Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pengky Adie Perdana
"Aplikasi material Ferritic - Austenitic Steel atau yang lebih dikenal dengan Super Duplex Stainless Steel, dalam industri migas umumnya terdapat pada sistem pemipaan Production Flowlines dan komponen-komponen pendukungnya. Tingginya kadar alloy (25Cr 7Ni 4Mo) dibanding dengan Stainless Steel biasa SS316 (18Cr 8Ni) menyebabkan paduan ini lebih tahan terhadap korosi intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
Pengelasan merupakan proses penggabungan logam dengan cara memanaskan nya hingga mencapai suhu lebur dan logam cair tersebut dialirkan bersama-sama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Pada tesis ini penulis ingin mempelajari lebih dalam tentang pengaruh quenching terhadap karakteristik mekanis dan ketahanan korosi baja tahan karat Super Duplex UNS S32750 yang telah mengalami proses pengelasan.
Dalam penelitian ini digunakan material pipa potongan Super Duplex yang dilas dengan proses GTAW sebagai masukan panas. Media quenching atau quenchant yang digunakan yaitu udara, oli dan air. Selanjutnya dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pemeriksaan kandungan ferit, dan pengujian immersed solution (pada suhu 50°C dan 40°C) untuk mengetahui hubungan antara mikrostruktur dengan nilai kekerasan, ferrite content dan ketahanan korosi Super Duplex tersebut.

Ferrite - Austenitic Steels or familiar with Super Duplex Stainless Steels are widely applied in oil and gas industry. They are mainly used on piping system, especially in Production Flowlines and other supporting equipments. Its high content of alloy composition (25Cr 7Ni 4Mo) rather than regular Stainless Steel SS316 (18Cr 8Ni) derived this alloy to have more corrosion resistance against intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
The term welding refers to the process of joining metals by heating them to their melting temperature and causing the molten metal to flow together. The most frequent problems occur in welding stainless steel is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization), which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joints.
The aim of this research is to learn more about the effect of quenching to mechanical properties and its corrosion resistance of Super Duplex Stainless Steel.
This research uses some length of Super Duplex, which was welded with GTAW process for heat input. Quenching fluids or known as quenchant which is used are : air, oil, and water. Further, the samples subjected to hardness testing, microstructure examination, ferrite content analyzer, immersed solution testing (on temperature 50°C and 40°C) in order to find out relationship among hardness value, ferrite content, and corrosion resistance of Super Duplex.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Reky Kurnia Widhi
"Aplikasi dari baja perkakas JIS SKD 11 sebagai material cetakan amatlah memegang peranan strategis dalam dunia industri. Agar diperoleh baja perkakas kualitas tinggi, maka terus dilakukan berbagai penelitian, salah satu caranya adalah dengan mengatur perlakuan panas. Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur perlakuan panasnya dengan Quenching Partitioning Tempering. Dengan variabel yang digunakan adalah perubahan temperatur perlakuan panas yang dilakukan dengan menahan temperatur kuens pada suhu 100oC dan 150oC yaitu antara suhu Ms dan Mf maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, perubahan dimensi serta struktur mikro material baja perkakas JIS SKD 11.
Dalam penelitian ini disimpulkan dengan perlakuan Quenching Partitioning Tempering memberikan pengaruh sifat mekanis dan mikrostruktur baja JIS SKD 11. Nilai kekerasan baja pada perlakuan Quenching Partitioning Tempering (QPT) 950/100 oC pada penelitian ini sanggup mencapai nilai kekerasan 64 HRC. Pada perlakuan panas Quenching Partitioning Tempering (QPT) sifat mekanis kekerasan akan turun bila mana temperatur partitioning bertambah. Perubahan dimensi setelah perlakuan panas pada Quenching Tempering (QT) dan QPT mengalami penyusutan 0.02 mm sedangkan pada perlakuan panas Quenching Partitioning (QP) perubahan dimensi mengalami penambahan/mengembang 0.02 mm. Pada proses QP dan QPT terbentuk fasa martensit dan austenit sisa.

Application of JIS SKD 11 tool steel as the mold and dies material is very important role in many startegic industries. In order to obtain a high quality tool steel , then continued to do various studies, one way is to set the heat treatment. In this study, tool steel material is regulated by the heat treatment of Quenching Partitioning Tempering (QPT). The variable used is the change of temperature of heat treatment done by holding the temperature quenching at temperature of 100 oC and 150 oC at which temperature between Ms and Mf it will determine its effect on mechanical properties, namely hardness, wear rate, dimensional changes and microstructure of materials tool steel JIS SKD 11.
In this study, it is concluded that treatment of QPT influence mechanical properties and microstructure of steel JIS SKD 11. Hardness value of the steel in the treatment of QPT at 950/100 °C in this study could achieve a hardness value of 64 HRC. In the heat treatment of QPT mechanical properties of hardness will drop when partitioning increases. Dimensional change after heat treatment of Quenching Tempering (QT) and QPT shrinkage 0.02 mm, while the heat treatment Quenching Partitioning (QP) experienced a change in the dimensions of the addition 0.02 mm. In the process of QP and QPT, martensite and retained austenite phase are formed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anrinal
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan media quenching oil alternatif, temperatur tempering yang sesuai dengan media quenching alternatif, dan menciptakan Elastic rail fastening yang baru.
Penelitian dilakukan dengan variasi temperatur pemanasan 950°C, dan 1050°C, media quenching oil dengan viscositas SAE 20, 30, 40, 50, 90, dan 140, Temperatur temper 250, 350 dan 450°C, dan pengembangan produk dibatasi sampai pembuatan Model dari disain produk awal.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa media quenching oil alternatif adalah dengan Viscositas SAE50, SAE90, dan SAE140. Temperatur tempering yang sesuai dengan media quenching altematif adalah 250°C dengan temperatur pengerasan 1050°C. Penghematan energi dan konsumsi bahan bakar dapat dicapai melalui pemakaian media quenching oil SAE140 yang dapat menghilangkan proses temper, dan oli SAE50 serta SAE90 dapat menurunkan temperatur temper menjadi 250°C. Produk baru yang terpilih adalah Model 1 yang memiliki unjuk kerja lebih baik dari Model-model lainnya.

ABSTRACT
The purpose of this research is to find quenching media oil alternative, the suitable tempering temperature to quenching media oil alternative, and create the new elastic rail fastening.
Research is done in many variations. Heating variety are 950°C, and 1050°C, viscosity of quenching media oil variety are SAE 20, 30, 40, 50, 90, and 140, tempering temperature are 250, 350 and 450°C. And new product development is done until prototype construction of preliminary product design.
The result showed that viscosity of quenching media oil alternative are SAE50, SAE90, and SAE140. Tempering temperature is 2500C at heating 10500C. Energy saving and fuel consumption reached with use oil SAE140 to delete tempering process, oil SAE50 and SAE90 to decrease tempering temperature to 250°C. The new product is Model 1 who has performance is better than other Models.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Ramadhantyo Priyoga
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh homogenisasi dan metode pencelupan terhadap struktur mikro, kekerasan, transformasi martensit, dan sifat ingat bentuk dari paduan Cu-20,42Al-10,65Mn (at. %). Paduan dibuat menggunakan metode pengecoran gravitasi yang selanjutnya dihomogenisasi pada temperatur 900 °C selama 2 jam dan didinginkan pada temperatur ruang. Setelah paduan mencapai temperatur ruang, dilakukan perlakuan panas betatizing pada temperatur 900 °C selama 30 menit dan dilanjutkan dengan dua metode pencelupan yang berbeda, yaitu Pencelupan Langsung (Direct Quench/DQ) dan Pencelupan Naik (Up Quench/UQ). Pengujian yang dilakukan meliputi Optikal Mikroskop, SEM-EDS, XRD, Microvickers, dan Bending Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi as-cast menghasilkan matriks β dan terdapatnya fasa kedua γ dengan morfologi flakes-like. Proses homogenisasi melarutkan fasa kedua γ dan mengakibatkan pertumbuhan ukuran butir sebesar 15% serta penurunan kekerasan dari 588,16 HVN menjadi 544,79 HVN. Pencelupan DQ menghasilkan dua jenis martensit β'1 (18R) dengan bentuk needle-like dan γ1 (2H), serta menyisakan fasa β (L21) yang tidak bertransformasi, dengan nilai kekerasan sebesar 492,03 HVN. Sedangkan Pencelupan UQ menghasilkan fasa tunggal martensit β'1 (18R) yang lebih besar dan merata dengan nilai kekerasan 489,89 HVN. Nilai pemulihan regangan terbaik diperoleh pada sampel UQ dengan 98,51%, dibandingkan dengan 87,6% pada sampel DQ. Temperatur transformasi Ms pada kedua sampel DQ dan UQ diperkirakan berada di atas suhu ruangan (>25 ºC) sedangkan temperatur As diperkirakan berada di sekitar temperatur 180 ºC.

This study aimed to examine the effect of homogenization and quenching method on microstructure, hardness, martensitic transformation, and shape memory effect of Cu-20.42Al-10.65Mn alloy (at. %). In this study, the alloy was produced through gravitry casting method which was then homogenized at 900 ºC for 2 hours and air cooled. The betatizing treatment was carried out at 900 °C for 30 minutes and subsequently quenched with two different methods, such as Direct Quench (DQ) and Up Quench (UQ). Characterization was conducted by Optical Microscope, SEM-EDS, XRD, Microvickers, and bending test. The results showed that in the as-cast condition, β matrix was produced together with γ phase with a flakes-like morphology. The homogenization process dissolved the second phase of γ and increased the grain size from 398.28 μm to 573.97 μm and decreased the hardness from 588.16 HVN to 544.79 HVN. DQ produced two types of martensites, such as β'1 (18R) with a needle-like shape and γ1 (2H), nevertheless β (L21) were still retained, the hardness value was 492.03 HVN. Meanwhile, UQ produced a single phase β'1 (18R) with needle-like, v-shape and zig-zag morphology, the hardness was valued 489.89 HVN. The best strain recovery value was obtained in the UQ sample with 98.51%, compared to 87.6% in the DQ sample. The Ms transformation temperature in both DQ and UQ samples were estimated to be above room temperature (>25 ºC), while the As temperature was estimated to be at 180 ºC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangestu Rangga Pamungkas
"Paduan ingat bentuk berbasis tembaga adalah salah satu alternatif yang lebih murah dan mudah untuk difabrikasi dibandingkan dengan paduan ingat bentuk komersial berbasis Ni-Ti. Penggunaan paduan Cu-Zn-Al sebagai paduan ingat bentuk memiliki kelemahan berupa sifat ingat bentuk rendah dan kecenderungan membentuk stabilitas martensit yang dapat dihindari dengan perlakuan panas dan metode pencelupan. Maka, penelitian ini mempelajari pengaruh metode pencelupan terhadap karakteristik fasa martensit yang terbentuk dan pemulihan regangan dari paduan dengan komposisi Cu-25,8Zn-4,8Al wt.%. Sampel paduan hasil fabrikasi pengecoran gravitasi diberikan perlakuan panas berupa homogenisasi pada temperatur 850 oC dengan tujuan mendapatkan struktur mikro fasa yang lebih homogen sebelum dilakukan betatizing pada temperatur 850oC selama 30 menit diikuti dengan proses pencelupan dengan variasi pencelupan langsung (direct quench, DQ) dan pencelupan naik (up-quench, UQ). Karakteriasi komposisi paduan dilakukan menggunakan Optical Emission Spectroscopy (OES), observasi struktur mikro fasa yang terbentuk menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS), pengujian X-ray Diffractory (XRD), pengujian kekerasan microvickers, pengujian Differential Scanning Calorymetry (DSC) untuk mendapatkan temperatur transformasi, serta pengujian bending untuk mendapatkan nilai pemulihan regangan. Struktur mikro paduan hasil pengecoran dan homogenisasi terdiri atas dua fasa yaitu α [A1] dan β[D03]. Metode pencelupan langsung dan pencelupan naik menghasilkan struktur mikro dengan dua fasa β’ [M18R] dan α[A1]. Nilai pemulihan regangan yang didapatkan dari pencelupan langsung dan pencelupan naik masing-masing adalah 29.6% dan 40%.

Copper-based shape memory alloys are one of the cheaper and easier alternatives to fabricate compared to commercial shape memory Ni-Ti alloys. Usage of copper-based memory alloy such as Cu-Zn-Al ternary alloy includes several disadvantages such as low shape memory effect and the tendency to form martensite stabilization which can be nullified using heat treatment and varying quenching method. Thus, this research studied the effects of quenching method on the characteristics of the formed martensitic phase and the strain recovery of Cu-25,8Zn-4,8Al wt.%. As-cast samples formed by gravitation casting were given heat treatment homogenization at 850 ᵒC for 2 hours before solution treated at 850 ᵒC for 30 minutes followed by quenching with varying method such as direct quenching (DQ) and up-quenching (UQ). Characterization the alloys composition were done using Optical Emission Spectroscopy (OES), microstructural observartion using optical microscope and Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS), X-ray Diffractory (XRD) test, microvickers hardness test, Different Scanning Calorymetry (DSC) test to obtain temperature transformation, and bending test to observe the strain recovery. As-cast and as-homogenized microstructure consist of binary phase α [A1] and β[D03]. Direct quenching and up-quenching method resulted in a microstructure with two phases [M18R] and [A1]. The strain recovery values obtained from direct quenching and up-quenching were 29.6% and 40%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus
"
ABSTRAK
Kedalaman pembubutan setelah quenching dibatasi oleh dalamnya lapisan dengan kekerasan yang tetap sama dengan permukaan sebelum pembubutan. Untuk pembubutan dengan diameter bahan baku dan diameter produk yang cukup jauh urutan proses yang biasa dilakukan adalah pemesinan kasar, perlakuan panas, lalu dilanjutkan dengan pemesinan halus.
Akan tetapi untuk lapisan yang dekat dengan permukaan ada dua macam altematif, yaitu:
1. Pemesinan kasar > Perlakuan panas > Pemesinan halus.
2. Perlakuan panas > Pemesinan sampai dengan selesai.
Dalam slcripsi ini alcan dilihat sejauh mana pengguuaan altematif 11 lebih ekonomis dibandingkan dengan altematif I pads. penggunaan mesin bubut untuk pemakanan kasar dan halus yang sama. Metode yang digunakan adalah dengan pencarian besarnya biaya masing-masing proses. Kemudian untuk beberapa macam diameter produk dari tiga diameter benda kerja akan dihitung besarnya biaya yang dikeluarkan. Juga dibuat sebuah pengujian untuk melihat pada kedalaman berapa kekerasan yang dihasilkan mulai berbeda dari permukaan quenching.
Dari perhitungan didapatkan bahwa altematif II mempunyai biaya yang lebih rendah dari altematif I dengan kondisi di mana mesin bubut untuk pemesinan kasar dan halus adalah sama. Dan dari pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa. kekerasan benda setelah quenching paling tinggi terletak pada kedua ujung silinder dan semakin ke tengah akan semakin lunak dan kekerasan untuk diameter 50 dan 25,4 mm masih dapat bertahan sampai perubahan diameter 1 mm dan untuk diameter 12,7 mm sebesar 3 mm dari permukaan quenching. Sehingga kesimpulan yang didapat adalah untuk pembubutan di dekat permukaan quenching, sebaiknya digunakan alternatif urutan proses II.
"
1997
S36190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasendriya Zaneto Atmomintarso
"Paduan ingat bentuk merupakan salah satu material cerdas dengan kemampuan kembali ke bentuk semula setelah diberi perlakuan panas. Paduan berbasis Cu merupakan salah satu material yang bisa digunakan sebagai alternaltif dari paduan Ni-Ti yang telah umum digunakan, memiliki sifat ingat bentuk yang baik dan biayanya yang terjangkau. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh metode pencelupan terhadap struktur mikro dan kekerasan paduan Cu-25,9Al-3,6Mn (at. %). Sampel dibuat dengan metode pengecoran gravitasi, kemudian dihomogenisasi pada temperatur 900 °C selama 2 jam dan didinginkan pada temperatur ruang. Selanjutnya dilakukan perlakuan panas betatizing pada temperatur 900 °C selama 30 menit dan dilanjutkan dengan tiga metode pencelupan, yaitu Pencelupan Langsung (Direct Quench/DQ), Pencelupan Naik (Step Quench/SQ) dan Pencelupan Bertahap (Step Quench/SQ). Tahapan karakterisasi dilakukan menggunakan Optical Microscope (OM), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Xray Spectroscopy (SEM-EDS), X-ray Diffraction (XRD), Differential Scanning Calorimetry (DSC), strain recovery test, dan Microvickers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur mikro paduan as-cast dan as- homogenized terdiri atas matriks fasa β dan fasa kedua γ dengan morfologi rosette-like di dalam matriks dan batas butir. Hasil pencelupan DQ dan UQ menghasilkan fasa martensit β′ berupa garis tipis dan fasa β, sedangkan pencelupan SQ memiliki fasa martensit β′ berupa garis tipis, fasa β , dan fasa γ sisa akibat laju pendinginan yang lambat. Untuk nilai kekerasan paduan adalah 293,2 HV (as-cast), 311,3 HV (as-homogenized), 286,7 HV (DQ), 287,1 HV (UQ) dan 283,5 HV (SQ). Strain recovery tidak dapat diukur karena sampel mengalami perpatahan saat ditekuk.

Shape memory alloy is one of the smart materials that have capability to remember their original shape after deformation followed by heating at certain temperature. Cu-based alloys can be used as an alterlative to the commonly used Ni-Ti alloys, has good shape memory properties and is affordable. In the research, the effect of quenching method on microstructure and hardness of Cu-25.9Al-3.6Mn (at. %) alloy was studied. The alloy was prepared by gravity casting and homogenized at 900 °C for 2 hours followed by cooling at room temperature. Furthermore, betatizing was carried out at 900 °C for 30 minutes and followed by three quenching methods, Direct Quench (DQ), Up Quench (UQ) and Step Quench (SQ). The Characterization was conducted by Optical Microscope (OM) Scanning Electron Microscopy -Energy Dispersive Xray Spectroscopy (SEM-EDS), X-Ray Diffraction (XRD), Differential Scanning Calorimetry (DSC), strain recovery test, and microvickers. The results of observations of the as-cast and as-homogenized microstructure alloys consist of a β phase matrix and a γ phase precipitate with rosette-like morphology in the matrix and grain boundaries. DQ and UQ quenching results have β′ martensite phase in the form of thin lines and retained β phase, while SQ quenching has β′ martensite phase in the form of thin lines, retain β phase, and retain γ phase appears due to slow cooling rate. The alloy hardness values are 293.2 HV (as-cast), 311.3 HV (as-homogenized), 286.7 HV (DQ), 287.1 HV (UQ) and 283.5 HV (SQ) respectively. Strain recovery could not be measured from the samples because the samples fracture when bent."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Muslim
"Penggunaan baja perkakas dalam aplikasi sebagai cetakan selalu diinginkan dapat menghasilkan cetakan yang berkualitas untuk dapat menghasilkan produkproduk yang berkualitas pula. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terus dilakukan penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuyk mendapatkan kualitas baja yang baik, dengan menggunakan susunan komposisi dan perlakuan khusus untuk mendapatkan kualitas baja yang baik.
Baja perkakas memiliki sifat-sifat khusus yang sesuai dengan kebutuhan proses dalam mengolah material dasar menjadi produk siap pakai atau jadi, sifatsifat khusus tersebut terpengaruhi oleh adanya unsur paduan dan perlakuan yang diberikan pada baja perkakas.
Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur komposisi paduannya dengan menambahkan unsur paduan Si yang berbeda yaitu 0,8%wt, 2,0%wt, dan 3,0%wt Si pada setiap material baja perkakas dengan unsur paduan lainnya ditambahkan dengan perbandinganan tetap untuk setiap material baja perkakas dan tidak diberikannya unsur vanadium untuk material baja perkakas lainnya untuk mengetahui perbandingan sifat mekanis setelah ditambahkan unsur paduan Vanadium. Kemudian baja perkakas tersebut dilakukan perlakuan panas quenc temper dengan penggunaan temperatur temper yang berbeda yaitu 600°C, 640°C, dan 690°C dan sphroidized anneal dengan menggunakan temperatur 820°C.
Dengan variabel yang digunakan adalah penambahan unsur paduan dan perlakuan panas yang dilakukan maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, dan kuat tarik serta struktur mikro material baja perkakas.
Dalam penelitian ini disimpulkan dengan penambahan unsur paduan Si maka sifat mekanis meningkat, dan untuk membandingkan baja perkakas yang diberikan unsur paduan vanadium dan yang tidak, baja dengan paduan vanadium sifat mekanis yang dimiliki lebih tinggi. Sedangkan untuk variable perlakuan panas yang diberikan dengan semakin tingginya temperatur temper maka sifat mekanis akan menurun sehingga didapati baja perkakas yang lebih tangguh.

Usage of tool steel in application as mold always is wanted able to make mold with quality to be able to make products that is with quality also. To fulfill the requirement, always is done research and development always is done for to get quality of good steel, by using arrangement of special composition and treatment to get quality of good steel.
Tool steel has special properties as according to requirement of process in processing fundamental material become ready for use product or thus, the special influenced by existence of alloying element and treatment passed to tool steel.
At this research, tool steel material is arranged by alloy composition adding alloying element Si which different composition there are 0,8%wt, 2,0%wt, and 3,0%wt for each tool steel material with other alloying element is added with balance comparison for every tool steel material and doesn't give of element of vanadium for other tool steel material to know comparison of mechanical properties after added alloying element Vanadium. Then the tool steel is done with heat treatment quench temper with usage of different temper temperature that is 600°C, 640°C, and 690°C and sphroidized anneal by using temperature 810°C. With variable applied is addition of unsure alloy and heat treatment done hence will be known the influence to mechanical properties, that is hardness, wear resistant, and tensile strength and tool steel material microstructure.
In this research concluded with addition of alloying element Si hence mechanical properties increases, and compare tool steel given alloying element of vanadium and another steel is not, steel with mechanical properties vanadium alloy owned higher. While for variable heat treatment given increasing height of temper temperature hence mechanical properties will decline causing is discovered tool steel which more tough.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41762
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kresnodrianto
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh nanofluida sebagai salah satu media pendinginan cepat dalam proses perlakuan panas dari baja S45C. Pembuatan nanofluida dilakukan dengan mencampurkan nano partikel karbon yang dilakukan proses penggilingan dengan 500 rpm selama 15 jam dengan fluida dasar air distilasi menggunakan metode Ultrasonic.Partikel karbon yang digunakan dalam pembuatan nanofluida adalah sebesar 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, dan 0.5 w/v. Sampel karbon dikarakterisasi dengan menggunakan SEM-EDS dan pengujian XRD. Nanofluida dikarakterisasi menggunakan PSA dan Pengujian Konduktivitas Termal. Sampel baja S45C dikarakterisasi menggunakan OES, serta uji kekerasan Vickers dan pengamatan mikrostruktur sebelum dan sesudah proses pendinginan cepat dlakukan.Hasil yang didapatkan secara umum menunjukkan peningkatan tingkat kekerasan dan konduktivitas termal dengan penambahan nanofluida. Namun, penggunaan nanofluida dengan jumlah partikel berlebih dapat menurunkan hasil yang didapat.

This research is conducted to know the effet of Nanofluids as a quench medium in the heat treatment process of S45C steel. Nanofluids are created by mixing carbon nano particles that had been milled in 500 rpm for 15 hours with distilled water as the base fluid using Ultrasonic. Carbon particles of 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5 w v were used in creating the nanofluid. Carbon sample are characterized with SEM EDS and XRD testing. Nanofluid are characterized with PSA and thermal conductivity test. S45C steel are characterized with OES, and also Vickers hardness testing and metallographic observation before and after the quenching process. Thv results of mentioned testing generally indicate an increase in hardness and thermal conductivity with the use of nanofluid. However, the use of nanofluid with extensive carbon particle can reduce the result in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>