian dilzasiikan kondisi optimal unruk proses pelindian pasir besi Cilacap ini yaifu pada kondisi konsenrrasi HCI 30 % berat, temperatur I 05° C dan walctu pelbldian 75 menit. Pada kondisi ini dihasilkan persen ekstraksi T i0; sebesar 7725 7 % dan ekstraksi Fe total sebesar 82,82%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Fajria
"Indonesia saat ini masih memiliki ketergantungan terhadap negara lain dalam pengimporan titanium dioksida. Untuk mengurangi ketergantungan impor dari negara lain, perlu digunakan pasir besi yang terdapat dalam negeri untuk diproses dengan metode yang lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan. Metode yang umum dan mudah dilakukan adalah metode hidrometalurgi dengan melibatkan proses pelindian.
Penelitian ini memanfaatkan pasir besi lokal yang berasal dari Cipatujah, Tasikmalaya, dan dilakukan untuk mengetahui kadar titanium dioksida yang dapat dihasilkan dari pasir besi Tasikmalaya dengan kadar Ti yang termasuk rendah yaitu 4,43%. Selain itu, karena sifat Ti yang amfoter, kondisi ideal saat proses pelindian masih belum jelas, sehingga diharapkan kondisi pH ideal saat proses pelindian dapat diketahui dengan adanya penelitian ini.
Variabel yang digunakan adalah dengan melakukan pelindian dalam kondisi pH yang beragam, yaitu kondisi asam dengan pH 3, kondisi netral, dan kondisi basa dengan pH 9. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan %recovery Ti pada setiap perbedaan kondisi tersebut. %Recovery yang dihasilkan dalam kondisi pelindian pH 3 adalah sebesar 50,82%, pH 7 sebesar 25,82%, dan pH 9 sebesar 21,39%.

Indonesia currently still has a dependency on other countries in importing titanium dioxide. To reduce dependence on imports from other countries, it is necessary to use iron sand in Indonesia to be processed by methods that are more effective in fulfilling the needs. The method that general and easy to do is a hydrometallurgical method using leaching process.
This study using the local iron sands derived from Cipatujah, Tasikmalaya, to determine the content of titanium dioxide that can be produced from iron sand Tasikmalaya which are has low content of Ti, 4.43%. In addition, because of the natural properties of Ti is amphoteric, the ideal conditions for the leaching process is still unclear, so this study will determined the ideal conditions of pH for the leaching process.
Leaching process carried out in various conditions of pH, ie acidic conditions with pH 3, neutral, and alkaline conditions with pH 9. The results showed a difference %recovery of Ti. The result of %Recovery in t...
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andiarto
"Stearic acid/besi oksida (Sa/Fe3O4) dan stearic acid/besi oksida/titanium dioksida (Sa/Fe3O4/TiO2) sebagai material berubah fasa telah disintesis dengan mencampurkan Fe3O4 dan Fe3O4/TiO2 ke dalam stearic acid melalui teknik dispersi. Karakterisasi kemudian dilakukan dengan pengukuran X-ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Field Emission Scanning Microscopy (FESEM) untuk investigasi struktur, unsur, mode vibrasi dan morfologi dari sampel. Sifat termal dari sampel juga dikarakterisasi untuk mengetahui kemampuan sampel sebagai media penyimpanan kalor melalui pengukuran Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Thermogravimetric Analysis (TGA). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Sa/Fe3O4 dan Sa/Fe3O4/TiO2 memiliki nilai kalor laten, kapasitas panas, dan stabilitas termal yang lebih baik daripada stearic acid.

Stearic acid/iron oxide (Sa/Fe3O4) and stearic acid/iron oxide/titanium dioxide (Sa/Fe3O4/TiO2) as a phase change material were synthesized by mixing the Fe3O4 and Fe3O4/TiO2 into the stearic acid. All of the samples were characterized by X-ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier-Transform infrared spectroscopy (FTIR) and Field Emission Scanning Microscopy (FESEM) for structural properties, elemental investigation, morphologies and vibrational modes of the samples. The thermal properties of the sample were also characterized to investigate the thermal storage ability by Differential Scanning Calorimetry (DSC) and Thermogravimetric Analysis (TGA). The results show that the Sa/Fe3O4 and Sa/Fe3O4/TiO2 have better latent heat, specific heat, and thermal stability than the stearic acid itself.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Suhartono
"Cadangan deposit pasir besi di Indonesia umumnya mengandung Ti02 (rutil) kadar rendah yang terikat dalam mineral keluarga Ferro Titanium Oksida / ilmenite. Mineral ini merupakan mineral yang penting dan bisa bemilai ekonomi tinggi bila dapat diolah dan digunakan sebagai bahan baku pigmen rutil untuk bahan pewarna berkualitas tinggi. Pigmen ini banyak digunakan pada industri cat, pulp, dan pewama lainnya. Pigmen ini juga tidak beracun, korosif, dan tahan terhadap sinar uv. Selain itu, rutil adalah bahan baku pembuatanTitanium metal. Data perkiraan penggunaan produk Titanium selalu meningkat sekitar 10% s/d 15%.
Dialam Ti02 (rutil) juga ditemukan sebagai mineral tersendiri, namun saat ini bisa dikatakan habis, sehingga industri beralih ke rutil sintetik yang dibuat dari ilmenit (dengan kadar 45 - 70% Ti02) sebagai bahan baku pembuatan Ti02 (rutil). Namun pada saat ini, diperkirakan cadangan ilmenit dunia hanya cukup untuk beberapa dekade kedepan bila tidak ditemukan cadangan baru yang ekonomis secara geologi. Maka penelitian untuk ilmenit kadar Ti02 rendah yang melimpah di Indonesia per1u segera dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan berbagai percobaan dengan melarutkan konsentrat pasir besi berbagai ukuran butir dengan menggunakan asam khlorida dan variasi pertakuan untuk meningkatkan kadar Titanium Oksida.
Dari hasil penelitian ini tampak bahwa Ti02 asal Cilacap dan Bangka mempunyai mineral induk yang berbeda, meskipun berasal dari keluarga ilmenit. Pada hasil ekstraksi (presipitat) tampak 'reaktifrtas'-nya sangat berbeda. Pasir besi Cilacap (100 # mesh) mempunyai kadar Ti02 hanya berkisar 8-9%, namun dapat meningkat hampir tinier hingga 81 weight % atau meningkat 900% dari asalnya, dengan bertambahnya konsentrasi pelarot HCI dan kalsinasi pada presipitat pada 100Cf'C selama 4 jam. Pada pasir besi asal Bangka (100 #mesh) dengan kadar Ti02 52%, tidak menunjukan suatu perubahan yang mengesankan kecuali setelah dilarutkan dengan HCI pekat lalu dikalsinasi 10WC selama 4 jam. dimana kadar Ti02 meningkat hingga 84% (meningkat sekitar 65%) dari asalnya.
Dari hasil penelitian ini tampak bahwa mineral Ferro Titanium Oksida dengan kadar Ti02 rendah dari pesisir selatan Jawa dan (kemungkinan) juga dari pesisir barat Sumatra mempunyai prospek yang sama baiknya dengan mineral Ferro Titanium Oksida yang berasal dari pulau Bangka - Belitung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Wardatul Jannah
"Kristal TiO2 anatase dipreparasi dengan proses hidrotermal pada suhu 240°C dari prekursor titanium tetraisopropoksida (TTIP) dalam larutan alkohol/air pada suasana asam. TiO2 hasil sintesis dikarakterisasi dengan X-Ray Diffractometer (XRD), Diffuse Reflectance Spectrophotometry (DRS), Particle Size Analyzer (PSA) dan Fourier Transform Infra Red Spectrophotometry (FTIR). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa TiO2 yang dipreparasi secara hidrotermal mempunyai bentuk kristal anatase dengan ukuran kristal 10 nm, celah energy sebesar 3,33 eV dan distribusi ukuran partikel (0,726m - 1,47 6m dan 15,30 6m - 111,09 6m). Proses kalsinasi terhadap TiO2 hidrotermal mengakibatkan pertumbuhan inti dan menginduksi transformasi dari fasa kristal anatase menjadi rutile. Akibatnya proses kalsinasi menghasilkan campuran kristal anatase dan rutile, masing-masing dengan ukuran kristal 11 nm dan kristal rutile 12 nm, celah energy sebesar 3,29 eV dan distribusi ukuran partikel (0,576m - 1,51 6m dan 31,32 6m - 170,28 6m). Serbuk TiO2 hasil sintesis dihaluskan dan didispersikan dalam air. Evaluasi dispersi TiO2 dilakukan dengan variasi pH, variasi konsentrasi PEG 1000, dan variasi pH pada konsentrasi PEG 1000 tertentu. Absorbansi hasil dispersi TiO2 setelah 24 jam diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Kestabilan dispersi TiO2 optimum dengan mekanisme sterik dicapai pada konsentrasi PEG 1000 0,05%, sedangkan berdasarkan mekanisme elektrostatik didapatkan kestabilan optimum pada pH 9. Dispersi TiO2 digunakan untuk menyiapkan immobilisasi film TiO2 pada pelat kaca dengan cara spraying dan digunakan untuk evaluasi aktivitas fotokatalitik. Evaluasi aktivitas fotokatalitik TiO2 hasil sintesis dilakukan dengan cara melihat kemampuan degradasinya terhadap larutan Methylene blue. Pengukuran dilakukan dengan tiga kondisi yang berbeda yaitu fotokatalisis, fotolisis, dan katalisis. Hasil dari ketiga kondisi ini membuktikan bahwa degradasi terbesar terjadi pada kondisi fotokatalisis dengan pseudo orde pertama dimana laju reaksinya, k, sebesar 9,68.10-3 menit-1.

Titanium tetraisopropoxide (TTIP) precursor in acidic ethanol/water solution was used to prepare TiO2 anatase crystal by hydrothermal reaction at 240°C. Prepared TiO2 was characterized by X-Ray Diffractometer (XRD), Diffuse Reflectance Spectrophotometry (DRS), Particle Size Analyzer (PSA) and Fourier Transform Infra Red Spectrophotometry (FTIR). Characterization results indicate that prepared TiO2 has an anatase form (crystallite size 10 nm), band gap of 3.33 eV, and an aggregate nature (0.726m - 1.47 6m dan 15.30 6m - 111.09 6m). A calcinations process to the TiO2 powder leads to grain growth and induce phase transformation from anatase to rutile. As consequence, calcinations process produced anatase phase (crystallite size 11 nm) and rutile phase (crystallite size 12 nm), band gap 3.29 eV, and an aggregate nature (0.576m - 1.51 6m dan 31.32 6m - 170.28 6m). The TiO2 hydrothermal powder was subjected to a ball milling and dispersed in water. The TiO2 dispersion stability was evaluated under variations of pH, PEG 1000 concentration, and pH at a certain PEG 1000 concentration. The turbidity of dispersions were observed by UV-Vis spectrophotometer after 24 hours. Optimum stability of TiO2 dispersion by steric mechanism was obtained at PEG 1000 0.05%, while by electrostatic mechanism at pH 9. This water base TiO2 dispersion was used to prepared TiO2 film on glass plate by spraying method and was used for photocatalytic activity evaluation toward methylene blue degradation The observations were conducted at three experimental conditions, namely photocatalytic, photolytic, and catalytic. The results revealed that the highest degradation was obtained at photocatalytic condition, with rate constant, k, is 9.68 x 10-3 min-1, and apparently follows pseudo-first-order reaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ikhwan
"Tujuan dari penelitian ini, adalah melakukan proses alternatif untuk mengubah senyawa TiO2 menjadi logam titanium yang kuat dan lentur, tanpa kontaminasi karbon dan oksigen, yang memiliki daya gabung (afinitas) titanium yang kuat. Kontak secara fisik dan kimiawi dengan oksigen dan karbon, harus dicegah selama proses. Dan tidak ada konversi TiO2 menjadi TiCl4, seperti yang dilakukan pada proses Kroll, yang memiliki efisiensi kurang baik. William J. Kroll telah memprediksi, bahwa elektrolisis pada garam cair akan menggantikan proses Kroll di masa depan. Proses baru ini diharapkan memiliki hasil yang sama baik dengan proses Kroll, namun dengan efesiensi lebih baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiana Dysi Setiawati
"ABSTRAK
Perolehan TiO2 dari pasir besi melalui pelindian asam klorida (HCl) telah dilakukan. Pasir besi menjadi salah satu komoditas pertambangan yang turut memegang peranan penting dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. TiO2 yang dapat diperoleh dari ilmenite (FeTiO3) pada pasir besi mampu memberikan nilai tambah pasir besi. Pada penelitian ini, proses diawali dengan menghaluskan pasir besi sehingga didapatkan ukuran sebesar 325 mesh yang kemudian pasir besi diseparasi menggunakan magnet NdFeB dan komposit NdFeB untuk memisahkan ilmenite dari senyawa titanomagnetite dan pengotor lainnya. Pasir yang telah diseparasi dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-x (XRD) dan Scanning Electron Microscope ? Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) untuk menentukan ilmenite terbanyak.
Hasil separasi mampu meningkatkan kadar ilmenite sampai 67.61% dan mengurangi senyawa pengotor seperti hematite 26.31% dan silika 4.58%. hasil separasi yang memiliki kadar ilmenite terbanyak diberikan perlakuan pelindian menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 32%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelindian menggunakan asam klorida dapat mengganggu struktur ilmenite menjadi TiO2 dengan tingkat kemurnian mencapai 91.46% dengan efisiensi sebesar 42.14% dan mengurangi impuritas yang signifikan.

ABSTRACT
Processing TiO2 from iron sand by hydrochloric acid (HCl) has been investigated. Iron sand became one of the commodities that contribute and important role in actuating the economy of Indonesia. TiO2 can be obtained from ilmenite (FeTiO3) in the iron sand so it can give the add values of iron sand. In this study, the process began from milling iron sand up to size 325 mesh and then was separated using a NdFeB magnet and composite of NdFeB to separate between titanomagnetite, ilmenite, and the impurities. Iron sand has been separated and then has been characterized by using x-ray diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) to determine the highest concentration of ilmenite.
The results of separation can increase concentration of ilmenite up to 67.61% and reduce the impurity compounds such as hematite 26.31% and silica 4.58%. The results of separation which has the highest concentration of ilmenite was leached using hydrochloric acid at a concentration of 32%. The results show that the leaching process can destroying the structure of ilmenite into TiO2 purity of 91.46% with efficiency 42.14% and reducing impurities significantly.
"
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Arifiyanti
"Nanopartikel oksida besi dan coupled-nanomaterial oksida besi dan titanium dioksida dengan tiga variasi rasio molar telah disintesis dengan metode sol-gel. Keseluruhan sampel dikarakterisasi dengan pengukuran X-Ray Diffraction, Energy Dispersive X-Ray, Fourier-Transform Infrared, Field Emission Scanning Electron Microscopy, Vibrating Sample Magnetometer, dan UV-Visible Spectroscopy. Coupled-nanomaterial menunjukkan sifat feromagnetik, mempunyai morfologi spherical-like dan terdiri atas fase dan struktur kristal tunggal dari oksida besi magnetite dan titanium dioksida anatase dengan kehadiran unsur Fe, Ti dan O dalam bentuk ikatan Ti-O-Ti, Ti-O-O dan Fe-O-Fe. Perolehan aktivitas fotokatalitik optimum yang berbeda pada kondisi basa untuk pemaparan dengan cahaya ultraviolet dan cahaya visible berhubungan dengan nilai celah energi coupled-nanomaterial. Peran aktif hole dalam aktivitas fotokatalitik coupled-nanomaterial mendegradasi methylene blue tidak berbeda untuk pemaparan dengan cahaya ultraviolet maupun visible.

Iron oxide nanoparticles, iron oxide and titanium dioxide coupled-nanomaterials with three variation molar ratio were synthesized by sol-gel method. All samples were characterized by X-Ray Diffraction, Energy Dispersive X-Ray, FourierTransform Infrared, Field Emission Scanning Electron Microscopy, Vibrating Sample Magnetometer, and UV-Visible Spectroscopy measurements. The coupled-nanomaterials show ferromagnetic behavior, have spherical-like morphology and consist of individual crystal structure and phase of magnetite iron oxide and anatase titanium dioxide with the presence of Fe, Ti and O elements in the form of Ti-O-Ti, Ti-O-O dan Fe-O-Fe bonds. Different optimum photocatalytic activities under alkaline conditions with ultraviolet and visible light irradiation are associated with the value of the coupled-nanomaterials energy gap. Hole's active role on photocatalytic activities of methylene blue degraded by the coupled-nanomaterials is no different for both kinds irradiations of ultraviolet and visible light."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>