Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Redjeki Setyawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Saat ini telah banyak dikembangkan proses eliminasi Sox. Salah satu diantaranya adalah dengan sistem adsorpsi menggunakan tembaga oksida (CuO). Untuk mempertemukan SOx sebanyak mungkin dengan CuO maka luas kontak antar sesamanya perlu diperluas, sehlngga CuO perlu didispersikan pada suatu penyangga yang mempunyai luas permukaan cukup luas.
Pada penulisan ini, CuO didispersikan pada zeolit alam dari Lampung. Metode yang digunakan adalah pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan H-zeolit alam sebagai senyawa perantara. Pada prosesnya, kation H+ yang terikat pada struktur zeolit alam diharapkan bertukar dengan senyawa CuO yang berasal dari reaksi Cu(NO3)2 + NH3 pekat. Kondisi larutan yang terbentuk dibuat dalam suasana basa dengan larutan Ammonium Hidroksida (pH 9). Setelah proses-proses lanjutan seperti pengeringan pada T=110°C dan kalsinasi pada T=550°C, diharapkan CuO akan terbentuk pada permukaan zeolit alam. Untuk mengetahuinya maka dilakukan karakterisasi dengan menggunakan peralatan FTIR, XRD, AAS dan BET.
Dari hasil analisis FTIR peak ion NO3 dan senyawa CuO tidak terlihat, sedangkan dengan menggunakan XRD diperlihatkan bahwa pada sampel terbentuk peak CuO yaitu pada sudut difraksi (2φ) sekitar 35º, 38º, dan 48º. Karakterisasi dengan AAs memberikan hasi loading yang sebenarnya terbentuk dalam CuO/Zeolit alam. Sementara luas permukaan adsorben didapat lebih besar dari luas permukaan CuO murni dan zeolit alam. Analisis dispersi dilakukan dengan adsorpsi isotermik pada T=350ºC dan hasil terbaik mencapai 81,61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roekmijati Widaningroem Soemantojo
"Zeolit alam adalah mineral yang memiliki sifat khas dan struktur rongga yang teratur dalam ukuran tertentu, sehingga berpotensi sebagai adsorben limbah amonia. Kapasitas adsorpsi dan selektivitgasnya dapat ditingkatkan degnan modifikasi zeolit alam melalui proses pertukaran ion menjadi H-Zeolit yang memiliki inti aktif H.
Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berada dari Lampung yang mengandung klinoptilolit sekitar 75%. kapasitas adsi=orpsi Zeolit alam Lampung (ZAL) diperbandingkan dengan tiga jenis H-Zeolit yang dihasilkan dari proses pertukaran ion antara ZAL dengan NH4NO3 dan (NH4) SO4 dan kemudian dikalsinasi pada suhu 550 C. Adsorpsi dilakukan secara batch pada suhu dan tekanan kamar dengan variasi waktu dan konsentrasi awal amonia. Dilakukan pula percobaan regenarasi terhadap zeolit yang telah jenuh dengan NH3, dengan jalan pemanasan pada suhu 550 C selama 1 jam dan selamanya digunakan kembali untuk adsorpsi. Sebagai tahap awal adsorpsi regenerasi dilakukan sebanyak dua setengah siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi kapasistas adsorpsi dalam pemakaian siklus adsorpsi regenerasi, H-zeolit lebih baik dari pada zeolit alam setelah regeneraasai zeolit alam mengamalami penurunan kapasista adsorps yang cukup besar. Secara umum H Zeolit yang diperoleh dari aktivasi dengan amonium nitrat merupakan zeolit yang paling baik jika digunakan sebagai adsorben amonia. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut menggunakan air limbah atau limbah tiruan untuk mengetahui kapasitas adsorpsi maupun selektivitasnya dengan siklus adsorpsi yang lebih panjang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
JUTE-XII-1-Mar1998-45
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pathul Djannah
"Zeolit alam yang merupakan mineral aluminosilikar yang terhidrasi yang mengandung kationalkalidanataualkali tanah yang dapat dipertukarkan dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, adsorben dan katalisator. Namun kemampuan ini belum memberikan basil yang optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivasi terhadap zeolit baik dengan memberikan perlakuan panas atau secara untuk meningkalkan kemampuan zeolit.
Untuk mengetahui sejauh mana ketahanan zeolit alam terhadap panas maka dilakukan pemanasan terhadap Zeolit Alam Lampung (ZAL) dan Zeolit Alam Jawa Barat (ZAB). ZAB lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan ZAL. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi jenis zeolit dalam struktur. ZAB yang didominasi oleh mordenit lebih tahan terhadap panas daripada ldinoptilolit yang mendominasi ZAL. Pada pemanasan 150°C - 400°C belum terjadi kerusakan struktur sedangkan pada 600°C terjadi kenaikan sebagian struktur zeolit (moderare disordered). Dan pada suhu 800°C terjadi kerusakan yang Iebih parah (highb: disordered), namun belum merusakkan struktur zeolit secara keseluruhan.
Sintesa H-zeolit dilakukan dengan cara pemanasan I50°C terhadap ZAL kemudian dilakukan pertukaran ion dengan menggunakan larutan CH3C00NI-14 dan NI-LOH. Tujuan pemanasan ZAL 150°C d dapat menguapkan air dan zat-zat impurities lainnya dari rongga zeolit séhingga kapasitas pertukaran ion dapat meningkatkan pertukaran ion pada variasi konsentrasi dengan larutan CH3C0ONH4, mempunyai konsentxasi optimum 0,7 M sodangkan dengan larut/an NTLOH adalah 1,5 M. Pada variasi waktu pertukman ion dengan Iarutan CH3CO0NH4 maupun NH4OH 0,7 M mencapai waktu optimum pertukaran ion selama 4 jam sedangkan dengan larutan CH3C0ONH4 maupun NH4OH 0,3 M mencapai waktu optimum selama 65 menit.
Dari perbandingan kapasitas pertukaran ion yang diperoleh, pertukamn ion dengan larutan CH3COONH4 mempunyai Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang Iebih besar dibandingkan dengan larutan NH 4OH. Pada variasi perbandingan berat zeolit terhadap volume penukar ion, larutan yang lebih encer (1 gr : 30 ml) mempunyai KTK yang lebih besar daripada penggunaan larutan dengan perbandingan 1 : 10 dan 1 : 20."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuklindana Darma Kusumah
"Limbah cair laboratorium terdiri dari limbah pekat dan limbah encer. Air buangan yang keluar melalui saluran pembuangan akhir merupakan saiah satu bentuk Iimbah encer yang dihasilkan oleh lab.DPK Walaupun konsentrasinya kecil tetapi karena adanya fluktuasi konsentrasi, maka kemungkinan konsentrasi logam berat dapat melampaui baku mutu pada air buangan Lab.DPK, sehingga perlu dipikirkan altematif penanganannya.
Air buangan Lab-DPK ditampung dari hasil cucian alat selama praktikum Kimia Dasar. Untuk mengamisipasi flukluasi konsentrasi logam berat, maka dalam melakukan peniiekatan terhadap konsentrasi air buangan Lab.DPK, dilakukan pula pengenceran terhadap limbah pekat Lab.DPK. Pengenceran didasarkan pada komposisi volume limbah cair Lab.DPK yang telah disegregasi. Air buangan Lab.DPK dan hasil pengenceran dianalisa kandungan logam beratnya. Ternyata pada beberapa sampel konsentrasi Cu dan Fe masih di aras baku mutu.
Air cucian alat Lab.DPK masuk ke dalam kolom adsorpsi dengan laju aiiran dari bawah keatas dengan kecepatan 0,1834 L/menit. Adsorpsi dilakukan selama 90 menit. Dengan wakm pengambilan sampel pada menit ke-5,l5,30,60 dan 90. Limbah cair hasil pengenceran masuk ke dalam kolom adsorpsi dengan laju aliran dari bawah keatas dengan kecepatan 0,1834 L/mcnit. Adsorpsi berlangsung seiama 240 menit. Dengan pengambilan sampel etiuent pada menit ke 2,5;1S;30;60;l20 dan 240.
Untuk mengadsorpsi logam berat secara batch, maka diiakukan perendaman zeolit dalam Iarutan biner Fe dan Cu, dengan konsentrasi sesuai dengan pengenceran limbah pckat pada berbagai variasi rasio padatan dengan cairan, yakni :3 ml../g, 5 mL/g, 10 mL/g dan 25 mL/g. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara mengambil larutan sebanyak 10 mL masing-masing pada periode waklu 10, 30, 60 dan 120 menit. Pada adsorpsi kontinu maupun batch dilakukan regenerasi dengan NaCl secara batch. Rasio cairan dan padatan (C/P) 6,5 mL/g dengan konsentrasi NaCl 11 g/L. Suhu regenerasi pada penelitian ini adalah 25° C (suhu kamar).
Pada adsorpsi kontinu, rentang waktu adsorpsi yang efektifnya sangat pendek sekitar 2,5- 77 menit, sehingga tidak efisien jika diterapkan. Sedangkan pada adsorpsi batch, waktu adsorpsi yang optimum adalah 60 menit dengan rasio cairan cairan-padaian (C/P) 5 mL/g. Adsorpsi batch menunjukkan kinerja yang Iebih baik dalam mengadsorpsi Cu dan Fc daripadu ndsorpsi konlinu pada konsenuasi influen yang beragam. Baik pada adsorpsi kontinu dan batch siklus adsorpsi yang efektif adalah sebanyak 1 % siklus (2 kali adsorpsi dan I kali regenerasi). Untuk diterapkan dalam penanganan Iogam beral pada Lab.DPK, penerapan sistem adsorpsi-regenermi kurang efisien karena ada potensi masalah dalam pembuangan regeneén NaCl hasil adsorpsi, yang memiliki bcban limbah yang cukup signifikan.
Jika sistem adsorpsi-regenerasi ingin diterapkan maka sehelum masuk ke dalam aliran yang menuju unggun zcolit, sebaiknya adsorbat melewati suatu bak pengendapan. Hal ini karena pada air buangan Lab.DPK yang keluar dari saluran pembuangan maslh keruh, sehingga dengan adanya bak pengendapan, TDS (Toral Dissolved Solid) dapat diendapkan.
Untuk mengatasi kandungan logam berat dalam air buangan Lab.DPK, yang kebanyakan berasal dari air cucian, harus dilakukan segregasi yang baik. Artinya limbah pekat hasil praktikum hams dipisahkan secara ketat yang nantinya akan dilakukan pengolahan lebih lanjut. Dan dalam pencucian alat hams dikontrol, sehingga tidak terdapat lagi limbah pekat yang dibuang Iangsung ke saluran pembuangan akhir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Yoediartiny
"Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam zeolite. Sedikitnya telah ditemukan 18 lokasi kandungan zeolite galian industry, sementara diperkirakan masih terdapat 19 lokasi lainnya di wilayah Indonesia yang juga mengandung zeolite (LIPI, 1994). Zeolite alam Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan komersial. Padahal harganya jauh lebih murah daripada zeolite sintetis, dan sifat-sifat dasarnya dengan seolit sintetis komersial, misalnya kemapuan zeolite alam dalam menyeleksi gas polar seperti H2O, CO2, dan H2S. tetapi, kemampuan dan kapasitas zeolite alam dalam mengadsporsi gas polar tersebut perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan kapasitas adsorpsinya, diperluas tempat terjadinya adsorpsi pada zeolite alam, salah satunya dengan memodifikasi zeolite alam secara kimiawi.
Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi zeolite alam Malamng (ZAM) dan Lampung (ZAL) secara kimiawi dengan pertukaran kation. Pertukaran kation berlangsung dengan merefluks campuran serbuk zeolite dengan larutan NaCl dan CaCl2, masing-masing berkonsentrasi 3 M, pada temperature konstan 100℃, selama 4 jam. Proses refluks diulang-ulang hingga diperleh sampel zeolite alam termodifikasi 1, 2, 3, 4, dan 5 x 4 jam. ZAL mewakili jenis klinoptilolit sedangakan ZAM jenis mordenit.
Selanjutnya sampel ZAL dan ZAM termodifikasi dikarakterisasi komposisi kimia dan luas permukaannya. Karakterisasi komposisi kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia zeolite alam tersebut setelah mengalami pertukaran kation dengan Na+ dan Ca2+. Karakterisasi luas permukaan untuk mengetahui pengaruh frekuensi (total waktu) refluks dan perubahan kandungan kation pemakar (Na+ dan Ca+) terhadap luas permukaan total (BET area) ZAL dan ZAM. Karakterisasi yang sama juga dilakukan terhadap ZAL dan ZAM mentah (raw material) serta zeolite sintesis (ZS/Mol. Sleve milik PT. Arum Co. NCL), sebagai perbandingan.
Hasil karakterisasi luas permukaan menunjukkan bahwa, ZAL dan ZAM mentah sudah memiliki luas permukaan total (BET area) yang lebih besar dari ZS. Namun dengan modifikasi yang dilakukan dapat meningkatkan luas permukaan totalnya. ZAL dengan luas permukaan total tertinggi diperoleh setelah refluks dengan CaCl2 3M selama 1x4 jam, yaitu sebesar 50.369 m2/g, dan ZAM setelah refluks dengan NaCl 3 M 30.162 m2/g. sementara hasil karakterisasi komposisi kimia menunjukkan, kandungan Ca untuk ZAL dengan BET area tertinggi adalah 4% (5 berat CaO), dan kandungan Na untuk ZAM dengan BET area tertinggi adalah 4% (% berat Na2O). sedangkan ZS komposisi kimianya didominasi oleh Na (9.5% berat Na2O).
Berdasarkan hasil karakterisasi tersebut, disimpulkan bahwa ZAL dan ZAM termodifikasi memiliki peluang yang besar untuk menggantikan penggunakan ZS, yang sehari-hari digunakan sebagai adsorban H2O pada proses separasi gas alam. Untuk mengetahui kemampuan ZAL dan ZAM termodifikasi dalam adsorpsi skala laboratorium. Juga disarankan suatu uji karakterisasi yang dapat mengetahui interaksi antara kation-kation penukar (Na+ dan Ca2+) dengan molekul-molekul adsorbat (H2O)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suparno
"Penelitian ini membahas tentang proses degradasi zat warna tipe indigosol (bejana larut) menggunakan katalis Zeolit teraktivasi. Zeolit yang dipergunakan jenis Modernite dengan ukuran 3 ? 5 mm Preparasi katalis Zeolit dengan sonikasi, menambahkan asam, merefluks, memanaskan dalam oven pada suhu 1500C selama 2 jam.Variasi massa zeolit 1, 2 dan 4 gram dilakukan untuk optimasi massa dalam degradasi Indigosol violet pada berbagai konsentrasi (100, 200, 500 dan 1000 ppm) menggunakan ozon dalam waktu 30 menit, 60 menit dan 120 menit. Degradasi yang optimal sebanyak 95,46% pada massa zeolit 4 gram dengan ozonasi selama 2 jam atau 1,73 kali jika dibandingkan ozonisasi tanpa zeolit. Pengukuran COD dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan untuk menentukan penurunan COD. Besarnya penurunan COD adalah 75,24%.

This study discusses the type of dye degradation process indigosol (vessel soluble) using activated Zeolite catalysts. Zeolite used type Modernite with size 3- 5 mm. Zeolite catalyst preparation by sonication, add acid, refluxing, heating in an oven at a temperature of 150 0C for 2 hour.Variasi zeolite mass 1, 2 and 4 grams performed to optimize the mass in indigosol violet degradation in various concentrations (100, 200, 500 and 1000 ppm) using ozone in 30 minutes, 60 minutes and 120 minutes. Optimal degradation as much as 95.46% on the mass of zeolite 4 grams with ozonasi for 2 hours or 1.73 times when compared to ozonation without zeolite. COD measurements conducted before treatment and after treatment to determine the COD reduction. The amount of COD reduction was 75.24%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S29698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Tolhas P.
"ABSTRAK
Pcnggunaan zcolit alam di Indonesia scbagai bahan baku mcmiliki potcnsi bcsar untuk dikcmbangkan dalam dunia industri maupun perta.nian.Dimana, zeolit di alam terdapat di sekilar gunung berapi.Jcnis zeolil aiam sangai dipengnruhi oleh lingklmgan lokal scpcni lcmpcralur, tckanan uap air dan komposisi air tanah lokasi.Sehingga zeolil nlam pads umumnya hcnnutu rcndah.
Pada pcnclilian ini, zeolit yang memiliki bentuk pori tetrahedral dan kandungan unsur Si dan Al scbagai umsur dominan.S<:rbuk zeolit di rej7uk.s(cuci) pada tcrnpcratur 200°C lalu dikcringkan pada tcmperalur ll0°C sclama 3 jam.Kemudian dikompaksi dcngan tukanan 45.000 N.K.cmudian disinlcr padda tcmpcratur BUOUC dcngan wakhl sinlcr 60 menil, 70 mcnii dan 80 mcnil.
Hasil pcnclilian mcnunjukan zeoil lampung mcmiiiki komposisi rasio rata-rata Si/Al 5,485 dan rnemiliki profil zcolit dominan jenis klinoptilolil dengan fraksi bcrat sebesa: 83,34 % sedang jenis mordcnit sebesar l5,66%.80 menit 46_67%.Pcngaruh waktu sinler terhadap kekerasan (VI-TN) zcolit pada 60 meniI.,70 dau 80 menil bertumt-
turut adalah 125,320 kg/mmz; 130,518 kg,/mm? dan 133,417 kg/mmz.

"
2001
S41394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>