Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Purwo Sri Sedono
"Bahan manganat CaMnO3 adalah bahan yang mengalami transisi fase magnetik dari keadaan isolator (paramagnetik) menjadi konduktor (feromagnetik) atau sebaliknya. Preparasi bahan CaMnO3 dilakukan melalui proses reaksi zat padat yaitu dengan mencampurkan bahan dasarnya yang terdiri dari CaCO3 dan MnO2 sesuai dengan perhitungan stoikiometri. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan ball mill dengan variasi waktu penggerusan 3, 6, 9 dan 12 jam. Setelah itu proses preparasi dilanjutkan dengan memberikan perlakuan panas dengan variasi suhu pemanasan 400°C, 600°C, 800°C dan 1000°C serta variasi lama pemanasan 3, 6 dan 9 jam.
Pengukuran ESR terhadap CaMnO3 telah dilakukan pada temperatur ruang dengan lebar sapuan 500 mT dan pada frekuensi 9,47 GHz. Hasil pengukuran ESR menunjukkan bahwa CaMnO3 bersifat paramagnetik yang secara dominan berasal dari bahan dasar MnO2. Pada temperatur pemanasan 800oC, penambahan waktu milling tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap faktor g Lande dan konsentrasi spin paramagnetik bahan belum memiliki satu pola yang konsisten. Sementara itu, pengaruh tersebut mulai terlihat pada temperatur pemanasan 1000oC dengan indikasi kenaikan nilai g dari 2.07 hingga 2.12 dan penurunan konsentrasi spin paramagnetik bahan. Pengaruh temperatur pemanasan pada waktu milling 12 jam dan waktu pemanasan 9 jam terlihat dengan adanya kenaikan nilai g dari 2.07 hingga 2.46 dan kenaikan konsentrasi spin paramagnetik bahan.

CaMnO3 is a manganate sample that undergoes magnetic phase transistion from paramagnetic insulator to ferromagnetic conductor or vice versa. Preparation of CaMnO3 was done by solid state reaction (mixing the raw materials of CaCO3 dan MnO2) based on the stoichiometric calculations. The mixing processes was done by using ball mill equipment and by varrying the milling time of 3, 6, 9 and 12 hours. The processes is then continued by giving heat treatment with the temperature variations of 400°C, 600°C, 800°C and 1000°C and also with the heating time variations of 3, 6 and 9 hours.
ESR measurements of CaMnO3 was done at room temperature with sweep width of 500 mT and frequency of 9.47 GHz. ESR results showed that at room temperature, CaMnO3 was paramagnetic that was dominantly originated from the raw material of MnO2. At a heating temperature of 800oC, an increasing of milling time did not give significant influences to the g Lande factor and also the concentration of paramagnetic spins of the sample did not show a tendency to a concistence. However, the influences was slightly observed at a heating temperature of 1000oC identified by the increasing of the g Lande factor from 2.07 to 2.12 and also by the decreasing of the concentration of paramagnetic spins of the sample. The influence of heating temperature at milling time of 12 hours and heating time of 9 hours is identified by an increasing of g Lande factor from 2.07 to 2.46 and also by the increasing of the concentration of paramagnetic spins of the sample.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Indra Putra
"Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi Resonansi Spin Elektron pada paduan LaMgxMn1-xO3 (x=0; 0,35; 0,5). Sintesis bahan LaMgxMn1-xO3 menggunakan metode pencampuran mekanik dari oksida-oksida penyusun La2O3, MgO dan MnO2. Campuran ini digerus menggunakan High Energy Milling dengan variasi waktu 5, 8 dan 10 jam dan dilakukan proses pemanasan pada suhu 1300 oC selama 6 jam. Bahan ini kemudian digerus kembali dengan variasi waktu 5, 8 dan 10 jam serta dilakukan proses pemanasan ulang pada suhu 1100 oC selama 24 jam. Pengukuran XRD telah dilakukan pada temperatur ruang dengan interval pengukuran sudut 2θ sebesar 200?1000.
Hasil pengukuran XRD menunjukkan bahwa senyawa LaMgxMn1-xO3 dapat dihasilkan melalui pemanasan sampai 1300oC setelah dilakukan penggerusan menggunakan High Energy Milling. Hasil senyawa LaMgxMn1-xO3 (x=0; 0,35; 0,5) yang lebih homogen dapat dihasilkan melalui penggerusan kembali dan pemanasan sampai 1100oC selama 24 jam. Dengan menggunakan persamaan Scherer, semakin lama waktu penggerusan maka ukuran butir senyawa LaMgxMn1-xO3 akan semakin membesar. Sebaliknya, semakin tinggi konsentrasi pendopingan Mg maka ukuran butir LaMgxMn1-xO3 akan semakin mengecil. Pengukuran ESR pun telah dilakukan pada temperatur ruang dengan lebar sapuan 500 mT dan pada frekuensi 9,47 GHz.
Hasil pengukuran ESR menunjukkan bahwa LaMgxMn1-xO3 bersifat paramagnetik dan sifat keparamagnetan LaMgxMn1-xO3 ini secara dominan dipengaruhi oleh ion Mn yang berasal dari bahan dasar MnO2. Karakteristik nilai g dan ∆Hpp senyawa LaMgxMn1-xO3 cenderung tetap dan tidak dipengaruhi oleh penambahan waktu penggerusan. Sedangkan penambahan konsentrasi pendopingan Mg pada LaMgxMn1-xO3 menyebabkan nilai g dan ∆Hpp bertambah sampai pada nilai x tertentu (0,35

Synthesis and characterization of Electron Spin Resonance on the LaMgxMn1-xO3 (x=0; 0,35; 0,5) compound have been performed. Synthesis of the LaMgxMn1-xO3 material used mechanical alloying method from compiling oxides of La2O3, MgO and MnO2. This mixture was milled during 5, 8 and 10 hours using High Energy Milling and sintered at 1300oC for 6 hour. Then this material was milled again with variation of milling time 5, 8 and 10 hours and reheated at 1100oC for 24 hours. XRD measurement have been done at room temperature with interval of 2θ 200?1000.
Result of XRD measurement at room temperature indicates that LaMgxMn1-xO3 can be yielded by heating until 1300oC after milling the mixture using High Energy Milling. LaMgxMn1-xO3 phase will be more homogeny if the mixture was milled again and reheated at 1100oC. Using Scherer formula, increasing in milling time will increase the grain size of LaMgxMn1-xO3. On the contrary, increasing in doping concentration of Mg will reduce the grain size of LaMgxMn1-xO3. ESR measurement of LaMgxMn1-xO3 have been done at room temperature with sweep width 500 mT and frequency 9,47 GHz.
Result of ESR measurement indicate that LaMgxMn1-xO3 is paramagnetic and this paramagnetism dominantly influenced by ion Mn from its oxide: MnO2. Characteristic of g factor and ∆Hpp from LaMgxMn1-xO3 tends to constant and not influenced by milling time. While increasing in doping concentration of Mg will increase the value of g factor and ∆Hpp until certain value of x (0,35"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21552
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilujeng Laksmi
"Telah dilakukan penelitian mengenai sifat penyerapan gelombang mikro material La0.8Ca0.2-xAgxMnO3 x= 0;0,05;0.1;0,15 yang termasuk golongan material perovskit manganat. Material disintesis menggunakan metode sol gel, kemudian dilakukan kalsinasi pada suhu 550?C, dan sintering di suhu 900?C. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa sampel berada dalam fasa tunggal. Dilakukan uji SEM yang menunjukkan morfologi sampel serta EDX yang menampilkan kemurnian sampel.
Pengujian menggunakan magnetometer kriogenik menunjukkan penurunan resistivitas bahan. Sampel telah dikonfirmasi ulang menggunakan uji ESR, untuk melihat konsenterasi elektron bebas pada sampel. Terakhir, sampel diuji menggunakan VNA untuk mengetahui Refleksi hilang, permittivitas dan permeabilitas bahan, dengan RL paling tinggi sebesar -4,965 dB.Kata kunci: Perovskit manganat, Sol Gel, Refleksi Hilang, Permitivitas, Permeabilitas.

The research about microwave absorption property of La0.8Ca0.2 xAgxMnO3 x 0 0.05 0.10 0.15 material is reported. The material synthesized by sol gel method, calcinated at 550 C and sintered at 900 C. According to XRD characterization, all samples were single phase. By SEM characterization the morphology of the samples are reported. EDX confirmed that all the samples have a good compositional purity.
Cryogenic magnetometer reported that Ag dopant caused the resistivity of materials generally decreased. ESR confirmed that Ag dopant also caused concentration of free electrons were increase. Finally VNA characterization reported the Reflection Loss, permittivity, and permeability, which the maximum RL is 4.965 dB.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
As Ad Saleh Umar
"ABSTRACT
Dalam beberapa tahun terakhir ini, TiO2 telah menjadi subjek penelitian yang
panas dibicarakan karena ia membuka peluang dalam pengembangan spintronika.
Penelitian terbaru mengenai lapisan tipis Ti1−xTaxO2 (x  0.05)
berstruktur anatase menunjukkan perubahan sifat dari nonmagnetik menjadi
feromagnetik yang disebabkan adanya vakansi Ti yang tersubstitusi oleh Ta.
Berlandaskan eksperimen tersebut, yang mengungkap sifat feromagnetik pada
suhu ruang, kami melakukan studi teoretis mengenai kebergantungan magnetisasi
pada suhu dan perhitungan temperatur Curie. Kami berhipotesis
bahwa ketika beberapa vakansi Ti muncul dalam sistem, tebentuklah momen
magnet lokal, yang saling berinteraksi melalui interaksi RKKY (Ruderman-
Kittel-Kasuya-Yosida), sehingga membentuk susunan feromagnetik. Untuk
mempelajari pengaruh temperatur terhadap magnetisasi dan memprediksikan
temperatur Curie sistem, kami mengkonstruksi Hamiltonian berbasis tightbinding
untuk sistem ini, kemudian menggunakan metode dynamical meanfield
theory untuk menghitung pada beberapa variasi temperatur. Hasil yang
kami dapatkan akan untuk dikomparasikan dengan data eksperimen yang sudah
ada mengenai Ti1−xTaxO2 (x  0.05).

ABSTRACT
TiO2 has, in recent years, become a hot subject as it holds a promise for
spintronics application. Recent experimental research on anatase Ti1−xTaxO2
(x  0.05) thin films shows that the system changes from non-magnetic to
ferromagnetic due to Ti vacancies (VTi) that formed when a small percentage
of Ti atoms are substituted by Ta. Motivated by those results that reveal the
ferromagnetic phase at room temperature, we hereby present a theoretical
study on the temperature-dependent magnetization and the Currie temperature
of that system. We hypothesize that when several VTi form in the system,
each of them induces a local spin moment, then such moments couple each
other through Ruderman-Kittel-Kasuya-Yosida (RKKY) interaction, forming
a ferromagnetic order. To study the temperature dependence of the magnetization
and predict the Curie temperature, we construct a tight-binding based
Hamiltonian for this system and use the method of dynamical mean-field
theory to perform calculations at various temperature. Our results are to be
compared with the existing experimental magnetic data of the Ta doped TiO2."
2016
S63220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudung Abdu Kodir
"Semakin lama waktu milling maka akan diperoleh ukuran butir yang
lebih halus. Hal ini membuktikan bahwa apabila butiran semakin kecil,
maka berakibat luas permukaan kontak antar butir semakin besar yang
berarti pula porous bahan ini semakin kecil sehingga konduktivitas bahan
semakin baik ditandai dengan berkurangnya resistivitas bahan ini.
Resistivitas meningkat seiring dengan peningkatan lama
pemanasan. Hal ini disebabkan bahwa tingkat oksidasi bahan semakin
besar dengan lamanya proses pemanasan, yang berarti bahwa
kandungan oksigen pada bahan ini semakin besar.
Sifat resistivitas bahan akan cenderung menurun apabila bahan
tersebut dikenai medan magnet yang terus membesar. Jadi semakin tinggi
medan magnet, resistivitas sample semakin menurun
Secara umum ciri dari sifat positif magnetoresistance adalah resistivitas
bahan semakin meningkat apabila dikenakan medan magnet luar.
Sedangkan negative magnetoresitance adalah perubahan resistivitas
bahan semakin menurun apabila dikenakan medan magnet luar. Sifat
magnetoresistance yang lazim diteliti banyak orang adalah negative
magnetoresistance. Apabila gejala penurunan resistivitas ini cukup besar
maka disebut dengan sifat Giant Magnetoresistance (GMR)"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarjianto
"Struktur kristal merupakan salah satu bagian dari analisis struktur mikro, untuk menganalisis hal ini yang sering dipakai metode Hanawalt dari kurva XRD. Struktur mikro suatu bahan yang tergantung pada ukuran butir. Bahan CaMnO3 yang merupakan campuran dari bahan dasar CaCO3 dan MnO2 terbentuk setelah melalui proses milling dan pemanasan. Proses milling yang dilakukan pada sampel dengan variasi waktu 3 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam melalui pemanasan dengan variasi 3 jam, 6 jam, dan 9 jam. Temperatur yang digunakan pada proses ini 400°C , 800°C dan 1000°C.
Hasil pengukuran difraksi sinar-X pada temperatur ruang menunjukan bahwa CaMnO3 dapat dihasilkan melalui pemanasan sampai 10000C. Sementara itu sampel dengan waktu milling 12 jam mulai mengarah ke pembentukan fasa baru CaMnO3 yang baik. Untuk mengindentifikasi bahan secara mikro dan perubahan ukuran butir digunakan Partikel Size Analyzer (PSA).

Structure Crystal represent one part of the micro structure analysis, to analyse this matter which is often weared by Hanawalt method from XRD curve. Micro Structure a materials which depend on item size measure. Materials CaMnO3 representing mixture from elementary materials of MnO2 and CaCO3 formed by after passing milling process and warm-up. Process conducted by milling sampel with time variation of 3 hour, 6 hour, 9 hour, 12 hour through warm-up with variation of 3 hour, 6 hour, and 9 hour. Used temperature at this process 400°C, 800°C and 1000°C.
Result of measurement X-ray diffraction at showed room temperature that CaMnO3 can be yielded to through warm-up until 1000°C. Meanwhile sampel with milling time 12 hour start flange to forming of new fasa good CaMnO3. For the identifying of materials microly and change of item size measure used by Particle Size Analyzer ( PSA).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T20726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbiyallah
"Sampel penelitian adalah sampah industri baja Neomax di Jepang dengan basis ferrite. Identifikasi fase dengan XRD dan XRF memperlihatkan bahwa sampel merupakan senyawa strontium ferrite SrO.6Fe 2O3 fasa tunggal. Kurva XRD menunjukkan waktu milling 5, 10 dan 20 jam tidak signifikan terlihat perubahannya. Mikrograf SEM menunjukkan semakin lama waktu milling jumlah porositas (pori) semakin berkurang dan proses sintering telah memadatkan butiran -butiran grain kristal.
Perbandingan Histerisis PERMAGRAPH menunjukkan milling dengan waktu yang lebih lama dan sintering dengan waktu yang lebih lama pada suhu sekitar 1000°C - 1300°C (dibawah titik leleh Fe) dapat meningkatkan nilai remanen magnetisasi Br, dengan kecenderungan nilai koersivitas Hc relatif tetap atau turun dalam batas tertentu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28941
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Johan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaksana Permana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Abstrak Perhitungan waktu relaksasi merupakan salah satu cara untuk menganalisis pengaruh magnetoresistansi terhadap suatu sampel. Dalam jurnal ini telah dilakukan perhitungan waktu relaksasi secara teori menggunakan data-data rasio magnetoresistansi yang sebelumnya telah diperoleh secara eksperimen. Dalam eksperimen tersebut telah dilakukan variasi miling dan lama pemanasan untuk pengukuran rasio magnetoresistansi pada sampel CaMnO3 ..."
Universitas Indonesia, 2007
S28937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>