Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Artha Paramita Prima Ardiyanti
"Skripsi ini membahas gambaran neraka di dalam drama Huis Clos karya Jean-Paul Sartre. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penjabaran secara deskriptif. Hasil penelitian memberikan gambaran neraka yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari melalui unsur-unsur sederhana yang kerap dialami oleh manusia. Gambaran neraka dapat ditemukan dan kemudian dilihat dari orang lain yang menyebabkan rasa ketidaknyamanan, hilangnya kebebasan, tatapan, komentar, dan pendapat. Unsur-unsur tersebut membangun gambaran bahwa orang lain dapat menimbulkan siksaan psikologis dan konflik yang kerap dialami oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

This thesis discusses the picture of hell in the drama Huis Clos by Jean-paul Sartre. This study is a qualitative study with descriptive elaboration. The results gives picture of hell that can be found in everyday life through the simple elements that are often experienced by humans. Picture of hell can be found and then viewed from another person that causes discomfort, lost of freedom, stares, comments, and opinieons. These elements build up a picture that someone else can lead to psychological and conflict that are often experienced by human in everyday life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S539
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Endang Tatiana K.
"Huis Clos adalah salah satu karya Jean-Paul Sartre yang bertutur tentang hubungan antarmanusia (dalam lakon diwujudkan dengan hubungan antartokoh). Hubungan antar manusia tersebut merupakan bagian dari flsafat. Sartre yang paling banyak dibicarakan sehingga masalah ini menarik untuk diteliti Iobih lanjut.
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan antartokoh dalam lakon Huis Clos karya Jean-Paul Sartre. Metode yang dipakai adalah metode struktural, sedangkan teori yang digunakan adalah teori drama dalam buku Lire le Theatre karya Anne Ubersfeld mengenai alur, pengaluran, tokoh dengan himpunan ciri pembedanya, tokoh sebagai pengujar, latar ruang dan latar waktu. Sebagai pelengkap, digunakan teori proses komunikasi menurut Schmitt dan Viala dalam buku Savoir Lire.
Langkah pertama pembahasan adalah analisis alur yang dilakukan dengan menggunakan skema aktan. Hasil analisis rnenunjukkan bahwa hubungan antartokoh dalam lakon ini adalah hubungan subyek-obyek. Kemudian dari analisis pengaluran yang dilakukan berdasarkan babak dan adegan terlihat bahwa konflik hubungan antartokoh muncul pada adegan kelima dan bahwa konflik tersebut tidak akan pernah berakhir.
Langkah selanjutnya adaiah analisis tokoh. Dari analisis tokoh dengan ciri pembedanya terlihat bahwa ciri-ciri mental para tokoh menjadi dasar terbentuknya hubungan antartokoh, sedangkan dari analisis tokoh sebagai pengujar terlihat usaha para tokoh untuk menjadikan tokoh lain sebagai obyek meialui dialog di antara mereka.
Langkah terakhir pembahasan adalah analisis latar ruang dan waktu. Hasil analisis memperlihatkan bahwa unsur ruang dan waktu membuat para tokoh terperangkap selama-lamanya dalam hubungan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fathia Rahma Fauzia
"Skripsi ini membahas tentang kebebasan bertindak tokoh Oreste dalam drama Les .douches karya Jean-Paul Sartre. Sartre terkenal akan pemikirannya mengenai eksistensi manusia yang mendahului esensinya. Penelitian ini melihat pemikiran Sartre mengenai eksistensi, esensi, dan kebebasan manusia yang disampaikan mclalui tindakan-tindakan para tokoh. 1 lasil penelitian menunjukkan bahwa Sartre menggunakan tokoh-tokoh dalam drama ini untuk menyampaikan heberapa pemikirannya. Melalui tokoh Oreste, Sartre menyampaikan pemikirannya mengenai eire pour-soi, kebebasan, pilihan. dan tanggung jaw ah manusia. Oreste adalah manusia yang menyadari bahwa dirinya memiliki kebebasan dalam bertindak dan membangun sendiri esensinya.

This thesis discusses the freedom of Oreste, the main character of Les ILlouches a drama written by Jean-Paul Sartre. Sartre is famous for his thoughts about human existence that precedes his essence. This study observes Sartre's thinking thought on the existence, essence, and the freedom of man by the actions of the characters. The results showed that Sartre uses the characters in this drama to convey his thoughts. Through the character of Oreste, Sartre conveys his thoughts on being_for-itself. freedom, choice and human responsibility. Oreste is a man who realizes that he has the freedom to act and builds his own essence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasuhuk, Tonny
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T5972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Maghfira Ramadhani
"W-Two Worlds merupakan drama Korea yang bercerita mengenai webtoon yang ada di  Korea Selatan, tokoh utamanya melakukan pencarian jati diri dan perlawanan atas takdir yang ada di dalam kehidupannya. Oleh karena itu, penulis menganalisis unsur eksistensialisme untuk memahami tokoh Kang Chul pada drama W - Two Worlds. Kang Chul yang memiliki konflik diri dan krisis identitas akibat kehilangan keluarganya menjadi faktor utama bagaimana eksistensialisme ada. Dengan metode kualitatif, penulis menyelami masalah terkait dengan menonton drama beberapa kali dan mengambil adegan terkait. Kemudian adegan yang telah dipilih oleh penulis dianalisis keterkaitannya dengan eksistensialisme dari sudut pandang beberapa tokoh eksistensialisme. Tindakan tokoh Kang Chul yang merepresentasikan suatu bentuk eksistensialisme diperlihatkan secara eksplisit melalui beberapa dialog dan adegan yang ada di dalamnya. Tindakannya dalam menentang maut yang diberikan oleh penciptanya sebagai bentuk upaya melawan takdir telah mengubah eksistensinya dari wujud être en soi menjadi wujud yang être pour soi. Upaya dari perlawanan Kang Chul atas takdirnya merupakan negasi yang ada pada wujud awalnya,  être en soi. Kang Chul yang menjalani kehidupannya sebagai makhluk être pour soi memiliki kehidupan yang dinamis dan berubah-ubah layaknya seorang manusia yang nyata wujudnya. Sebagai seorang tokoh utama dari sebuah kartun, Kang Chul berbeda dari tokoh kartun pada umumnya yakni memiliki tindakan eksistensialisme dalam menjalani kehidupannya.

W-Two Worlds is a Korean drama that tells the story of a webtoon in South Korea, the main character doing a search for identity and resistance to the destiny in his life. Therefore, the authors analyze the element of existentialism to understand the character of Kang Chul in the drama W-Two Worlds. Kang Chul who has a self-conflict and identity crisis due to the loss of his family is a major factor in how existentialism exists. With qualitative methods, the writer will explore the problems associated with watching the drama several times and taking related scenes. Then the scene chosen by the author is analyzed in relation to existentialism from the point of view of some existentialism figures. Kang Chul actions that represent a form of existentialism are shown explicitly through several dialogues and scenes in it. His actions in opposing death given by his creator as an effort to fight destiny have changed their existence from the form of être en soi to the form that is être pour soi. The effort of Kang Chul is opposition to his destiny is a negation that was in its original form, être en soi. Kang Chul who lives his life as a creature être pour soi has a dynamic and changing life like a real human being. As a main character of a cartoon, Kang Chul is different from the general cartoon character who has an existentialism in living his life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Petsy Jessy Ismoyo
"Skripsi ini membahas mengenai kebebasan dalam roman L'Âge de Raison karya Jean-Paul Sartre. Skripsi ini menggunakan analisis struktural. Sartre terkenal dengan pemikirannya mengenai kebebasan eksistensial. Penelitian ini melihat pemikiran Sartre mengenai kebebasan yang berkaitan dengan eksistensi, la mauvaise foi dan otentisitas manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sartre menyampaikan pemikirannya melalui seluruh aspek naratif dalam roman ini. Melalui seluruh aspek naratif, Sartre menyampaikan pemikirannya yang menyatakan bahwa manusia dikutuk untuk bebas, eksistensi manusia mendahului esensinya, adanya keberadaan orang lain dan tanggung jawab manusia dalam setiap pilihannya.

This thesis discusses about the freedom from the novel The Age of Reason by Jean-Paul Sartre using structural analysis. Sartre is famous by his thoughts about the existential freedom. This thesis consists of Sartre's existensialism which relates to the existence, the bad faith, and the authenticity. The result showed that Sartre delivers his thoughts through all aspects of the narrative in this novel. Through all aspects of the narrative, Sartre conveys his thoughts that man is condemned to be free, human existence that precedes his essence, the existence of Others, and the responsibility of man in every choice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42847
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kais Abdullah Faqih
"ABSTRAK
Pemahaman atas dimensi transendensi yang diartikan sebagai suatu relasi vertikal dari manusia terhadap Tuhan, telah menghilangkan makna subjektivitas dari diri manusia. Kesadaran dan kebebasan tidak dipandang serius sebagai bagian dalam eksistensi manusia di dunia. Skripsi ini merupakan sebuah telaah kritis terhadap gagasan atas dimensi transendensi yang syarat dengan aspek Teologi. Melalui Jean Paul Sartre, pemahaman atas dimensi transendensi manusia akan dikembalikan kepada manusia dalam usahanya untuk melampaui pengalaman empiris sebagai subjek yang otonom. Konsep transendensi manusia kemudian akan dipahami dari perspektif subjek itu sendiri dengan kemampuannya untuk melampaui pengalaman aktual lewat kesadaran yang bertransendensi.

ABSTRACT
An understanding of the human transcendence dimension which is defined as a vertical relations from man to God, it has eliminated the meaning of subjectivity from the man itself. Consciousness and freedom is not taken seriously as a part of human existence in the world. This thesis is a critical analyzes from the idea of human transcendence dimension in terms of the theological aspects. Through Jean Paul Sartre, the understanding of human transcendence dimension will be returned to man with his effort to transcend the empirical experience as the autonomous subject. The concept of human transcendence then will be conceived from perspective of the subject itself with its ability to surpass his actual experience through the transcendence of consciousness.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Natsir Afandi
"Karya tulis ilmiah ini akan menelaah suatu masalah pokok, yaitu mengenai Kebebasan Menuru Jean Paul Sar_tre dalam 'Ada dan Ketiadaan'. Sartre, lahir di Paris tanggal 21 Juni 1905 dan meningrgal 15 April 1980. Banyak menulis karya-karyanya di bidang filsafat, prose-fiksi, drama dan lainnya. Sartre mendasari filsafatnya dengan bertumpu pada ontologi. Ia mengemukakan masalah ada, yakni : (1) L'etre en-soi (Ada-pada-dirinya), (2) L'erte pour-soi (Ada-untuk-dirinya), dan (3) L'etre pour-les autres (Ada-untuk-orang lain) beserta sifat-sifatnya. Kebebasan merupakan sifat dari "etre pour-soi" yang tidak dapat dilepaskan sifat lainnya, yakni, kesadaran, kebelumselesaian dirinya. Maka, "Kebebasan sebagai Ada dan Ketiadaan" harus dipahami sebagai berikut ini. "Ada" sebagai pour-soi (untuk dirinya) adalah dihukum untuk bebas. "Ada" ini mampu "berbuat" baik secara "meniada" maupun untuk "mengadakan".
Dengan melalui kemampuan menentukan pilihan/tujuan di pikiran, motif, motivasinya, kehendak dan tindakannya guna mewujudkan tujuan objektifnya. Berarti melalui kebebasannya manusia mempunyai kesanggupan untuk menyadari dirinya yang bebas itu memang _ada_ sekaligus mampu memahami fenomena-fenomena dirinya. Maka dari itu dirinya dipahami sebagai ada dan tiada, mampu "membuat" dirinya, dengan membuat dari yang tiada menjadi ada (mampu mewujudkan apa yang di alam pikirannya menjadi kenyataan). Lagi pula Sartre juga mengulas kebebasan dalam hubungannya dengan situasi, faktisitas, serta tanggung jawabnya. Begitu juga kebebasan erat kaitannya dengan pembuatan nilai-nilai yang dilakukan oleh dirinya. Demikianlah menurut Sartre.
Penulis memilih judul Skripsi tersebut, guna mengetahui arti suatu kebebasan. Dan tentunya kita ingin mengetahui pengaruh kebebasan terhadap suatu masyarakat khususnya terhadap kreativitas atau dinamikanya. Maka, tidak heran jika diperlukan pula adanya evaluasi atau pun pembahasan mengenai relevansinya. Namun, guna mengetahui isi tulisan tersebut yang lebih luas sebaiknya dibaca dalam bab-bab selanjutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldair Zerista Hutama
"Dalam eksistensialisme Sartre, rasa takut kurang mendapat penjelasan yang mendalam, sehingga sulit untuk dapat melihat pengaruhnya dalam eksistensi seorang subjek. Rasa takut sesungguhnya adalah salah satu rasa mendasar yang dimiliki oleh manusia. Rasa takut sudah terstruktur di dalam diri seorang manusia. Ia mempengaruhi hal-hal yang dilakukan oleh subjek bahkan sejak subjek masih dalam tahap kesadaran pra-reflektif. Rasa muak akan membawa subjek menyadari bahwa sesungguhnya ia memiliki kebebasan dan dapat menentukan eksistensi dirinya sendiri. Dari sana, kesadaran pra-reflektif berubah menjadi kesadaran reflektif. Kebebasan adalah kutukan karena ia selalu diiringi dengan tanggung jawab yang berat padahal tidak pernah ada kepastian akan hasil yang nantinya didapat. Hal itulah yang membuat manusia mengalami rasa cemas. Rasa cemas ini kemudian membawa manusia melihat konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari pilihan yang ada bagi si subjek. Disinilah kemudian rasa takut mempengaruhi subjek dalam mengambil pilihan eksistensialisnya. Apakah subjek akan memilih pilihan yang aman baginya, ataukah ia berani melawan ketakutannya dan bertransendenis menjadi diri yang baru.

The focus of this study is to prove the effect of fear for the existence of the subject, which is not well explained in Sartre’s existensialism. As a matter of fact, fear is one of human basic feeling, it is an undeniable structure as a human. Feareffected subjects act even in pra-reflective conciousness stage. Nausea will bring subject to realizing, that in fact, he has a freedom and he can choose freely, what kind of existence that he want to create for his own self. At that stage, prareflective conciousness will change into reflective conciousnes and subject could realize their freedom. But freedom it self is a curse because there's a great responsibility adheres our acts whereas there’s never been any certainity about the consequnces. This condition trap human in anxiety feeling. Anxiety will bring subject to see the consequences that probably will appear from all the choice that they can take. At this stage, fear will effecting subject in taking his existential choice. Will the subject going to choose the savest choiceor fight his fear and doing transcended and becoming a new self."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Sylvia Utami
"Modus keberadaan manusia (etre pour soi) yang berbeda dengan benda-benda (etre en soi), telah melahirkan adanya ketidaktunggalan identitas. Ada esensi yang mencair sehingga manusia bisa menjadi apa dan bagaimana sesuai dengan kehendaknya, sehingga ketunggalan identitas menjadi hal yang mustahil bagi manusia. Penggunaan tokoh tidak bernama dalam salah satu novel Iwan Simatupang, yakni novel Kering telah menjadi sebuah metafora yang sangat menarik akan keberadaan identitas yang tidak tunggal. Ada kebebasan yang dimiliki oleh manusia untuk menentukan identitas yang ingin disandangnya, sehingga sewaktu-waktu bisa menjadi apa saja, kapan saja dan di mana saja. Salah satu Filsuf Prancis, Jean-Paul Sartre mengetengahkan kebebasan sebagai sesuatu yang mutlak dimiliki oleh manusia. Meskipun ada penghayatan terhadap nilai-nilai yang bisa mengurangi kebebasan itu sendiri (faktisitas), bagi Sartre kebebasan manusia tetap mutlak.

Existence of human which different with the objects is born the not single identity. There is the essence of the melt, so that man can become what and how in accordance with his will. In this case, the single of identity become impossible thing for humans. The use of character is not named in the novel from Iwan Simatupang, namely Kering has become a methapor which very interesting about the existence of identity that not single. There is a freedom which is owned by humans to determine the identity of themselves, so that can be anything, anytime and anywhere. One of the French Philosopher, Jean-Paul Sartre explores freedom as an absolutely things. Although there is something that could reduce the value of freedom (Facticity), humans still have their freedom as an absolute."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>