Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178603 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tagore, Rabindranath, 1861-1941
Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kem. P.P. dan K., 1955
899.2 TAG d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuke Setiyani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S2101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Umar Fahmi Achmadi
"ABSTRAK
Angka kematian dan Kesakitan Balita (Bayi dan anak umur bawah 5 tahun) amat penting untuk dikaji, karena merupakan salah satu indikator kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Salah satu penyakit penyebab kematian adalah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas. Banyak penelitian dan teori yang hanya menitik beratkan hubungan timbulnya ISPA dengan faktor-faktor non lingkungan, seperti imunisasi, status gizi, pemberian ASI dan lain-lain. Penelitian ini mencoba menghubungkan antara kejadian ISPA sebagai dependen variabel, dengan faktor-faktor seperti, kualitas udara, sosial ekonomi, ventilasi rumah, kepadatan penghuni, imunisasi, status gizi, berat badan bayi dun pemberian AST. Penelitian dilakukan di lingkungan warga kelurahan Utan Kayu dan Malaka Jaya, Jakarta Timur antara bulan Oktober dan Desember 1990.
Penelitian dilakukan secara prospektif (cohort) selama 3 bulan, untuk memantau kejadian ISPA melalui Posyandu. Untuk mengukur variabel independen dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Dari analisis didapatkan bahwa, faktor kualitas udara rumah, memiliki hubungan erat dengan kejadian ISPA. Kemudian berturut-turut kejadian ISPA juga berhubungan dengan status sosial ekonomi, kepadatan hunian rumah, dan gizi balita serta imunisasi. Untuk itu faktor lingkungan terbukti memegang peran penting dalam kejadian timbulnya Infeksi Saluran Nafas bagian Atas pada Balita.

ABSTRACT
The infant mortality and morbidity rate are important to be assessed since they are good indicators reflecting the health and wealth status of the nation. Among underlying causes of death was the Upper Respiratory Tract Infection (URTI). Many studies have been done, yet they are mostly focuses on non-environmental factors, such as immunization, knowledge of the mothers etc.
Therefore study has been done in the urban area of Jakarta, which relates the URTI as dependent variable with other independent variables such as, nutritional status, knowledge of the mothers, history of immunization, history of birth weight, socio economic status, dwelling density; air quality, ventilation of the house; and history of breastfeeding. The design of the study was considered as cohort studies, for assessing the episode of URTI within 3 months. Other variables were measured by interviews and observation. The analyses indicated that, the air quality was the most factor having relationship with the episode of URTI, followed by other factors. They are dwelling density in the house, socio-economic status, nutritional status and history of immunization. Therefore the study concluded that the environmental factors should be considered most, when developing program such as minimizing the URTI program.
"
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
"ABSTRAK
Kota-kota di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, sampai saat ini selalu mengalami perluasan wilayah. Oleh karena itu, yang disebut pinggiran kota dari masing-masing kota tersebut, selalu bergeser lokasinya. Dengan demikian persoalan pinggiran kota akan selalu aktual untuk dijadikan sebagai masalah penelitian.
Dengan kekhasan pinggiran kota di negara berkembang, yaitu sebagian besar dihuni oleh orang miskin, maka daerah ini sering ditandai dengan kondisi lingkungan hidup yang kurang baik. Dalam hal ini terutama adalah lingkungan rumah tinggal, sebagai lingkungan hidup yang paling dekat dengan manusia sebagai penghuninya.
Dalam masyarakat kita saat ini, yang bertanggung jawab dalam mengelola lingkungan rumah tinggal tersebut terutama adalah kaum ibu, sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsi dan memahami kualitas perilaku ibu rumah tangga dalam mengelola lingkungan rumah tinggalnya tersebut. Perilaku ini dicari kaitannya dengan faktor lingkungan baik secara fisik maupun nirfisik, yang meliputi kondisi lingkungan rumah tinggal; tingkat pendidikan; daerah asal; tingkat kemiskinan; tingkat pemilikan budaya kemiskinan; dan kedudukan ibu dalam hubungan suami-istri. Oleh karenanya, penelitian ini merupakan salah satu kajian ekologi perilaku, sebagai bagian dari ekologi manusia.
Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Pedurungan Tengah, Kecamatan Semarang Timur, dan Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunung Pati, masing-masing merupakan wilayah Kota Madia Semarang. Ibu rumah tangga sampel masing-masing kelurahan 75 orang, dan 6 orang sebagai telaah kasus. Tehnik pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumenter. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif (deskriptif, khi-kuadrat, dan koefisien kontingensi), dan analisis kualitatif.
Kualitas perilaku ibu rumah tangga, baik di Kelurahan Pedurungan Tengah maupun di Kelurahan Patemon, dalam mengelola lingkungan rumah tinggalnya, dalam kategori sedang, cenderung rendah. Di antara komponen dari perilaku tersebut, yang termasuk dalam kategori terendah adalah : partisipasi para ibu dalam gerakan kebersihan bersama; frekuensi pembersihan bak mandi; pengendalian kebocoran bak air; penempatan pembuangan sampah lokasi tempat buang air besar; peningkatan upaya daur ulang; dan upaya pemanfaatan pekarangan.
Dalam kaitan dengan faktor lingkungan, maka perilaku ibu tersebut berasosiasi secara nyata dengan kondisi lingkungan rumah tinggal, tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, dan tingkat pemilikan budaya kemiskinan.
Sedangkan dengan daerah asal dan kedudukan ibu dalam hubungan suami-istri tidak berasosiasi secara nyata.
Selain hal-hal di atas, hasil telaah kasus menunjukkan, bahwa perilaku ibu tersebut ditentukan juga oleh keberadaan anggota keluarga yang lain (baik dalam arti menunjang maupun menghambat), kebiasaan pengaturan penggunaan waktu, pemilikan dan tanggung jawab rumahnya, serta pengalaman ibu sebagai pembantu rumah tangga.

The Behavior Quality Of Housewives In Managing Their Home Environment (Case Study On Two Administrative Units Of Semarang Suburb)Up till now, cities in developing countries, including Indonesia, always under go a regional expansion.
Therefore, the so-called suburbs always shift from their former location. Thus the suburb problems will continually be actual for research proposals.
The special case of suburbs in the development countries, which mostly inhabited by the poor makes the condition of the living environment unfavorable. The nearest to the people, the home environment is sometimes very bad.
Those responsible for managing the home environment are mainly mothers as housewives.
The aim of this research is to describe and understand the quality of housewives behavior in managing their home environment. The interrelationship between their behavior and environmental factors, would then be sought, physical as well as non physical, These include, the home environmental condition, educational level, region of origin, level of poverty, level of poverty culture, and their material status.
Hence, this research is a study of behavior ecology as a part of the human ecology.
The research takes place in the administrative Anita of Pedurungan Tengah, East Semarang District, and Patemon, Gunungpati District, both of which are in the Semarang region.
The sample of each administrative unit consists 75 housewives, 6 of which as a case study. The data is collected form questionnaires, interview, observations, and document. The analysis is based on quantitative (descriptive, Chi--Square and Coefficient Contingency) as well as qualitative methods.
The quality of housewives behaviour, either in Pedurungan Tengah and in Patemon administrative units is categorized as medium low in managing home environment. Among the components of medium low are a less participation in common clearings, frequency of bath-tub cleaning, control of water tub leaks, placing garbage pails, placing toilets increasing of recycling, applying the usefulness of the garden. Obviously, the housewives behavior is associated (correlated) with the condition of their homes, education, poverty, and the culture qf poverty. The place of origin and the place of the mother in the husband and wife relationship is not clearly associated.
The case study shows that the mother behavior is also influenced by other members in the family, time scheduling, responsibilities of the house, and the experience of the mother as a maid-servent.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Laksmiyanti
"ABSTRAK
Pekerjaan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab
Ibu Rumah Tangga (IRT) diperkirakan jumlahnya
lebih dari 80 (delapanpuluh) tugas yang berbeda-beda,
bersifat pengulangan, dan tidak akan pernah ada
habisnya (Renzetti & Curran, 1989). Padahal IRT pada
umumnya juga memiliki aktivitas lain yang sama
pentingnya dengan pekerjaan rumah tangga dan sama-
sama menuntut pikiran dan tenaga IRT. Untuk mengatasi
kemungkinan timbulnya masalah dalam menjalani kedua
tugas tersebut, alternatif jalan keluar yang pada
umumnya ditempuh adalah dengan mencari tenaga tambahan yang dapat membantu menyelesaikan tugas-
tugas dalam rumah tangga (Ichromi, 1991). Tenaga
tambahan ini pada umumnya adalah orang lain yang
khusus dipekerjakan dan mendapatkan imbalan sejumlah
uang, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan
pembantu rumah tangga atau PRT (Goldschmidt-Clermont,
1987).
Menurut teori Social-Exchange yang dikemukakan
oleh Thibaut dan Kelley (1959), dalam suatu hubungan
antara dua individu atau lebih (yang disebut dengan
dyad) akan terdapat unsur reward dan cost. Reward
adalah suatu bentuk kepuasan dan penghargaan
yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari inter-
aksi dengan orang lain. Sedangkan cost merupakan
faktor-faktor yang menghambat penampilan dalam suatu
rangkaian tingkah laku, yang merupakan konsekuensi
negatif karena seseorang melibatkan diri dalam suatu
interaksi (Shaw & Costanzo, 1970; 83). Suatu interak-
si diperkirakan akan tetap dipertahankan oleh indivi-
du bila rewards yang diterimanya melebihi costs-nya.
Penelitian ini mencoba menggambarkan bagaimana
costs dan rewards dalam interaksi antara IRT dengan
PRT, dan selanjutnya menggambarkan secara lebih rinci
aspek-aspek mana yang dianggap sebagai costs atau
rewards bagi IRT dan PRT.
Sampel penelitian ini adalah 52 IRT dan 52 PRT,
yang diperoleh melalui tehnik Accidental Sampling
(Guilford & Fruchter, 1985). Alat yang digunakan
terdiri atas tiga bagian kuesioner untuk masing-
masing kelompok. Perhitungan statistik dilakukan
dengan mencari mean, persentase, dan korelasi
"Product Moment" dari Pearsons.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada
kelompok IRT, rewards yang diterima IRT dalam
interaksi dengan PRT lebih besar daripada costs-nya.
Sedang pada kelompok PRT, costs yang harus ditanggung
PRT lebih besar daripada rewards yang mereka terima."
1995
S2315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Putri Helmet
"Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang serius di dunia. Menurut BPS 2006, Indonesia masih memiliki penduduk miskin yang tergolong tinggi. Dalam skripsi ini diselidiki faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tangga miskin di propinsi yang merupakan daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) kemiskinan, penerima raskin, dan penerima pelayanan kesehatan gratis di pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari BPS. Untuk mencari propinsi di pulau Jawa yang merupakan daerah KLB kemiskinan, penerima raskin, dan penerima pelayanan kesehatan gratis secara bersama-sama digunakan metode multivariate scan statistics.
Diperoleh bahwa daerah KLB utama adalah propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kemudian analisis regresi logistik biner dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tangga miskin. Dengan menggunakan spatial scan statistics untuk data ordinal, didapatkan Kabupaten/Kota yang memiliki relative risk semakin tinggi sesuai dengan tingkat kemiskinan yang semakin tinggi dan didapatkan daerah KLB utamanya yaitu seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur dan 7 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Kemudian dengan regresi logistik ordinal didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelompokan tingkatan kemiskinan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27791
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Nul Hakim
"Tujuan perkawinan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa namun demikian pada kenyataan perkawinan bukanlah tanpa masalah sehingga seringkali terjadi kekerasan dalam dalam rumah tangga untuk itulah pemerintah membentuk Undang Undang No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga PKDRT dan tujuan dibentuknya undang undang ini adalah untuk menjaga keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia aman tenteram dan damai Namun adakalanya laporan terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga di dasari rasa emosional sesaat yang kemudian melaporkan perbuatan tersebut kepada pihak kepolisian namun tidak jarang juga terjadi ketika pada akhirnya permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga tersebut dapat diselesaikan ataupun karena didorong pertimbangan perkembangan anak pasangan suami istri tersebut akhirnya dapat kembali berdamai Dalam keadaan yang demikian maka korban cenderung menjadi tidak lagi berniat untuk melanjutkan perkaranya sampai ke tingkat persidangan yang jutsru akan memicu ketegangan dalam rumah tangga yang sudah kembali rukun tersebut Kesulitan yang timbul bagi aparatur di tingkat penyidikan dalam memilih untuk tidak melanjutkan perkara kekerasan dalam rumah tangga dimana antara pelaku dan korban telah tercapai perdamaian karena tidak semua delik yang diatur Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dirumuskan sebagai delik aduan karena dalam penanganan perkara KDRT hukum acara yang digunakan pada dasarnya mengacu pada KUHAP maka upaya penyidik dalam mencari kemungkinan penyelesaian diluar pengadilan hanya terbatas sebelum pelapor secara resmi memasukan laporannya mengingat setelah laporan diteruskan oleh kepolisian yang berwenang maka penanganan perkara tersebut akan mengikuti alur penanganan perkara pada umumnya sebagaimana yang diatur didalam KUHAP penuntutan tercapainya perdamaian antara pelaku dan korban juga tidak serta merta menghentikan proses penuntutan perkara tersebut hal ini berarti bahwa walaupun terjadi perdamaian antara pelaku dan korban penuntut umum pada dasarnya harus tetap melimpahkan perkara tersebut ke pengadilan dan perdamaian merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh penuntut umum dalam menentukan berat ringannya pidana yang dituntut atas perbuiatan terdakwa Untuk itu diperlukan adanya konsep diversi terhadap perkara kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana tujuan Undang Undang PKDRT yaitu untuk memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera

The purpose of marriage is to establish a happy and everlasting family or household based on the sole Almighty God however in reality marriage is not without problems as domestic violence often occurs Therefore the Law No 23 of the year 2004 on Elimination of Domestic Violence has been enacted by the government and its objective is to maintain the unity and the harmony of a happy safe calm and peaceful household Nevertheless occasionally the report on domestic violence happened due to temporary emotional turmoil and then this act was reported to the police However it often happened that the domestic violence occurring could be ended or it stopped because of the consideration of their children rsquo s development so that the couple finally could get back together again peacefully In such a condition the victim tends to no longer have the intention to proceed with the case to the court hearings since it will cause the tension to appear in the household which has calmed down Difficulties appear for the apparatus in the investigation phase in the cases where the victim chooses not to proceed with the case of domestic violence since the perpetrator and the victim have settled the matter The difficulties occur because not all misdemeanors governed by the Law Number 23 of the year 2004 on Elimination of Domestic Violence are formulated as offense In handling domestic violence cases the law of procedure applied basically refers to KUHAP Penal Code so the effort of the investigator to seek for the possibility of settlement outside court is limited to only before the person reporting officially submits his her report considering that after the report is followed up by the relevant police officers the handling of the case will comply with the case handling procedure in general as governed in KUHAP The accomplishment of settlement between the perpetrator and the victim cannot automatically put an end to the case prosecution process This means that even though there is settlement between the perpetrator and the victim the general prosecutor basically has to continue proceeding with the case to the court and the accomplishment of the settlement is the factor which is considered by the general prosecutor to determine the seriousness of the criminal act prosecuted based on what the accused has done Consequently it is necessary to have a diversion concept towards domestic violence cases as the objective of the Law on Elimination of Domestic Violence is to maintain the unity of the harmonious and prosperous household "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T33745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>