Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159202 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trini S. Soemarko
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarni Catur Utami Munandar
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999
153.35 MUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992
370.157 UTA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budihastuti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1983
S2053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharti
"Siswa berbakat intelektual merupakan sumber daya manusia berkualitas yang potensial dan tidak boleh disia - siakan. Mereka harus diberi perhatian dan pelayanan khusus. Di Indonesia pemerintah telah mencoba suatu bentuk sekolah yang dapat menampung anak yang cerdas dan berprestasi unggul pada suatu sekolah unggulan.
Tujuan SMU Unggulan adalah menghimpun peserta didik yang memiliki bakat khusus, kemampuan dan kecerdasan tinggi di seluruh wilayah DKI Jakarta untuk dikembangkan secara optimal, serta untuk dijadikan pusat keunggulan sehingga dapat memberikan resonansi kompetitif dan motivasi bagi SMU lainnya di Jakarta. Kriteria untuk anak yang berprestasi unggul agar dapat masuk ke SMU Unggulan pada saat ini adalah Nilai Ebtanas Murni (NEM). Mereka yang merniliki NEM tinggi dapat masuk ke sekolah unggulan.
Berdasarkan hasil pengetesan tingkat kecerdasan dan kreativitas ditemukan anak - anak di sekolah unggul ini cukup banyak yang memiliki IQ yang tergolong superior dan very superior serta kreativitas pada taraf rata - rata. Suatu penelitian yang melibatkan 308 siswa SMU Unggulan 8 diperoleh 240 siswa yang memiliki IQ pada taraf very superior sementara kreativitas lebih banyak berkisar pada taraf rata - rata. Hal ini mengindikasikan bahwa di sekolah unggulan, besar kemungkinan siswa - siswanya tergolong berbakat intelektual karena siswa yang tergolong berbakat intelektual haruslah memiliki IQ 130 ke atas atau very superior (Utami Munandar, 1982). Akan tetapi kemampuan intelektual yang tinggi ini belum didukung oleh tingkat kreativitas yang tinggi pula.
Sedangkan untuk dapat berhasil dalam pendidikan, banyak faktor yang mempengaruhi. Selain inteligensi, bakat, minat, motivasi, kepribadian dan faktor - faktor di luar diri siswa seperti lingkungan keluarga, sekolah dan guru turut mempengaruhi. Dalam penelitiannya, Tini Setiawati (1996) menemukan adanya hubungan yangsignifikan antara inteligensi, kreativitas, dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa SMU Unggulan 8 Jakarta. Selain itu kreativitas secara sendiri juga memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Dengan demikian kreativitas menjadi suatu unsur yang berpengaruh pada prestasi.
Kreativitas meliputi dua ciri yaitu ciri aptitude dan non aptitude. Ciri yang pertama berhubungan dengan kognisi sepertl kelancaran, keluwesan dan keaslian dalam pemikiran sedangkan ciri kedua berkaitan dengan sikap dan perasaan ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, selalu ingin mencari pengalaman baru, imajinatif, serta termasuk di dalamnya motivasi untuk berprestasi. Ciri yang pertama disebut kreativitas segi kognitif sedangkan ciri yang kedua disebut kreativitas segi afektif. Kedua - duanya diperlukan untuk terwujudnya kreativitas seseorang. (Utami Munandar, 1995).
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, siswa berbakat intelektual yang memiliki inteligensi yang tinggi diharapkan dapat berprestasi tinggi akan tetapi tidak sedikit mereka yang berprestasi rendah. Oleh karena itu peneliti ingin melihat bagaimana halnya dengan kreativitas mereka karena kreativitas dapat juga dijadikan prediktor prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian Utami Munandar (1977) ditemukan adanya hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar (0,611 untuk SD dan 0,63 untuk SMP). Selain itu penelitian Tini Setiawati (1996) juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara kreativitas dengan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melihat hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar pada siswa SMU Unggulan 13 dan SMU Unggulan 8, dengan memasukkan kreativitas baik segi kognitif maupun segi afektif. Selain itu akan diperoleh juga besarnya sumbangan variabel kreativitas pada prestasi belajar siswa. Dan juga akan didapat gambaran potensi siswa berbakat intelektual berdasarkan kreativitasnya.
Penelitian ini melibatkan 31 siswa kelas II dan kepada mereka telah diberikan tes TIKI-T, TKV, dan Skala Sikap Kreatif sedangkan prestasi belajar diperoleh dari nilai UUB. Ternyata hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kreativitas segi kognitif, kreativitas segi afektif dengan prestasi belajar secara bersama maupun sendiri. Kedua variabel kreativitas tersebut memberikan sumbangan sebesar 4,95 % terhadap prestasi belajar. Oleh karena itu perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai besarnya sumbangan varibel Iain yang juga berpengaruh pada prestasi belajar. Selain itu perlu ada penelitian tentang sistem pendidikan termasuk di dalamnya kurikulum, sistem belajar mengajar, sistem evaluasi (UUB) apakah semuanya telah memperhatikan aspek - aspek kreatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sismai Herni
"Penelitian ini dilakukan berawal dari maraknya upaya pemerintah untuk meningkatkan sumberdaya manusia agar memperoleh manuasia yang unggul melalui sekolah unggulan yang hampir merata di setiap propinsi di Indonesia. Sementara itu negara kita sedang dilanda krisis moneter yang mengakibatkan banyak dari orang tua anak sekolah yang di PHK dan kehilangan pekerjaan, sehingga banyak diantara anak-anak mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan sewajarnya sesuai dengan UUD 1945 dan Undang-Undang Repoblik Indonesia no 2 tahun 1989. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam Utami Munandar dan Conny Semiawan ( 1996) bahwa jumlah anak berbakat secara khusus tingkat pendidikan dasar adalah 2 % dari 30 juta anak ( 600.000) orang.
Anak-anak tersebut belum seluruhnya tertampung di kelas unggul/ sekolah unggul. Anak berbakat ini membutuhkan pelayanan pendidikan minimal sama dengan siswa unggul di SMU Unggulan. Disisi lain penulis melihat latar belakang orang tua ( ibu ) juga memberikan dukungan untuk menciptakan sumberdaya manusia yang unggul, terutama pada anak berbakat dikelas unggul tingkat SLTP. Faktor -- faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya dilihat dari budaya daerah, tingkat pendidikan ibu, status sosial ekonomi orang tua, peranan dan sikap orang tua terhadap pendidikan anak berbakat.
Penelitian ini diadakan di empat SLTP N Bukittinggi, sampel penelitian adalah anak berbakat di kelas dua unggul, dan orang tua mereka ( ibu). Anak berbakat dipilih dengan melakukan identifikasi anak berbakat dengan menggunakan tiga buah tes, TIKI - M Bentuk Pendek, TKV Paralel 1 dan Task Commitment. Siswa yang terpilih sebagai anak berbakat adalah yang memiliki IQ, CQ diatas rata-rata dan task Commitment tinggi. Pada anak berbakat juga diambil data pribadi melalui daftar isian, nilai rapor kelas I dan NEM ketika masuk SLIP.
Kemudian, kepada orang tua anak berbakat diberikan kuesioner Status Sosial Ekonomi, Skala peranan dan sikap orang tua, Daftar isian data orang tua. Sistem keluarga masyarakat di tempat penelitian ini , berbentuk matrilineal, dimana garis keturunan berdasarkan pada garis ibu, yang berbeda dengan suku lainnya di Indonesia dan satu - satunya sistem keluarga martrilineal yang ada di Indonesia. Keluarga di Bukitinggi (Minangkabau) ini sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dimana dalam kehidupannya berdasarkan " Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah " yang masih dianut sampai saat ini.
Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai. Analisis butir dilakukan dengan metode skala Likert. Reliabelitas dan validitas setiap item, digunakan rumus Cronbach's Alpha. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara latar belakang ibu dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul SLTP N Bikittinggi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran anak berbakat sesuat karakteristik keluarga anak berbakat; melihat gambaran umum oarang tua (ibu) anak berbakat sesuai dengan karakteristik keluarga anak berbakat; melihat hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi anak berbakat; melihat hubungan SES orang tua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul; melihat hubungan antara peranan ibu dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul,; melihat hubungan antara sikap ibu dengan prestasi belajar anak berbakat; melihat hubungan bersama antara pendidikan ibu, SES orang tua, peranan dan sikap ibu terhadap prestasi belajar anak berbakat; melihat sebereba besar sumbangan dari pendidikan ibu, SES orang tua, peranan dan sikap ibu pada prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, SES orang tua dan peranan orang tua dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul. Tetapi sikap ibu tidak berhubungan dengan prestasi belajar anak berbakat di kelas unggul. Bila dilihat besar sumbangan dari keempat variabel, maka peranan ibu memeberikan sumbangan yang besar sekali pada prestasi belajar anak berbakat, kemudian SES orang tua dan pendidikan ibu memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat. Tetapi sikap ibu, tidak memberikan sumbangan yang bermakna pada prestasi belajar anak berbakat.
Saran yang dikemukakan dalam penelitian lanjutan : Penempatan siswa di kelas unggul tingkat SLTP N, perlu diidentifikasikan dengan menggunakan tes TIKI-M, Betuk Pendek, TKV, dan Task Commitment, agar diperoleh anak-anak yang betul-betul berbakat / unggul ; Perlu memberikan informasi pada anak berbakat tentang keberbakatnya, agar mereka dapat mengembangkan motif intrinsik dan merealisasikan bakat mereka ; Para orang tua perlu diberitahukan tentang keberbakatan dan prestasi anak berbakat di sekolah agar mereka dapat memahami dan memberikan bimbingan untuk mengembangkan bakat dan prestasi anak berbakat. ;Antara ibu dan sekolah perlu menciptakan kerjasama yang baik untuk membantu perkembangan bakat dan prestasi anak berbakat; Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas tentang anak berbakat, untuk mengembangkan potensi anak berbakat agar berkembang secara maksimal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Sapariningsih
"Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenagatanaga kreatif yang dapat memberi sumbangan kepada bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan kreativitas peserta didik (Utami Munandar, 1999). TAP MPR no. 11 / MPR /1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara menyebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk menghasilkan manusia Indonesia yang kreatif. Renzulli (1981) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu ciri yang harus dimiliki oleh siswa berbakat.
Menurut Roger (dalam Munandar 2002), salah satu faktor yang dapat mendorong tumbuhnya kreativitas adalah locus of control yang internal. Locus of control merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya (Rotter, 1975). Seseorang dengan locus of control yang internal dapat mengarahkan dirinya sendiri, mempunyai standar dan nilai-nilai sendiri serta dapat mengambil keputusan sendiri. Ciri-ciri tersebut merupakan pendorong tumbuhnya kreativitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara locus of control dan kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar.
Subyek penelitian adalah siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar di SMUN 81 Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 22 orang wanita dan 8 orang pria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur locus of control adalah skala locus of control yang disusun oleh Rotter dan alat yang digunakan untuk mengukur kreativitas adalah Tes Kreativitas Verbal yang disusun oleh Utami Munandar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor skala locus of control berkorelasi dengan skor tes kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar. Dengan demikian, maka ada hubungan yang signifikan antara locus of control dan kreativitas pada siswa berbakat yang mengikuti program percepatan belajar.
Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan agar para orang tua dan guru dapat menciptakan suatu kodisi yang dapat membentuk locus of control locus yang, internal pada diri anak sehingga kreativitas yang mereka miliki dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fivianty Wijaya
"ABSTRAK
Perhatian pada sumber daya manusia mendukung dan mendorong diberikannya
perhatian khusus bagi anak-anak yang berbakat. Anak berbakat adalah mereka yang
karena kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi.
Namun tidak semua anak berbakat dapat berprestasi setara dengan potensinya. Mereka
disebut anak berbakat yang berprestasi kurang (ABPK) atau underachiever, yaitu
seseorang yang berprestasi dibawah taraf kemampuannya. Bahkan di antara mereka
ada yang putus sekolah.
Faktor-faktor penyebab seseorang menjadi ABPK dapat ditinjau dari keadaan
kelas di sekolah, latar belakang lingkungan keluarga, dan kepribadiannya. Pada
karakteristik kepribadiannya, yang paling sering ditemukan adalah anak yang
mempunyai harga diri (self-esteem) yang rendah (Fine & Pitts, 1980, Rimm, 1983,
Whitmore, 1980 dalam Davis & Rimm, 1985). ABPK tidak percaya bahwa dirinya
mampu melaksanakan apa yang diharapkan orang tua dau guru mereka. Berkaitan
dengan hal ini, mereka mempunyai kontrol terhadap diri yang rendah. Bila gagal,
mereka akan menyalahkan kurangnya kemampuan mereka., dan bila berhasil mereka
akan mengatribusikannya sebagai keberuntungan. Berbeda dengan anak berbakat yang
berprestasi (ABP), mereka mempunyai kontrol terhadap diri secara internal. Mereka merasa bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan mereka dan merasa
mampu mengontrol nasib sendiri (Milgrain & Milgram, 1976; Weiner, 1980 dalam
Utami Munandar, 1995).
Weiner dkk (1979) menjelaskan adanya tiga dimensi atribusi kausal yaitu
dimensi fokus (internal-eksternal), dimensi stabilitas (stabil-tidak stabil) dan dimensi
kontrolabilitas (terkontrol-tidak terkontrol). Ia juga menyatakan bahwa harapan
seseorang tentang keadaan yang akan datang dapat ditentukan oleh bagaimana
kestabilan dari atribusi kausal seseorang. Misalnya seseorang gagal dalam suatu ujian.
Bila ia mengatribusikan kegagalannya stabil, maka untuk ujian berikutnya ia akan
memperkirakan gagal lagi. Tetapi bila ia mengatribusikannya kegagalannya tidak stabil,
maka untuk ujian berikutnya ia akan mengharapkan berhasil.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah ?Bagaimana gambaran atribusi kausal
atas keberhasilan dan kegagalan dari anak berbakat yang berprestasi (ABP) dan yang
berprestasi kurang (ABPK) pada SMU Unggulan?"
Dari penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
permasalahan yaitu Gambaran atribusi kausal atas keberhasilan dari ABP adalah
internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi kausal atas keberhasilan dari
ABPK adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi kausal atas
kegagalan dari ABP adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Gambaran atribusi
kausal atas kegagalan dari ABPK adalah internal, tidak stabil dan terkontrol. Bila
dilihat kemungkinan penyebab yang dikemukakan Weiner, adalah usaha yang
dilakukan untuk tugas-tugas tertentu. Misalnya, tugas untuk nilai rapor, guru yang
memberi tugas pemarah, ada hukuman yang diberikan dan sebagainya."
1996
S2562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gifted visual-spatial laearners is one of categories of gifted children that has been ovelooked and under diagnosed. Linda Kreger Silverman (1995;2002) defined Gifted Visual spatial learner as those highly intelligence children (gifted) with special developmental pattern and characteristics. Their strenghts are the visual - spatial ability and gestalt cognitive style. They learn better visually that auditory. They learn all-at-once, and when they got the concept, the learning is permanent. Gifted children with visual-spatial learning style often have asynchronous developmental pattern and tend to have speech and language expressive disorder, or more commonly known as a specific Language Impairment (SLI) or Pure Dysphasic Development. These unique developmental characteristic often cause problems generally worsen without proper assistance and strategies of intervention. They also often misdiagnosed under the label of high function autism, ADHD and / or learning disabilities. A collaborative diagnostic with a long term continual observation and special approach is needed to help this population."
150 PJIP 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>