Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S34484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Tjahaja
"Fenomena lendutan yang terjadi pada material struktur beton dapat dikategorikan dalam dua jenis lendutan, yaitu lendutan sesaat dan lendutan jangka panjang. Lendutan sesaat adalah lendutan elastis akibat beban yang dapat dihitung dengan perhitungan mekanika teknik, di mana lendutan yang terjadi bersifat tinier terhadap pertambahan beban. Sementara lendutan jangka panjang adalah lendutan yang terjadi sebagai fungsi waktu walaupun beban tidak ditambah. Lendutan ini dipengaruhi oleh dua hal yang utama yaitu creep (rangkak) dan shrinkage (susut). Pemodelan sifat beton dalam menghitung lendutan yang telah ada selama ini merupakan model yang menggambarkan secara terpisah tingkah laku beton pada pembebanan cepat dan pembebanan jangka panjang sementara pada kenyataannya kedua jenis lendutan ini terjadi secara simultan sehingga perhitungannya tidak dapat dipisahkan, sehingga diperlukan perhitungan yang mampu menggambarkan tingkah laku beton secara lengkap. Dalam skripsi ini, Penulis akan melakukan perhitungan lendutan jangka panjang dengan pendekatan yang berbeda. Pendekatan yang digunakan oleh Penulis adalah Pemodelan Rheologis Beton oleh Dr. Ir. F.X. Supartono yang didasarkan pada sifat-sifat dasar bahan beton dalam menginterpretasikan sifat beton baik pada pembebanan cepat maupun pembebanan jangka panjang. Nilai lendutan jangka panjang didapatkan dengan mengalikan faktor pengaruh lendutan jangka panjang (?) dengan lendutan sesaat akibat beban luar yang bersifat tetap. Dalam menghitung nilai faktor pengaruh lendutanjangka panjang (?), kita menggunakan tiga peraturan untuk diperbandingkan: 1. ACI209R-12danACI435R-95 2. CEB-FIP 3. SKSNI-1991. Pada ACI dan CEB-FIP, kita harus memperhitungkan faktor-faktor koreksi akibat kondisi beton dan lingkungan yang tidak sama dengan kondisi standard yang digunakan oleh ACI dan CEB-FIP. Perhitungan dengan ACI dan CEB-FIP menggunakan beberapa pendekatan : 1. Analogi pendekatan Dan Earle Branson mengenai transformasi faktor pengaruh akibat kombinasi rangkak dan susut, di mana asumsi yang digunakan adalah pengaruh rangkak pada lendutan jangka panjang sebesar 85% sedangkan pengaruh susut sebesar 15%. 2. Dalam mencari faktor ketergantungan waktu untuk lendutan jangka panjang, kita melakukan perhitungan dengan pemodelan rheologis beton (model Fxs). Pada model Fxs faktor tersebut adalah berupa persamaah eksponensial sebagai fungsi waktu. Sementara pada SKSNI nilai faktor ketergantungan waktu untuk lendutan jangka panjang (?) berupa suatu konstanta yang langsung dapat dikalikan dengan lendutan sesaat akibat beban tetap. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaan hasil perhitungan dengan ACI dan CEB-FIP dengan konstanta yang diberikan SKSNI. Hal ini dikarenakan batasan_faktor konstanta ketergantungan waktu untuk lendutanjangka panjang (?) yang diberikan oleh SKSNI-1991 relatif sederhana dan tidak memperhatikan faktor lingkungan yang ada. Skripsi ini juga menunjukkan bahwa pendekatan model rheologis beton (Model Fxs) temyata dapat menghasilkan hasil perhitungan yang baik dan lebih mendetail, di mana model Fxs mampu menjelaskan fenomena terjadinya lendutan pada beton dan mendapatkan nilai fungsi pengaruh ketergantungan waktu untuk lendutan jangka panjang yang kontinu. Model Fxs juga mampu menjelaskan fenomena deformasi elastis tidak dapat dipisahkan dengan deformasi rangkak dan dapat dimodelkan sebagai satu model kesatuan sehingga deformasi yang dihitung merupakan total dari deformasi jangka pendek dan deformasi jangka panjang.

The deformation phenomenon occurred in the concrete structure material can be categorized into two kind of deformation those are short-term deformation and long term deformation. The short-term deformation is an elastic deformation caused by the load that calculated with the technic mechanic calculation, where the deformation occurred is considered to be linear with the increasing of the load. While the long term deformation is a deformation that considered as a time function neglecting the increasing of the load. This deformation is affected by two main factors, the Creep and Shrinkage. The existing modeling of the concrete properties to calculate the deformation is the model that describe separately between short term and long term deformation while in the real situation, the deformations occurred simultaneously, therefore the calculation cannot be made separately. Here we require a calculation method that can make a simultaneous calculation of both deformations. This mini thesis will conduct a calculation of a long-term deformation with a different approach. The approach used in this mini thesis is Concrete Rheologic Modeling by Dr. Ir. F.X. Supartono based on the properties of the basic materials of the concrete to interpret the concrete characteristic in short term and long term loading. The value of the long-term deformation is obtained by multiplying the influence factor of long term deformation (?) with the short-term causes by the constant load. To calculate the value of the influence factor (?), there are three regulations to be compared: 1. ACI 209R -12 and ACI 435R -95 2. CEB-FIP 3. SKSNI-1991. In the ACI and CEB-FIP, we have to consider the correctional factors due the condition of the concrete and the environmental that do not match the standard condition used in ACI and CEB-FIP. The calculation using ACI and CEB-FIP conducted by several approaches: 1. The approach analogy by Dan Earle Branson concerning the influence factor transformation due to combination of the creep and shrinkage, assuming that the creep influence to the long term deformation is 85% while the shrinkage influence is 15%. 2. To obtain the dependence factor for the long-term deformation, we make a calculation with the concrete rheologic modeling (Fxs model). In the Fxs model, this factor takes form of an exponential equation as a time function. The SKSNI stated that the value of the time dependence factor for the long-term deformation (?) is a constant that can be directly multiplied with the short-term deformation due to the constant load. The result of the calculations indicates a difference between the ACI and CEB-FIP value with the SKSNI constant. This happens because the limits of the time dependence factor for the long-term deformation (?) given by SKSNI-1991 is relatively simple and do not considering the existing environmental factors. This mini thesis will also show that the concrete rheologic model (Fxs model) approach is able to make a good and detailed calculation, where the Fxs model can explain the phenomenon of concrete deformation and to obtain a continues value of time dependency factor for the long term deformation. The Fxs model can also explain an elastic deformation that cannot be separate with the creep deformation and can be modeled as an entity to obtain a calculation of the deformation as a total of a short term and long term deformation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Ariati
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S34511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ajeng Widati H.
"Peminimalisasian luasan tulangan minimum dalam pengedaannya erat kaitannya dengan keterbatasan sumber daya material yang tersedia di pasaran dan keterbatasan biaya yang hares dikeluarkan. Namun, peminimalisasian iuas tulangan ini jugs harus tetap dapat menahan gaya yang mungkin tedadi sesuai dengan rencana. Dalam pelaksanaannya balok (struktur) yang aman adalah yang dapat menahm daktilitas yang cukup besar tanpa menimbulkan keruntuhan yang membahayakan dan memberikan nilai layan yang baik. Daktilitas itu sendiri adalah kemampuan suatu struktur untuk melakukan perubahan bentuk tanpa mengalami kenmtuhan. Pada penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh underrienforced terhadap daktilitas balok. Underreinforced adalah balok yang memiliki persentase tulangan dibawah atau sama dengan tulangan balok dalam kondisi balance. Dalarn penelitian ini digunakan balok beton fc'=33,2 MPa, dengan penampang 200x150 mm dan bentang 2010 mm. Untuk tulangan baja pada balok digunakan tulangan baja ?8 nun polos dengan fy=321,2 MPa dan D10 mm ulir dengan fy=535,3 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"In a reinforced concrete structure, the beam-column joint area is the most important area of the structure, because the joint is the place where the forces working on beams are transferred to the column.It became so important that it needs good detailing to ensure that the collapse of the structure does not happen because of the failure of the joint. This condition is added by the fact that some architect would design exterior beams that is not located at the center line of the column, thus producing eccentricity on the column which in turn will cause the torsion force. In this final assignment, the writer will focus on the problems stated earlier, which is the effect of eccentricity of beams on column. The writer conducted an experiment at the laboratory to study this effect on the beam-column joint and to observe the cracking pattern that resulted from it. The specimen tested will be designed using the Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03, with reference to the design capacity method . The design capacity method is used to make sure that the plastic hinge mechanism will happen on the beam, which also known as the 'Strong column weak beam' mechanism.

Pada suatu struktur beton bertulang, daerah pertemuan balok dan kolom merupakan bagian yang sangat penting karena bagian tersebut merupakan bagian yang mentransfer gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya aksial, momen lentur dan gaya geser. Daerah pertemuan tersebut menjadi suatu titik kritis dari suatu struktur sehingga dipedukan suatu pendetailan yang baik sehingga dapat menjamin bahwa keruntuhan suatu bangunan terjadi bukan akibat dari kegagalan sambungan. Keadaan tersebut kemudian ditambah lag! dengan adanya desain dari seorang Arsitek yang mendesain suatu balok exterior rata permukaannya dengan kolom, dimana hal ini menyebabkan balok menjadi eksentris terhadap sumbu kolom sehingga terjadi tambahan gaya yaitu torsi. Pada skripsi ini, penults memfokuskan pada masalah tersebut di atas yaitu pengaruh dari eksentrisitas balok terhadap kolom. Penulis melakukan suatu penelidan di laboratorium untuk mengetahui pengaruh dari eksentrisitas balok tersebut terhadap kekuatan sambungan balok-kolom dan mengetahui pola retak yang terjadi akibat keadaan ini pada saat menerima pembebanan. Pembebanan dilakukan dari pembebanan yang terkecil sampai pembebanan yang menyebabkan keruntuhan struktur tersebut. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini didisain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkm di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Bonar
"The beam-column joint in a reinforced concrete structure is an area with great attention, because of it's important function of transferring the forces from the beam to the column. As the transferring agent, reinforced concrete consisted of concrete and steel reinforcement that must work together to hold and transfer loads. We can examine the cooperation of these two elements from their bonding mechanism. The anchorage length of tensile steel is the determining factor to the quality of the bonding mechanism. The small dimension of column will contribute to the limited length of the anchorage, which is under the prescribed length of the governing rules. Therefore to increase the length of the anchorage, a hump is made on the outer side of the exterior joint. In this experimental study we will examine the bonding quality and the cracking pattern on the specimen's joint which is modelled from a 5 story office building which is scaled to 1 : 2 size. This experimental study will be held in a laboratory using a hydraulic jack to pull the steel reinforcement from the concrete structure, so that the strain and bonding mechanism can be examined. From experiment conducted, a number of conclusions can be drawn; The bonding quality, which is numerically gauged by the average bond stress, it's value rises linearly and reach their yielding point. While the failure pattern on the specimen is considered to be splitting mechanism which started from the loaded end of column to the outside of the joint.

Daerah pertemuan balok-kolom beton bertulang merupakan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena fungsinya yang penting sebagai tempat penyaluran gaya dari balok ke kolom. Sebagai sarana penyalur, beton bertulang yang terdiri atas beton dan baja hams dapat bekerjasama dengan baik dalam menahan dan menyalurkan beban, keriasama ini dapat kita lihat kinerianya dari mekanisme lekatan antara tulangan baja dengan beton. Panjang penjangkaran tulangan tank adalah faktor yang menentukan terhadap kualitas lekatan yang diperoleh. Dimensi kolom yang kecil menyebabkan panjang penyaluran menjadi terbatas sehingga tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peraturan. Oleh sebab itu untuk menambah panjang penjangkaran dibuat penonjolan pada sisi luar sambungan eksterior balok-kolom. Pada studi eksperimen ini akan dilihat kualitas lekatan dan pola keruntuhan yang terjadi pada spesimen berbentuk sambungan yang didapat dari pemodelan gedung perkantoran 5 lantai. yang berskalakan 1:2. Studi eksperimen yang dilakukan di laboratorium ini menggunakan hydraulic jack untuk menarik tulangan baja dari beton bertulang, sehingga didapat tegangan lekat serta regangan tulangan yang terjadi. Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, kualitas lekatan yang besamya diukur secara numerik oleh satuan tegangan lekat rata-rata, trend nilainya bertambah secara linier dan mencapai konstan saat tulangan tersebut mengalami leleh, sedangkan pola keruntunan yang terjadi pada spesimen berjenis splitting yang dimulai dari ujung kolom yang dibebani menuju keluar joint."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifat Thahtawi
"Setiap bangunan bertingkat tinggi, selalu didisain terhadap gaya gempa selain terhadap gaya akibat beban mati maupun benda hidup. Demikian pula untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah terutama untuk bangunan yang tidak boleh hancur/rusak berat terhadap gempa bumi.
Gaya gempa adalah suatu gaya lateral terhadap bangunan yang menimbulkan perpindahan/lendutan, gaya aksial & momen pada kolom atau balok pada struktur. karena adanya eksentrisitas akibat lendutan pada struktur, gaya-gaya aksial pada kolom kembali menimbulkan pertambahan momen pada struktur tersebut. Hal ini yang disebut Efek P-Delta.
Tugas yang akan dilaksanakan ini adalah melakukan studi parameter pada suatu sistem portal yang mempunyai ketinggian dan lebar bentang keseluruhan sama dengan memvariasikan jarak bentang kolomnya. Dari studi parameter tersebut, dicari besarnya delta/simpangan untuk tiap lantai dan pertambahan momen pada kolom terbesar. Untuk perhitungan delta, karena gaya aksial akibat gaya gempa pada kolom berbeda-beda, maka untuk menyamakan tegangan pada kolom dibuat pendimensian luas kolom yang berbeda-beda. Kemudian dibuat grafik antara besarnya selisih delta pada tiap lantai dan prosentase pertambahan momen dengan perbandingan jarak antar kolom dengan lebar bentang keseluruhan dari bangunan.
Dari grafik yang didapat tersebut, kemudian dibandingkan dengan peraturan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, 1987 yang menjelaskan besarnya delta dan prosentase pertambahan momen yang diijinkan untuk suatu ketinggian tertentu dari bangunan. Dengan melihat dari hasil tugas ini yang ingin ditinjau adalah apakah kuantitas dari kolom dalam satu bentang ada pengaruhnya pada peraturan tersebut dan seandainya ada, bagaimana sebaiknya peraturan itu dapat diperinci lagi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jose Ricardo
"Permasalahan yang sering dihadapi oleh konstruksi bangunan sipil yang berada di wilayah perairan adalah bahaya korosi yang disebabkan oleh air laut. Dampak dari bahaya korosi terhadap konstruksi bangunan adalah dapat memperpendek umur layan dari struktur. Hal ini disebabkan karena material yang sudah terkena korosi tidak mampu berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu struktur yang sudah terkorosi perlu mengalami perbaikan pada materialnya yaitu pada material beton dan tulangan beton. Pada penelitian yang telah dilakukan Sdr. Ending A. Kodir, simulasi pembebanan dilakukan pada balok sederhana yang telah mengalami perbaikan pada material beton dan tulangan betonnya untuk mengetahui besar lendutan yang terjadi. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kapasitas kekuatan balok yang mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan balok yang tidak mengalami perbaikan (balok standar). Dalam laporan ini akan dianalisa perbandingan hasil hubungan beban dengan lendutan yang didapat dari hasil percobaan di atas dengan analisa perhitungan teoritis. Analisa perhitungan menggunakan metode diskretisasi elemen pada struktur dimana struktur dibagi menjadi elemen-elemen kecil, dimana tiap elemen dibagi dalam beberapa layer. Tiap layer menyumbangkan nilai modulus geser (nilai G) yang berbeda-beda tergantung dari besarnya regangan material beton yang didapat dari hubungan moment-curvature. Berdasarkan hubungan moment-curvature, maka setiap penambahan beban yang terjadi pada struktur dapat diketahui besarnya lendutan yang terjadi (baik lendutan akibat lentur maupun akibat geser) dengan menggunakan metode conjungated beam. Berdasarkan analisa perhitungan dengan menggunakan metode tersebut, maka didapat hasil hubungan beban-lendutan yang cukup signifikan (sesuai) dengan hasil percobaan. Selain itu dari hasil analisa perhitungan didapat bahwa kapasitas kekuatan balok yang mengalami perbaikan cukup baik dan aman untuk digunakan di dalam lapangan."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S35022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S34478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>