Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Yayat Suryatna
"Penggunaan Semen Cap Rumah umumnya pada pembangunan rumah tinggal sederhana dimana pasir alam dan kerikil alam juga dominan digunakan dengan mutu beton rendah sampai sedang, penggunaan semen cap rumah ini ditujukan kebanyakan untuk bagian-bagian bangunan yang tidak memikul beban struktural, tujuan pemakaian semen ini semata-mata untuk tujuan ekonomis karena harga semen cap rumah sendiri jauh Iebih murah dari semen tipe I biasa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui salah satu karakteristik penting dari hubungan antara beton dan tulangan penguat yaitu kekuatan lekatan antaran keduanya. Kekuatan lekatan ini akan berpengaruh terhadap panjang penjangkaran minimum yang harus disediakan agar tulangan penguat tidak tercabut dari betonnya pada saat bekerja beban Iuar, sehingga memungkinkan penggunaan semen cap rumah untuk tujuan konstruksi yang struktural tanpa menyampingkan segi ekonomisnya.
Pada kasus penggunaan tulangan polos kekuatan Iekat menjadi masalah yang cukup penting dimana kekuatan lekatan hanya bergantung kepada adhesi antara tulangan dengan beton yang ada disekelilingnya, dan kekuatan adhesi ini tergantung dari pemakain bahan pembentuk dari beton itu sendiri. Pada saat slip antara beton dan tulangan terjadi, maka lekatan ini hanya bergantung kepada friksi antara kedua material tersebut dan friksi tersebut tergantung kepada jenis agegat yang digunakan.
Penelitian ini dibagi menjadi dua bgian yaitu Penelitian Panjang Penjangkaran dan Penelitian Distribusi Tegangan Lekat, untuk penelitian panjang penjangkaran dibuat variasi panjang penjangkaran dan diameter tulangan yaitu 15, 20, 25, dan 30 cm panjang penjangkaran untuk masing-masing diameter yaitu 10, 12 dan 16mm. Sedangkan untuk distribusi Tegangan Lekat dibuat tiga titik tinjau pada masing-masing diameter yaitu 10, 12 dan 16 mm pada jarak 7.5, 15, dan 22.5 cm dari sisi yang tidak terbebani yang dijangkarkan sedalam 30 cm pada benda uji berbentuk selinder diameter 15 cm tinggi 30 cm.
Pada penelitian panjang penjangkaran diperoleh bahwa panjang penjangkaran optimum sebesar 20 cm pada tiap diameter baja tulangan polos yang diteliti sedangkan pada penelitian Distribusi Tegangan Lekat diperoleh bahwa tegangan Iekat mencapai harga maksimum didekat sisi yang terbebani dan menurun secara non linier menuju sisi yang tidak terbebani."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T.M. Muriansyah Riza
"Salah satu karakteristik penting dari hubungan antara beton dengan elemen penguatnya adalah kekuatan lekatan antara keduanya. Kekuatan lekatan ini akan berpengaruh terhadap penentuan panjang penjangkaran minimum yang hams disediakan agar tulangan baja tidak tercabut dari betonnya pada saat beban luar diberikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan selama ini umumnya menyelidiki hubungan antara tegangan lekat rata-rata dengan slip yang diukur dengan menggunakan dial gages.
Tegangan lekat ini menjadi masalah yang cukup penting untuk diperhatikan pada kasus penggunaan tulangan polos, di mana kuat lekat biasanya bergantung pada adhesi kimiawi antara tulangan baja dan beton di sekelilingnya. Pada saat slip antara tulangan dan beton teriadi, maka lekatan ini bergantung pada friksi antara kedua material di atas. Friksi yang dimaksud ini amat tergantung kepada kekuatan agregat dalam beton.
Penelitian ini ingin melihat hubungan kuat lekat antara tulangan baja polos dengan beton ringan yang menggunakan agregat kasar Pumice dan agregat halus pasir alam. Agregat kasar Pumice memiliki kekuatan yang relatif kecil, di mana prosentase keausannya mencapai tingkat 48.37 %. Untuk beton ini digunakan semen Cap Rumah yang termasuk ke dalamjenis Mixed Cement.
Penelitian ini dibagi menjadi dua subtopik, yaitu penelitian panjang penjangkaran dan penelitian distribusi tegangan lekat. Prosedur yang dipilih untuk penelitian ini adalah Pull-out Test (uji cabut) dengan benda uji silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dengan penulangan monoaksial.
Penelitian panjang penjangkaran bertujuan untuk mendapatkan panjang penjangkaran yang paling optimum. Keragaman panjang penjangkaran yang dibuat untuk penelitian ini adalah 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Untuk tulangan dengan diameter 8, 10, 12, dan 16 mm diperoleh harga panjang penjangkaran optimum sebesar 20 cm, sedangkan untuk tulangan berdiameter 19 mm adalah 25 cm.
Penelitian distribusi tegangan lekat melihat hubungan dari beban luar yang diberikan dengan regangan baja yang didapat dari pembacaan Steel Strain Data Logger, pada titik-titik sejarak 7.5, 15 dan 22.5 cm dari sisi yang tidak terbebani masing-masing untuk tulangan baja diameter 10, 12 dan 16 mm yang dijangkarkan sedalam 30 cm ke dalam silinder beton.
Dari penelitian distribusi tegangan lekat diperoleh bahwa tegangan lekat mencapai suatu harga maksimum di dekat sisi yang terbebani dan penurun secara nonlinier menuju sisi yang tidak terbebani. Besar tegangan lekat yang teriadi dan hubungannya dengan slip yang dihasilkan menunjukkan suatu nilai yang cukup baik, relatif terhadap penelitian sebelumnya yang menggunakan beton normal. Keruntuhan lekatan yang teriadi pada penelitian ini berupa keruntuhan cabut (diameter < 19 mm) dan keruntuhan retak-pecah pada tulangan berdiameter 19 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Priambodo Wisnubaroto
"Pendahuluan: Instrumentasi posterior mengharuskan dipertahankannya fiksasi stabil sekrup pedikel di tulang belakang untuk mencapai fusi. Hal ini dapat menjadi sulit terutama pada kondisi tertentu, misalnya pada penurunan densitas masa tulang pedikel. Teknik insersi sekrup dengan lintasan kortikal diharapkan menambah antarmuka sekrup dan tulang dengan meningkatkan engagement antara sekrup dengan korteks tulang. Lintasan sekrup dari arah kortikal infero-superior serta kortikal supero-inferior diharapkan memiliki keunggulan kekuatan cabut (pullout strength) dibandingkan dengan lintasan konvensional dalam mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil biomekanik awal lintasan kortikal dan perbedaan pull out strength lintasan konvensional (Weinstein, 1992), kortikal infero-superior (Santoni, 2009), dan kortikal supero-inferior.
Metode: Sampel dari lumbal (L1-L5) babi Yorkshire (n=30) dilakukan pengukuran morfometri dan dibagi secara acak. Sampel dilakukan pengeboran dan sekrup dimasukkan ke dalam tulang dengan tiga lintasan: konvensional, kortikal infero-superior, dan kortikal supero-inferior. Arah lintasan diperiksa kembali dengan sinar-x. Dilakukan penarikan sekrup dengan arah sesuai aksis insersi sekrup dengan kecepatan translasi 5mm/menit. Hasil dicatat dengan satuan Newton (N).
Hasil: Didapatkan rata-rata nilai uji tarik pada kelompok konvensional, infero-superior, dan supero-inferior masing-masing 491,72 (187.23) N, 822,16 (295.73) N, dan 644,14 (201.97) N. Lintasan kortikal infero-superior dan kortikal supero-inferior masing-masing mendapatkan nilai 67% dan 30% lebih tinggi dibandingkan dengan lintasan konvensional. Hasil uji ANOVA satu arah dan uji post-hoc Tukey menunjukkan perbedaan signifikan antara lintasan kortikal infero-superior dengan konvensional (p<0.01).
Kesimpulan: Lintasan sekrup dalam tulang lumbal dapat memengaruhi nilai pullout sekrup. Keterlibatan tulang kortikal pada lintasan insersi sekrup baru ini bisa meningkatkan nilai pullout sekrup pedikel. Secara statistik pullout strength lintasan kortikal infero-superior dan kortikal supero-inferior tidak ada perbedaan. Studi ini menunjukkan nilai pullout yang lebih tinggi sebesar 30% dari lintasan yang disarankan peneliti dibandingkan dengan lintasan konvensional, walaupun tidak ada perbedaan signifikan secara statistik.

Introduction: Posterior instrumentation is aimed to achieve spinal fusion which is helped by maintaining a stable pedicle screw insertion within the pedicle. This presents a challenge especially in conditions with low bone quality. Pedicle screw insertion with cortical bone trajectory is designed to add interface between the screw and the bone through engagement between pedicles and the cortex when compared to conventional pedicle screw insertion. Pedicle screw insertion trajectory from cortical infero-superior and the proposed cortical supero-inferior should obtain better pull out performance when compared with conventional pedicle trajectory. We aim to evaluate the pull out strength differences between conventional (Weinstein, 1992) pedicle screw trajectory, cortical infero-superior (Santoni, 2009), and a proposed cortical supero-inferior trajectory.
Methods: Samples from Yorkshire porcine lumbar spine (L1-L5) (n=30) were relieved of soft tissue attachments and dried. Morphometric measurements were conducted and the samples were randomly assigned to three groups. The screws were inserted into the vertebrae by drilling with the three trajectories: conventional, cortical infero-superior, and cortical supero-inferior. The trajectory of the screws were examined using x-rays. Pull-out tests were conducted by applying uniaxial traction in line with the screw trajectory with a translational speed of 5mm/minutes. The results of the pull-out are measured in Newton (N).
Results: We obtained a mean value of pullout force in conventional trajectory 491,72 (187.2) N, cortical infero-superior 822,16 (295.73) N, and cortical supero-inferior 644,14 (201.97) N. Cortical infero-superior trajectory and cortical supero-inferior trajectory attained 67% and 30% higher pullout mean respectively. Using one-way ANOVA and a post-hoc Tukey test revealed a significant difference between cortical infero-superior and conventional trajectory (p<0.01). Differing pull out strengths between cortical infero-superior and supero-inferior trajectory showed no statistical significance. Our study showed a 30% higher pull-out strength in our proposed trajectory compared with conventional trajectory although not statistically significant.
Conclusion: The trajectory of the screws within the lumbar spine seemed to have an impact in pullout strength. Cortical bone engagement using the novel trajectories may increase screw pullout strength of pedicle screws.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suhri
"ABSTRAK
Alga epifitik hidup menempel pada berbagai jenis tumbuhan akuatik dan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik perairan.
Untuk mengetahui keanekaan marga alga epifitik pada teratai (Nymphaea lotus L.), dilakukan penelitian di Kolara Kampus UI Depok. Pemilihan titik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode modifiKasi 'direct count method.
Alga epifitik yang ditemukan pada tangkai daun teratai ada 24 marga, yaitu Achnanthes, Anabaena, Ankistrodenmus, Anomoeoneis, Asterionella, Closterium, Cosmarium, Gymbella, Euastrum, Glenodinium, Gloeocapsa, Gonrphonema, Gyrosigma, Micrasterias, Navicula. Oedogonium, Oscillatoria, Pediastrum, Pinnularia, Scenedesmus, Spirulina, Staurartrum, Stauroneis dan Tabellaria. Alga epifitik yang ditemukan pada helaian daun teratai ada 26 marga, sama seperti di atas ditambah Pandorina dan Peridinium. Marga alga epifitik yang ditemukan paling melimpah adalah Navicula, Gomphonema , Ankistrodenmus, Cymbella, dan Oscillatoria.
Pada helaian daun dan langkai daun teratai, alga epifitik yang dominan adalah marga alga yang tergolong ke dalam Bacillariophyta dan Chlorophyta. Berdasarkan komposisi marga alga epifitik, ternyata helaian daun dan tangkai daun teratai memiliki kesamaan yang tinggi, dengan nilai indeks kesamaan sebesar 96 %. Indeks keanekaan marga alga epifitik pada helaian daun dan tangkai daun, nasing-masing sebesar 2,01172 dan 1,99005. Kedua indeks keanekaan tersebut tidak berbeda nyata.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Mursalin
"Beton mempakan salah satu jenis bahan yang banyak dipergunakan untuk keperluan konstruksi di berbagai tempat, mulai dad konstruksi rumah tinggal, gedung bertingkat banyak dan prasarana lainnya. Perkembangan penggunaan konstruksi beton tersebut menuntut kekuatan material yang cukup tinggi agar diperoleh struktur yang kuat dan ekonomis.
Konstruksi beton untuk rumah tinggal umumnya memakai beton dengan mutu rendah dan beton mutu sedang. Sehingga diperlukan suatu material yang cukup ekonomis, khususnya semen, dalam membuat beton mutu tersebut. Untuk itu, sekarang ini telah dibuat suatu jenis semen cap rumah yang unsur pembentulmya relatif lebih murah dibandingkan dengan semen tipe I. Semen jenis ini memang diperuntukkan bagi pembuatan rumah tinggal yang sederhana Tugas akhir ini dilakukan untuk menyelidiki penaruh penggunaan semen cap rumah tersebut di atas untuk menghasilkan beton dengan fc = 200 kg/cm2 dan fc = 350 kg/cm2 serta studi mengenai perilaku mekanisnya. Beberapa perilaku mekanis yang akan diteliti antara lain yaitu : Kekuatan Tekan, Kekuatan Tarik Belah, Kekuatan Lentur, Modulus Elastisitas (E) dan Poisson?s Ratio dari beton tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat beberapa samel beton yang terbuat dari campuran pasir bangka, batu pecah/split dan semen cap rumah. Sampel beton yang akan dibuat berupa silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, balok standar ASTM dengan memperhatikan peraturan serta standar yang lainnya.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui perilaku mekanis dari beton tersebut untuk masing-masing sampel dan juga dapat memberikan ukuran kekuatan yang diharapkan dari beton yang didesain ppada struktur yang nyata."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuels, Leonard E.
"The quality and usefulness of micrographs depends greatly on the preparation and polishing of metallographic specimens, and the work of Leonard Samuels has been instrumental in achieving a more scientific understanding of the effects and mechanisms by which material is removed during preparation of metallographic specimens. This book provides comprehensive and authoritative coverage of mechanical polishing methods to ensure the quality and usefulness of micrographs. The 4th Edition covers the advances that have been made since the 3rd Edition was published in 1982. These advances have enabled manual preparation procedures to be reassessed, with the result that considerable simplifications have become possible. Major advances have also been made in the development of semiautomatic machines and preparation procedures over the last few years with the objective of increasing productivity and improving reliability. These processes use abrasive machining devices that are significantly different from those used in manual procedures. They also are discussed, but necessarily in a more limited way than for manual procedures because less basic information is available. Other updates and clarifications have been provided throughout the book to create a complete, easy-to-use, and up-to-date information resource on this topic.
"
Materials Park, Ohio: ASM International, 2003
e20451740
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Dhiyaa Bramantyo
"Kawasan Universitas Indonesia termasuk ke dalam kawasan urban yang memiliki keanekaragaman berbagai famili tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan invasif. Jenis-jenis tumbuhan invasif di kawasan Universitas Indonesia terekam dan menjadi koleksi Herbarium Depokensis (UIDEP). UIDEP sebagai herbarium tingkat universitas yang berada di bawah Departemen Biologi FMIPA UI menyimpan koleksi awetan botani yang dapat berperan sebagai rujukan dan dimanfaatkan dalam penelitian di berbagai bidang. Akan tetapi, spesimen tumbuhan invasif koleksi UIDEP belum mempunyai kondisi fisik yang representatif dan informasi taksonomi yang valid sehingga memerlukan upaya manajemen herbarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh koleksi spesimen tumbuhan invasif yang valid dan representatif di UIDEP melalui manajemen herbarium supaya dapat dijadikan rujukan ilmiah. Proses manajemen herbarium dilakukan terhadap 56 spesimen tumbuhan invasif dan terdiri atas validasi taksonomi, perawatan dan perbaikan spesimen, serta digitalisasi dan pengunggahan data spesimen ke pangkalan data herbarium. Sebanyak 11 jenis dari 6 famili tumbuhan berhasil didapatkan lewat morfometrik karakter morfologi dan identifikasi spesies. Famili Poaceae merupakan famili dengan anggota jenis invasif terbanyak (4 jenis), sedangkan spesies Asystasia gangetica merupakan spesies tumbuhan invasif dengan jumlah lembar spesimen terbanyak (15 lembar). Hasil validasi taksonomi juga menunjukkan 2 lembar spesimen Panicum sp. dan 2 lembar spesimen Pennisetum polystachion mengalami perubahan nomenklatur sesuai tata nama botani yang berlaku saat ini. Terdapat 29 lembar spesimen yang mengalami permasalahandan memerlukan tindakan perbaikan sesuai dengan permasalahan yang dialami pada lembar spesimen masing-masing. Proses digitalisasi spesimen selanjutnya dilakukan dengan pengubahan informasi label tempel ke dalam bentuk tabel Excel, pendokumentasian spesimen, dan pengunggahan data ke pangkalan data UIDEP melalui situs web (ruangkoleksibiotaui.id). Spesimen herbarium yang telah valid dan representatif melalui manajemen herbarium diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

The University of Indonesia area is an urban area with a diversity of plant families, one of which is an invasive plant. Invasive plant species in the University of Indonesia area were recorded and became the Herbarium Depokensis (UIDEP) collection. UIDEP, as a university-level herbarium under the Department of Biology FMIPA UI, keeps a collection of preserved botanicals that can serve as a reference and be used in research in various fields. However, specimens of invasive plants from the UIDEP collection require herbarium management efforts to have representative physical conditions and valid taxonomic information. This study aimed to obtain a valid and representative collection of invasive plant specimens at UIDEP through herbarium management to be used as scientific references. The herbarium management process was carried out on 56 specimens of invasive plant and consisted of taxonomic validation, specimen maintenance and repair, and digitization and specimen data upload to the herbarium database. A total of 11 species from 6 plant families were obtained through morphometric characters and species identification. The Poaceae family is the family with the most invasive species (4 species), while Asystasia gangetica is the invasive plant species with the highest number of specimens (15). The taxonomic validation results also showed 2 specimens of Panicum sp. and 2 specimens of Pennisetum polystachion underwent nomenclature changes according to the current botanical nomenclature. There are 29 specimen sheets that experience problems and require corrective action following the problems experienced on each specimen sheet. The process of digitizing the specimens was then carried out by converting the patch label information into an Excel table, documenting the specimens, and uploading the data to the UIDEP database via the website (ruangkoleksibiotaui.id). It is hoped that the wider community can utilize herbarium specimens that have been valid and representative through herbarium management."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1972
686.2 SPE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Goldscheider, Gaby
Windsors: Berkshire Gaby Goldscheider, 1979
688.7 GOL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Emery Walker, 1949
891.55 RUB (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>