Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Hidayat
"Pendinginan laminar merupakan salah satu dari rangkaian proses pembuatan HRC, di dalamnya terpasang vertical spray. Fungsinya sebagai pembatas atau sebagai penahan air pendingin strip pada zone tertentu, sehingga air pendingin di zone tersebut tidak ikut terbawa ke zone berikutnya oleh laju strip. Selain itu berdampak lain kepada peningkatkan akurasi pencapaian temperatur penggulungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari peri1aku pengaruh vertical spray terhadap pendinginan baja. Jenis baja yang diteliti dititik beratkan kepada baja ns G 3101 SS 400 sebagai bahan baku baja struktural umum (misal : jembatan, kapal dan rolling stocks). Percobaan dilakukan pada skala pabrik dan ska1a laboratorium untuk laku panas sebagai validasi konsistensi terbentuk tidaknya struktur mikro yang diakibatkan oleh pengaruh vertical spray. Jenis pengujian dilakukan meliputi: uji tarik, uji kekerasan, uji tumbuk Charpy, pemeriksaan metalografi dan uji fraktografi. Berdasarkan hasil percobaan dan pengujian diketahui bahwa dengan adanya turbulensi aliran dan penahanan air pendingin oleh vertical spray akan mengakibatkan laju pendinginan di permukaan atas strip lebih cepat sehingga mempengaruhi perilaku pendinginan baja selama di pendinginan laminar. Hal ini mengakibatkan terbentuknya struktur mikro dual fasa. Di fasa merupakan kombinasi struktur mikro bainite-like dan ferit-perlit normal. Dengan terbentuknya struktur rnikro dual fasa dalam satu ketebalan, mengakibatkan kekerasan tidak homogen antara daerah sisi atas dan bawah. Pengaruh lain dari vertical spray berdampak terhadap besar butir yang relatif lebih kecil, sedangkan fraksi perlit relatif sama.
Untuk meneliti terbentuk tidaknya struktur mikro bainite-like pada temperatur akhir 840°C dan temperatur penggulungan 640°C sesuai proses pembuatan HRC. Dilakukan percobaan perlakuan panas baja dengan temperatur 840°C dan diclinginkan kejut pada temperatur 640°C sebagai validasi percobaan skala pabrik. Hasil percobaan diketahui bahwa baja basil perlakuan panas tidak terdapat struktur mikro bainite-like dan besar butir terlihat relatif lebih kecil dibandingkan baja yang menggwtakan vertical spray.
Penelitian permukaan patah dengan uji fraktografi diketahui kedua baja menWljukkan pola patahan yang relatif sama yaitu patah dimpel sebagai indikasi patah ulet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Septianto Nugroho
"Pemakaian material high tensile pada komponen otomotif semakin marak seiring dengan tuntutan cost reduction dalam dunia industri. Permasalahan mengenai besarnya tonnase proses dan sifat mampu bentuk material menjadi dasar dikembangkanya proses warm forming. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter optimal untuk proses warm forming sehingga bisa dihasilkan produk sesuai dengan standard komponen tanpa terjadinya kerusakan. Proses warm forming material SAPH 400 dengan variasi temperatur pre-heat menunjukkan bahwa besarnya pengurangan tonnase terbesar dihasilkan pada saat material dipanaskan pada temperatur pre-heat sebesar 600?C, dimana pengurangan tonnase proses mencapai 27% (4 Ton) dari tonnase cold forming (5,5 Ton). Semakin tinggi temperatur pre-heat, maka semakin mudah butiran dalam material terdeformasi, sehingga bentukan butir dari sample setelah dikenai proses warm forming menjadi pipih. Besarnya deformasi yang diterima oleh material membuat kerapatan antar butir meningkat serta menyebabkan pergerakan dislokasi akan terhambat, hal ini akan menyebabkan sample dengan variasi pre-heat sebesar 600?C mengalami kenaikan tensile strength sebesar 13% (menjadi 408 MPa dari 361 MPa), akan tetapi mengalami penurunan elongation sebesar 25% (menjadi 39,1% dari 52,4%). Penambahan air di cooling channel dalam dies menyebabkan kenaikan cooling rate menjadi 2 kali lipat menjadi 30?C/s, sehingga sample dengan media cooling menggunakan air yang mengalami kenaikan tensile strength sebesar 13% (menjadi 408 MPa dari 361 MPa). Sample yang dilakukan proses warm forming tanpa proses anil hanya mengalami kenaikan tensile strength sebesar 5%, karena material hanya mengalami proses tempering saja tanpa mengalami perubahan fasa, sehingga hal ini menyebabkan sample tanpa proses anil tetap susah ditingkatkan tensile strength-nya walaupun sudah dilakukan deformasi plastik dan proses cooling saat proses warm forming

In the industral, high tensile materials used for automotive components generaly increase due to of the cost reduction requirement. Issues concerning the amount of tonnage process and formability of material becomes warm forming process of developing basic. This study aimed to obtain the optimal parameters for warm forming process so that products can be produced in accordance with standard components without damage. The warm forming process of SAPH 400 steel with a pre-heat temperature variation indicates that the magnitude of the largest tonnage reductions generated when the material is heated at 600?C of a pre-heat temperature, where the tonnage reduction reached 27% (4 Ton) from cold forming tonnage (5.5 Ton). The higher the preheat temperature, the more easily deformed grains in the material, so that the formation of grain samples after subjected to warm forming process becomes flat. The amount received by the material deformation made ??between grain density increases and causes the movement of dislocations is inhibited, this will cause the sample to the variation of preheat of 600?C tensile strength increased by 13% (from 361 MPa to 408 MPa), but the elongation decreased by 25% (to 39.1% from 52.4%). The addition of water in the cooling channels in the dies causes an increase in cooling rate become twice to 30 ?C/s, so the sample by using water cooling media that tensile strength increased by 13% (from 361 MPa to 408 MPa). Samples were subjected to warm forming process without annealing process is only increased tensile strength by 5%, because the material only experienced tempering process without phase transformation, so this causes the sample without annealing process remains difficult improved its tensile strength despite tight plastic deformation and cooling process when the warm forming process"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting Suka, Ediman
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh waktu tahan dan temperatur Austenisasi terhadap sifat mekanis dan perubahan struktur mikro dari baja pegas daun. Adapun temperatur austenisasi yang dipilih adalah 780°C, 830°C dan 880°C serta di beri kan waktu tahan 20 menit, 40 menit dan 60 menit untuk setiap temperatur kemudian di-quenching. Pengujian perubahan sifat mekanis dan struktur mikro dari benda uji meliputi uji kekerasan, uji impak, uji keausan serta uji metalografi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh sifat kekerasan paling tinggi pada temperatur austenisasi 830°C dan waktu tahan 40 menit, sifat impak paling tinggi diperoleh pada temperatur austenisasi 780°C dan waktu tahan 20 menit, serta sifat keausan yang baik didapat pada temperatur austenisasi 830°C dan waktu tahan 40 menit. Perbedaan kekerasan, impak, keausan dan uji metalografi dari baja pegas daun tersebut disebabkan adanya perbedaan atom karbon yang terlarut dan terjadinya pertumbuhan butir pada kristal tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Susandi
"Pada proses pembentukan kawat. seringkali mengalami penarikan. Hal ini akan mengakibatkan kekuatan dan kekerasan kawat meningkat sedangkan elongasi dan mampu reduksinya akan menurun diakibatkan adanya pengerasan regang (strain hardening). Proses patenting merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keuletannya dengan penunman kekuatan dan kekerasan yang tidak terlalu drastis. Pada penelitian ini, temperatur patenting yang dipakai adalah 60ffC. 65(/'C dan 7(J(fC sedangkan waktu tahan masmg-masing 1, J Yz dan 2 menit. Struktur akhir yang diharaplam adalah per!it kusar karena perlit kasar mempunyai keuletan yang Tinggi dengan kekuatan dan kekerasan yang cukup tinggi. Media eel up yang digunakan adalah udara panas yung dimampatkan atau dikenal dengan nama"Air Patenting" dan dapur yang digunakan adalah JJapur "Protective Atmosphere Cunrruf". Sebagai pembanding pada proses patenfing ini adalah proses anil penuh. Ani! penuh dilakukah pada suhu austenisasi 80(/'C dan pendinginan di dalam dapur sekitar 8 Jam. Dari hasil penelitian didapal hast{ dengan proses patenting terjadi peruhahan struktur mikro dimana bentuk butir yang semula pipilt menjadi butir baru yang lebih sama sisi (equiaxed) sedangkan slruktur mikro yang dihasilkan berupa per/it kasar. Kekuatan tarik dan kekerasan menurun sedangkan keuletan dan mampu reduksinya naik. Keuletan naik dari 3, 72% menjadi lebih dari 8%.. .)semakin tinggi temperatur transjiJrmasi dan lamanya waktu penahanan mengakibatkan struktur perlit yang semakin kasar sehingga kekuatan larik dan kekerasan menurun serta keuletan dan mampu reduksinya naik diakibatkan butir dan jarak Jamel yang dihasilkan lebih besar. Sedangkan pada proses anil penuh diltasilkan struklur nukro herupa sementif yang sudah mutu; be.rbentuk speroid. Arting dengan menggzmakanlemperatur auslenisasi 80rfC dan penahanan selama lebih kurang 8 jam tidak dihasilkan struktur mikro perlit kasar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Yudokusumo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Sani
"Telah dilakukan penelitian terhadap besarnya distorsi angular terhadap ketebalan pelat serta pengukuran tegangan sisa dengan menggunakan difraksi sinar X. Pengelasan dilakukan dengan metode GMAW yang dibantu dengan Bug-O. Posisi pengelasan yaitu posisi posisi datar (1G) menurut AWS dilakukan dengan parameter ketebalan pelat 10 mm, 16 mm dan 20 mm. Pengukuran distrosi angular menggunakan dial gauge. Berturut-turut nilai perubahan sudut distorsi angular untuk ketebalan 10, 16, 20 mm yaitu 4,75°, 7,74°, dan 11,71 °. Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada pelat 10 dan 20 mm di bagian logam las dan 5 mm ke arah dari logam las. Tegangan sisa tarik pada pelat 20 mm lebih besar dari pada pelat 10 mm. Pelat 20 mm memiliki tegangan sisa sebesar 750 MPa pada jarak 5mm dari pusat las sedangkan pelat 10 mm memiliki tegangan sisa sebesar 562 Mpa untuk posisi yang sama. Sedangkan pada logam las, tegangan sisa yang muncul berupa tegangan sisa tekan pelat 20 mm sebesar sebesar 186 MPa, dan pada pelat 10 mm sebesar 257 Mpa.

Research about welding angular distortion concerning on plate thickness has been conducted. Welding process is done by GMAW method using Bug-O. This research comes along with residual stress measurement on 10 and 20 mm of plate thickness by using X-Ray diffraction. The welding position is in flat position (1G) according to AWS code which done with 10 mm, 16 mm and 20 mm of plate thickness. The angular distortion measurement has been done using dial gauge. As follow as the value of angular distortion for 10, 16 and 20 mm of thickness o flat position is 4,75°, 7,74° and 11,71°. The measurement of residual stress on 10 and 20 mm of thickness is conducted on weldment and 5 mm from weldment. The result of residual stress on various plate shows that the thicker plate has higher value of residual stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Halim Assiri
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichlas Wahid
"Perlakuan Panas adalah suatu kombinasi operasi pemanasan dan pendinginan terhadap logam atau paduannya, dalam keadaan padat dengan selang waktu penahanan tertentu, dimana perlakuan panas ini diberikan pada logam atau paduannya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Prosesdur proses perlakuan panas berbeda beda tergantung dari tujuan dari pemberian perlakuan panas itu sendiri, yang biasanya mengacu pada sifat-sifat mekanik dari material bendakerja.
Dalam penelitian ini yang ingin diketahui adalah pegaruh proses perlakuan panas terhadap sifat mekanik yang ada, dan perubahan struktur mikro yang terjadi, proses perlakuan panas yang dilakukan adalah Annealing, Hardening,dan Tempering dengan perlakuan khusus, dilakukan terhadap benda kerja awal baja karbon menegah ( 0,45 % C ) atau baja 1045, dan selajutnya dilakukan penijauan mekanik, tank, kekerasan Rockwel, kekerasan Mikro Vickers, Struktur mikro dengan mikroskop optik dan peninjauan retak akibat uji tank dengan SEM.
Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa harga tegangan tarik tertinggi dicapai oleh spesimen proses Hardening dan tegangan ter rendah di capai oleh spesimen proses Tempering dan harga regangan tertinggi di capai spesimen proses Annealing, Harga kekerasan rockwell tertinggi di peroleh spesimen proses Hardening dan kekerasan terrendah dicapai spesimen proses Tempering demikian pula pada peninjauan kekerasan mikro Vickers. Perubahan Struktur mikro yang terjadi pada penelitian ini sepesimen awal mempunyai struktur mikro ferit dan pearlit, setelah dilakukan proses annealing didapat fern + peariit dan setelah dilakukan proses Hardening struktur mikro martensit + austenit, pada proses tempering struktur mikronya kembaii pada struktur awal ferit + pearlit, hal ini sebabkan temperatur tempemya dilakukan pada temperatur 850°C."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baja perkakas pengerjaan panas (hot work tool steel) eskylos 2344 merupakan baja perkakas yang dihasilkan dari proses ESR (Electro Slag Remelting). Baja ini memiliki sifat tahan gesekan, tahan tekanan tinggi, mampu keras (good hardenability) dan memiliki ketahanan panas (hot resistant) yang baik. Dengan adanya sifat mampu keras yang baik ini maka sifat baja perkakas eskylos dapat diubah dengan proses perlakuan panas (heat treatment)."
620 JTEK 9 (1-2) 2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>