Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Markus Kunardianto
"Benda uji paduan Alumunium seri 3104-H19 berbentuk lembaran sebagai bahan baku kemasan minuman kaleng, dilakukan uji korosi dengan metoda perendaman dalam larutan asam yaitu larutan korosif sesuai dengan ASTM G34, yaitu 4M NaCl + 0,5 M KNO3 + 0,1M HNO3. Bahan paduan Alumunium tersebut adalah 3104-H19 dengan kandungan unsur Titanium, Ti yang berbeda yaitu 0,013 % berat 0.010 % berat dan 0%.
Dalam pengujian ini diamati bentuk korosi yang terjadi dan besarnya laju korosi pada waktu perendaman dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. Serta divariasikan konsentrasi larutan korosif bahan perendaman, yaitu 4M NaCl; 2M NaCl, 5M NaCl dan 6M NaCl.
Dari pengujian ini dapat diketahui bahwa makin banyak kandungan Ti pada paduan alumunium akan meningkatkan ketahanan korosinya dimana kandungan Ti 0,013% lebih baik dibandingkan 0,01% dan 0%.

Specimen Alumunium alloy foil 3104 H19 as a raw material for beverages can, would be got corrosion test by immersing in acid solution according to ASTM G34, it was 4M NaCl + 0,5 M KNO3 + 0,1M HNO3. The material alumunium alloy 3104 H19 was having Titanium, Ti element with 0.013% of weight; 0.010 % of weight and 0%. This experiment would be observed for corrosion shape and rate of corrosion with variation of duration immersing, 1, 2, 3, 4 and 5 days. Also for variation of concentration of corrosive solution, 4M NaCl; 2M NaCl, 5M NaCl dan 6M NaCl.
By experiment, it was known that the more quantity of titanium element on the alloy, will enhance the corrosion resistance, which Ti 0.013% is better than 0.010% and 0%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imron Fachruroji
"Perilaku korosi logam Pb murni di dalam larutan H2SO4 dengan penambahan variasi PbNO3 dikarakterisasi pada penelitian ini. Metode linear sweep voltammetry (LSV) menunjukkan proses selama elektrolisis di dalam larutan 0,5 M H2SO4. Dengan adanya penambahan PbNO3 ternyata mampu meningkatkan ketahanan korosif dari logam timbal murni. Sehingga dapat menyiratkan bahwa terjadi penekanan pelarutan logam dan reduksi oksigen. Dari analisis X-ray difrractometer (XRD) mengungkapkan adanya perbedaan fasa setelah proses elektrolisis, dimana pembentukan PbSO4 yang relatif tinggi akan mempengaruhi ketahanan korosi dari logam timbal. Untuk mengevaluasi morfologi permukaan logam timbal dilakukan dengan teknik scanning electron microscope (SEM). Analisis permukaan menunjukkan bahwa sampel dengan kandungan PbSO4 berlebih akan mengalami tingkat kekasaran yang cukup parah.

The pure Pb metal corrosion behavior in H2SO4 solution added with PbNO3 was characterized in this study. The linear sweep voltammetry (LSV) method demonstrated the electrolysis process in a 0,5 M H2SO4 solution. The PbNO3 addition improved the corrosive resistance of pure lead metal. Therefore, it indicates that metal solubility suppression and oxygen reduction occurred. The X-ray diffractometer (XRD) analysis revealed phase differences post-electrolysis, where relatively high PbSO4 production will affect the corrosion resistance of the lead metal. The scanning electron microscope (SEM) technique was employed to evaluate the lead metal surface morphology. The surface analysis showed that samples with excessive PbSO4 concentration experienced severe roughness levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Sembodo
"Paduan aluminium AA7075-T7351 merupakan paduan keras yang memiliki keunggulan sifat mekanis, ringan, dan dapat di recycle sehingga paduan ini banyak di aplikasikan sebagai material struktur. Untuk meningkatkan ketahanan korosi paduan tersebut diperlukan rekayasa permukaan sehingga umur pakai material ini menjadi lebih lama dengan cara anodisasi. Optimasi ketahanan korosi dan kekerasan mekanik diperoleh dengan variasi suhu elektrolit dan penambahan aditif etanol pada elektrolit asam sulfat. Morfologi dan ketebalan lapisan oksida yang dihasilkan diamati dari foto SEM, ketahanan korosi sampel diuji dengan metode elektrokimia, dan karakteristik sifat mekanis permukaan didapat dari uji kekerasan. Anodisasi pada suhu 0°C mampu meningkatkan ketebalan lapisan oksida hingga 46%, kekerasan mikro sampai dengan 83%, dan meningkatkan ketahanan korosi. Anodisasi pada suhu 0°C dengan penambahan etanol 10 vol% dalam elektrolit asam sulfat pada paduan aluminium AA7075-T7351 menghasilkan lapisan oksida paling tebal (75,75µm), kekerasan mikro paling besar (281.06 HV), serta ketahanan korosi paling tinggi (Icorr = 10-5 µA/cm2).
AA7075-T7351 aluminum alloy is a hard alloy that has the advantage of mechanical properties, lightweight, and can be recycled so that this alloy is widely applied as a structural material. To improve the corrosion resistance of these alloys, surface engineering is needed so that the lifetime of this material becomes longer by anodizing. Optimization of corrosion resistance and mechanical hardness is obtained by variations in electrolyte temperature and the addition of ethanol into sulfuric acid electrolytes. The morphology and thickness of the resulting oxide layer were observed from SEM photographs, the corrosion resistance of the samples was tested by electrochemical methods, and the characteristics of surface mechanical properties were obtained from hardness tests. Anodization at 0 ° C can increase the thickness of the oxide layer by up to 46%, micro hardness up to 83%, and increase corrosion resistance. Anodization at 0 ° C with the addition of 10 vol% ethanol in sulfuric acid electrolyte in aluminum alloy AA7075-T7351 resulted in the thickest oxide layer (75.75µm), the greatest micro hardness (281.06 HV), and the highest corrosion resistance (Icorr = 10-5 µA/cm2)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Wijaya Santoso
"Penambahan filler ke dalam resin cat dapat meningkatkan ketahanan korosi suatu lapisan. Studi ini akan mengukur laju korosi pelapisan pada baja ST-37 menggunakan resin vinylester dan filler bentonite. Konsentrasi bentonite yang digunakan sebesar 2%, 3%, 4%, 5% wt dan metode dispersi dengan mechanical stirring pada kecepatan pengadukan 800rpm, 1100rpm, dan 1400rpm. Pelapisan dilakukan menggunakan paint applicator. Hasil pelapisan dikarakterisasi dengan uji sembur garam selama 72 jam, uji polarisasi, dan electrochemical impedance spectroscopy (EIS). Nilai rata-rata perubahan lebar goresan terkecil dari uji sembur garam adalah pelapisan pada konsentrasi bentonite 3% dan kecepatan pengadukan 1100rpm dengan rating number 9. Secara eksplisit pelapisan pada konsentrasi bentonite 2% dan kecepatan pengadukan 1100rpm memiliki corrosion rate terkecil dari uji polarisasi. Pemeringkatan lebih lanjut dari uji polarisasi antara masing-masing konsentrasi bentonite dan kecepatan pengadukan, didapatkan bahwa konsentrasi bentonite 3% dan kecepatan pengadukan 1100rpm adalah pasangan yang terbaik dengan corrosion rate 0.0033 mpy serta Rp 3580.9 kΩ. Pada kurva Nyquist terlihat adanya resistansi pelapisan Rct dari pelapisan vinylester - bentonite. Impedansi pelapisan dengan konsentrasi bentonite 3% dan kecepatan pengadukan 1100rpm lebih besar daripada impedansi pelapisan dengan konsentrasi bentonite 2% dan kecepatan pengadukan 1100rpm. Pelapisan pada konsentrasi bentonite 3% dan kecepatan pengadukan 1100rpm memiliki nilai resistansi pelapisan Rct 23.68 kΩ lebih besar daripada nilai resistansi pelapisan pada konsentrasi bentonite 2% dan kecepatan pengadukan 1100rpm Rct 4.99 kΩ.

Adding filler to paint resin can increase the corrosion resistance of a coating. This study will measure the corrosion rate of coating on ST-37 steel using vinylester resin and bentonite filler. The bentonite concentration used was 2%, 3%, 4%, 5% wt and the dispersion method used mechanical stirring at mixing speeds of 800rpm, 1100rpm, and 1400rpm. Coating is done using a paint applicator. The coating results were characterized by a salt spray test for 72 hours, polarization test, and electrochemical impedance spectroscopy (EIS). The smallest average value of creepage scratch width from the salt spray test was the coating at a bentonite concentration of 3% and a mixing speed of 1100rpm with a rating number of 9. Explicitly the coating at a bentonite concentration of 2% and a mixing speed of 1100rpm had the smallest corrosion rate from the polarization test. Further ranking of the polarization tests between each bentonite concentration and mixing speed, it was found that the bentonite concentration of 3% and the mixing speed of 1100rpm were the best match with a corrosion rate of 0.0033 mpy and Rp 3580.9 kΩ. The Nyquist curve shows the resistance of the Rct layer of the vinylester - bentonite layer. The impedance of the coating with a bentonite concentration of 3% and a mixing speed of 1100rpm is greater than the impedance of the coating with a bentonite concentration of 2% and a mixing speed of 1100rpm. Coating at a bentonite concentration of 3% and a mixing speed of 1100rpm has a coating resistance value Rct of 23,68 kΩ which is greater than the coating resistance value at a bentonite concentration of 2% and a mixing speed of 1100rpm Rct 4.99 kΩ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunik Supriyantini
"Proses pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi ringan seperti nafta, kerosin, dan lain-lain akan menghasilkan air limbah yang mengandung antara lain sulfur dan disebut sebagai sour water. Agar air limbah tersebut dapat disirkulasi sebagai air proses atau umpan bagi pengolahan limbah kilang maka dilakukan pengolahan awal dengan menggunakan sour water stripper sehingga kadar sulfur dan amonia serta minyak dari limbah menjadi berkurang. Akibat kecepatan korosinya yang tinggi, umur pakai stripper kurang dari yang diperkirakan. Oleh karena itu dilakukan studi untuk mempelajari korosi pada material stripper yaitu SA 516 dan SS 316L dengan menggunakan media sour water hasil pengilangan minyak. Pelaksanaan studi meliputi pengukuran kecepatan korosi material pada berbagai macam kondisi yaitu variasi kadar sulfida dan kadar natrium hidroksida, variasi suhu, variasi berbagai jenis inhibitor korosi dan gabungan pengaruh suhu dan inhibitor terhadap kecepatan korosi.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pH larutan sour water bukan merupakan parameter utama yang harus diperhatikan, tetapi kualitas umpan sour water secara keseluruhan dan kondisi operasi pada stripper. Pada kandungan sulfida yang besar dan suhu operasi yang tinggi, diperlukan penambahan inhibitor kedalam sour water supaya kecepatan korosi dapat terkontrol. Natrium hidroksida merupakan jenis inhibitor yang paling efektif dibandingkan dengan inhibitor lain yaitu Irgacor, NALCO, dan KN03: Dari kedua jenis logam yang digunakan, logam SS 316L mempunyai ketahanan korosi yang lebih tinggi dibanding logam SA 516."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Claudya Ruth Fransisca
"Paduan Aluminium Lithium ditargetkan menjadi advanced materials untuk industri dirgantara, karena memiliki densitas yang rendah, tahan korosi dan bersifat ringan. Paduan Aluminium lithium 2091 yang digunakan memiliki komposisi 94.87 wt% Al, 1.9 wt% Li dan 1.85 wt% Cu. Paduan ini digunakan sebagai material uji dan diberi heat treatment dan quenching dengan variasi waktu delay. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara delay quenching dengan sifat korosi aluminium lithium 2091. Aluminium lithium 2091 di solutionized pada temperatur 525°C selama 6 jam, lalu dilakukan proses quenching dengan media air pada temperatur ruang dengan variasi waktu delay mulai dari 0 detik, 30 detik, 60 detik dan 90 detik. Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction bertujuan untuk mempelajari fasa pada masing-masing sampel. Sedangkan pengujian korosi dilakukan dengan alat potensiostat dengan metode Linear Sweep Voltammetry (LSV) dan Cyclic Voltammetry (CV). Pengujian korosi menggunakan larutan bioethanol dengan variasi temperatur. Hasilnya sampel tanpa delay quenching memiliki laju korosi paling kecil, yaitu sebesar 0.0465 mm/year. Sedangkan hasil pengujian Cyclic Voltammetry ialah dapat diketahui reaksi yang terjadi adalah reaksi irreversible, dibuktikan dengan selisih potensial yang menunjukkan nilai ≠ 0.0183 V (T = 5℃), ≠ 0.0197 V (T = 25℃) dan ≠ 0.0209 V (T = 43℃).

Aluminum Lithium is targeted to be advanced materials for the aerospace industry, because it has a low density, good corrosion resistance and lightweight. Aluminum lithium 2091 has a composition of 94.87 wt% Al, 1.9 wt% Li and 1.85 wt% Cu. This alloy has been subjected to heat treatment and quenching with variations delay time. This study aims to find the relationship between delay quenching with the corrosion properties of aluminum lithium 2091. Aluminum lithium 2091 had solutionized at 525 °C for 6 hours and then have been quenched in water at room temperature with variations of delay time starting from 0 seconds, 30 seconds, 60 seconds and 90 seconds. Characterization using X-Ray Diffraction aims to study the phase in each sample. Meanwhile, corrosion testing was carried out using a potentiostat using the Linear Sweep Voltammetry (LSV) and Cyclic Voltammetry (CV) methods. Corrosion testing using bioethanol solution with temperature variations. The result show aluminium lithium 2091 without delay quenching has the lowest corrosion rate, which is 0.0465 mm/year. While the results of the Cyclic Voltammetry test are that it can be seen that the reaction that occurs is an irreversible reaction, as evidenced by the potential difference which shows the values of ΔE ≠ 0.0183 V (T = 5 ℃), ΔE ≠ 0.0197 V (T = 25 ℃) and ΔE ≠ 0.0209 V (T = 43 ℃).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trecy Kartika
"Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari laju korosi pada mild steel ST41 didalam larutan 0,5 M HCl dengan pemberian ekstrak buah Melastoma malabathricum L sebagai green corrosion inhibitor dengan variasi konsentrasi 0, 1000, 2000, 5000, dan 8000 ppm. Metode weight loss, polarisasi dan EIS (Electrochemical Impedance Spectroscopy) digunakan untuk mengukur laju korosi dan efisiensi inhibisi ekstrak Melastoma malabathricum L ini. Dari pengujian dengan infra merah (FTIR) dan scanning electron microscopy (SEM) terhadap sampel baja yang direndam didalam ekstrak melastoma malabathricum, diketahui bahwa lapisan inhibisi terbentuk pada permukaan sampel baja.
Dari hasil pengujian polarisasi diketahui bahwa ekstrak melastoma malabathricum bersifat mixed-type inhibitor. Berdasarkan hasil dari weight loss, polarisasi, dan EIS, kemampuan inhibisi ekstrak buah melastoma malabathricum pada baja karbon dalam lingkungan 0,5 M HCl mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan menurunnya laju korosi, namun penurunan laju korosi dan efisiensi semakin berkurang dengan bertambahnya konsentrasi tertentu inhibitor. Efisiensi inhibisi terbaik adalah 88,071% pada 8000 ppm.

This work was carried out to study the corrosion rate of mild steel ST41 in 0.5 M HCl solution using Melastoma malabathricum L fruit extract as green corrosion inhibitor at various extract concentrations of 0, 1000, 2000, 5000, and 8000 ppm. Weight loss, polarization and electrochemical impedance spectroscopy (EIS) were used to measure the corrosion rate and inhibition efficiency of this Melastoma malabathricum extract. The results from Fourier transform infra red (FTIR) and scanning electron microscopy (SEM) of steel samples immersed in the extract of melastoma malabathricum showed that an inhibitory layer was formed on the surface of the steel sample. The results of the polarization test revealed that the extract of melastoma malabathricum is a mixed-type inhibitor. Based on the results of weight loss, polarization, and EIS, the inhibitory ability of melastoma malabathricum fruit extract on medium carbon steel in an environment of 0.5 M HCl has increased as indicated by a decrease in the corrosion rate, but the decrease in the corrosion rate and the efficiency is reduced with the increase in certain inhibitor concentrations.The best inhibition efficiency was 88.071% at 8000 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Riastuti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rofi Alfarabi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara bakteri aerob yang digunakan pada instalasi pengolahan air limbah industri terhadap laju korosi baja rendah karbon jenis SA283 Grade C dengan variabel waktu, ketersediaan oksigen dan nutrien. Media lingkungan yang dipakai adalah air limbah yang telah berisi bakteri aerob yang berasal dari bak aerasi instalasi pengolahan air limbah. Penelitian dilakukan dengan 3 kondisi berbeda yakni tanpa penambahan gelembung dan nutrient, hanya penambahan gelembung, dan ada penambahan gelembung dan nutrien. Pengujian dilakukan selama 3,6,9,12, dan 15 hari. Selain itu dilakukan pengujian dengan variabel tambahan nutrien dengan rasio 1:10,1:20,1:30,1:40, dan 1:50 dengan 15 hari pengujian.
Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh bakteri aerob terhadap laju korosi yang terjadi dan mengakibatkan adanya fenomena korosi mikrobiologi. Laju korosi terbesar terjadi pada 3 hari pertama pengujian dan dalam kondisi adanya penambahan gelembung dan nutrien hingga mencapai 110 mpy. Sedangkan komposisi penambahan nutrient 1:10 memiliki laju korosi 14 mpy. Jumlah koloni bakteri terbesar terjadi pada 3 hari pertama pada kondisi ada penambahan gelembung dan nutrien hingga memiliki jumlah koloni sebanyak 1300 x 104 koloni. Nilai pH selama pengujian bergerak turun, hal ini membuktikan adanya aktifitas bakteri aerob yang menghasilkan kandungan asam pada media uji. Berdasarkan analisis permukaan spesimen kupon dapat ditunjukkan adanya korosi seragam yang ditandai dengan adanya tubercle akibat aktifitas bakteri aerob.

This study has purpose to determine the correlation between aerobic bacteria which used in the industrial wastewater treatment plant to corrosion rate of SA283 Grade C low carbon steel with time variable, oxygen and nutrient availability. Environmental media used wastewater from aeration basin which has contained aerobic. The study was conducted with 3 different conditions are without the addition of bubbles and nutrients, only the addition of bubbles, and addition of bubbles and nutrients. The tests were conducted for 3,6,9,12, and 15 days. In addition, testing with additional nutrient variables with ratio of 1 10,1 20,1 30,1 40, and 1 50 with 15 days of testing.
The results of this study proved the effect of aerobic bacteria on corrosion rate that occurred and resulted in the phenomenon of microbiological corrosion. The largest corrosion rate occurred in the first 3 days of testing in condition presence of bubbles and nutrients up to 110 mpy. While the composition of 1 10 nutrient addition has a corrosion rate of 14 mpy. The largest number of bacterial colonies occurred in the first 3 days under the condition of adding bubbles and nutrients to have the number of colonies as much as 1300 x 104 colonies. The pH value during the test moves down, this condition proves that the presence of aerobic bacteria activity can produces acid content on the test medium. Based on the analysis of surface sample there is can be shown the existence of uniform corrosion characterized by the presence of tubercle due to the activity of aerobic bacteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>