Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Yayat Suryatna
"Penggunaan Semen Cap Rumah umumnya pada pembangunan rumah tinggal sederhana dimana pasir alam dan kerikil alam juga dominan digunakan dengan mutu beton rendah sampai sedang, penggunaan semen cap rumah ini ditujukan kebanyakan untuk bagian-bagian bangunan yang tidak memikul beban struktural, tujuan pemakaian semen ini semata-mata untuk tujuan ekonomis karena harga semen cap rumah sendiri jauh Iebih murah dari semen tipe I biasa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui salah satu karakteristik penting dari hubungan antara beton dan tulangan penguat yaitu kekuatan lekatan antaran keduanya. Kekuatan lekatan ini akan berpengaruh terhadap panjang penjangkaran minimum yang harus disediakan agar tulangan penguat tidak tercabut dari betonnya pada saat bekerja beban Iuar, sehingga memungkinkan penggunaan semen cap rumah untuk tujuan konstruksi yang struktural tanpa menyampingkan segi ekonomisnya.
Pada kasus penggunaan tulangan polos kekuatan Iekat menjadi masalah yang cukup penting dimana kekuatan lekatan hanya bergantung kepada adhesi antara tulangan dengan beton yang ada disekelilingnya, dan kekuatan adhesi ini tergantung dari pemakain bahan pembentuk dari beton itu sendiri. Pada saat slip antara beton dan tulangan terjadi, maka lekatan ini hanya bergantung kepada friksi antara kedua material tersebut dan friksi tersebut tergantung kepada jenis agegat yang digunakan.
Penelitian ini dibagi menjadi dua bgian yaitu Penelitian Panjang Penjangkaran dan Penelitian Distribusi Tegangan Lekat, untuk penelitian panjang penjangkaran dibuat variasi panjang penjangkaran dan diameter tulangan yaitu 15, 20, 25, dan 30 cm panjang penjangkaran untuk masing-masing diameter yaitu 10, 12 dan 16mm. Sedangkan untuk distribusi Tegangan Lekat dibuat tiga titik tinjau pada masing-masing diameter yaitu 10, 12 dan 16 mm pada jarak 7.5, 15, dan 22.5 cm dari sisi yang tidak terbebani yang dijangkarkan sedalam 30 cm pada benda uji berbentuk selinder diameter 15 cm tinggi 30 cm.
Pada penelitian panjang penjangkaran diperoleh bahwa panjang penjangkaran optimum sebesar 20 cm pada tiap diameter baja tulangan polos yang diteliti sedangkan pada penelitian Distribusi Tegangan Lekat diperoleh bahwa tegangan Iekat mencapai harga maksimum didekat sisi yang terbebani dan menurun secara non linier menuju sisi yang tidak terbebani."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T.M. Muriansyah Riza
"Salah satu karakteristik penting dari hubungan antara beton dengan elemen penguatnya adalah kekuatan lekatan antara keduanya. Kekuatan lekatan ini akan berpengaruh terhadap penentuan panjang penjangkaran minimum yang hams disediakan agar tulangan baja tidak tercabut dari betonnya pada saat beban luar diberikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan selama ini umumnya menyelidiki hubungan antara tegangan lekat rata-rata dengan slip yang diukur dengan menggunakan dial gages.
Tegangan lekat ini menjadi masalah yang cukup penting untuk diperhatikan pada kasus penggunaan tulangan polos, di mana kuat lekat biasanya bergantung pada adhesi kimiawi antara tulangan baja dan beton di sekelilingnya. Pada saat slip antara tulangan dan beton teriadi, maka lekatan ini bergantung pada friksi antara kedua material di atas. Friksi yang dimaksud ini amat tergantung kepada kekuatan agregat dalam beton.
Penelitian ini ingin melihat hubungan kuat lekat antara tulangan baja polos dengan beton ringan yang menggunakan agregat kasar Pumice dan agregat halus pasir alam. Agregat kasar Pumice memiliki kekuatan yang relatif kecil, di mana prosentase keausannya mencapai tingkat 48.37 %. Untuk beton ini digunakan semen Cap Rumah yang termasuk ke dalamjenis Mixed Cement.
Penelitian ini dibagi menjadi dua subtopik, yaitu penelitian panjang penjangkaran dan penelitian distribusi tegangan lekat. Prosedur yang dipilih untuk penelitian ini adalah Pull-out Test (uji cabut) dengan benda uji silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dengan penulangan monoaksial.
Penelitian panjang penjangkaran bertujuan untuk mendapatkan panjang penjangkaran yang paling optimum. Keragaman panjang penjangkaran yang dibuat untuk penelitian ini adalah 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Untuk tulangan dengan diameter 8, 10, 12, dan 16 mm diperoleh harga panjang penjangkaran optimum sebesar 20 cm, sedangkan untuk tulangan berdiameter 19 mm adalah 25 cm.
Penelitian distribusi tegangan lekat melihat hubungan dari beban luar yang diberikan dengan regangan baja yang didapat dari pembacaan Steel Strain Data Logger, pada titik-titik sejarak 7.5, 15 dan 22.5 cm dari sisi yang tidak terbebani masing-masing untuk tulangan baja diameter 10, 12 dan 16 mm yang dijangkarkan sedalam 30 cm ke dalam silinder beton.
Dari penelitian distribusi tegangan lekat diperoleh bahwa tegangan lekat mencapai suatu harga maksimum di dekat sisi yang terbebani dan penurun secara nonlinier menuju sisi yang tidak terbebani. Besar tegangan lekat yang teriadi dan hubungannya dengan slip yang dihasilkan menunjukkan suatu nilai yang cukup baik, relatif terhadap penelitian sebelumnya yang menggunakan beton normal. Keruntuhan lekatan yang teriadi pada penelitian ini berupa keruntuhan cabut (diameter < 19 mm) dan keruntuhan retak-pecah pada tulangan berdiameter 19 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhri
"ABSTRAK
Alga epifitik hidup menempel pada berbagai jenis tumbuhan akuatik dan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik perairan.
Untuk mengetahui keanekaan marga alga epifitik pada teratai (Nymphaea lotus L.), dilakukan penelitian di Kolara Kampus UI Depok. Pemilihan titik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode modifiKasi 'direct count method.
Alga epifitik yang ditemukan pada tangkai daun teratai ada 24 marga, yaitu Achnanthes, Anabaena, Ankistrodenmus, Anomoeoneis, Asterionella, Closterium, Cosmarium, Gymbella, Euastrum, Glenodinium, Gloeocapsa, Gonrphonema, Gyrosigma, Micrasterias, Navicula. Oedogonium, Oscillatoria, Pediastrum, Pinnularia, Scenedesmus, Spirulina, Staurartrum, Stauroneis dan Tabellaria. Alga epifitik yang ditemukan pada helaian daun teratai ada 26 marga, sama seperti di atas ditambah Pandorina dan Peridinium. Marga alga epifitik yang ditemukan paling melimpah adalah Navicula, Gomphonema , Ankistrodenmus, Cymbella, dan Oscillatoria.
Pada helaian daun dan langkai daun teratai, alga epifitik yang dominan adalah marga alga yang tergolong ke dalam Bacillariophyta dan Chlorophyta. Berdasarkan komposisi marga alga epifitik, ternyata helaian daun dan tangkai daun teratai memiliki kesamaan yang tinggi, dengan nilai indeks kesamaan sebesar 96 %. Indeks keanekaan marga alga epifitik pada helaian daun dan tangkai daun, nasing-masing sebesar 2,01172 dan 1,99005. Kedua indeks keanekaan tersebut tidak berbeda nyata.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Mursalin
"Beton mempakan salah satu jenis bahan yang banyak dipergunakan untuk keperluan konstruksi di berbagai tempat, mulai dad konstruksi rumah tinggal, gedung bertingkat banyak dan prasarana lainnya. Perkembangan penggunaan konstruksi beton tersebut menuntut kekuatan material yang cukup tinggi agar diperoleh struktur yang kuat dan ekonomis.
Konstruksi beton untuk rumah tinggal umumnya memakai beton dengan mutu rendah dan beton mutu sedang. Sehingga diperlukan suatu material yang cukup ekonomis, khususnya semen, dalam membuat beton mutu tersebut. Untuk itu, sekarang ini telah dibuat suatu jenis semen cap rumah yang unsur pembentulmya relatif lebih murah dibandingkan dengan semen tipe I. Semen jenis ini memang diperuntukkan bagi pembuatan rumah tinggal yang sederhana Tugas akhir ini dilakukan untuk menyelidiki penaruh penggunaan semen cap rumah tersebut di atas untuk menghasilkan beton dengan fc = 200 kg/cm2 dan fc = 350 kg/cm2 serta studi mengenai perilaku mekanisnya. Beberapa perilaku mekanis yang akan diteliti antara lain yaitu : Kekuatan Tekan, Kekuatan Tarik Belah, Kekuatan Lentur, Modulus Elastisitas (E) dan Poisson?s Ratio dari beton tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat beberapa samel beton yang terbuat dari campuran pasir bangka, batu pecah/split dan semen cap rumah. Sampel beton yang akan dibuat berupa silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, balok standar ASTM dengan memperhatikan peraturan serta standar yang lainnya.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui perilaku mekanis dari beton tersebut untuk masing-masing sampel dan juga dapat memberikan ukuran kekuatan yang diharapkan dari beton yang didesain ppada struktur yang nyata."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Dhiyaa Bramantyo
"Kawasan Universitas Indonesia termasuk ke dalam kawasan urban yang memiliki keanekaragaman berbagai famili tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan invasif. Jenis-jenis tumbuhan invasif di kawasan Universitas Indonesia terekam dan menjadi koleksi Herbarium Depokensis (UIDEP). UIDEP sebagai herbarium tingkat universitas yang berada di bawah Departemen Biologi FMIPA UI menyimpan koleksi awetan botani yang dapat berperan sebagai rujukan dan dimanfaatkan dalam penelitian di berbagai bidang. Akan tetapi, spesimen tumbuhan invasif koleksi UIDEP belum mempunyai kondisi fisik yang representatif dan informasi taksonomi yang valid sehingga memerlukan upaya manajemen herbarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh koleksi spesimen tumbuhan invasif yang valid dan representatif di UIDEP melalui manajemen herbarium supaya dapat dijadikan rujukan ilmiah. Proses manajemen herbarium dilakukan terhadap 56 spesimen tumbuhan invasif dan terdiri atas validasi taksonomi, perawatan dan perbaikan spesimen, serta digitalisasi dan pengunggahan data spesimen ke pangkalan data herbarium. Sebanyak 11 jenis dari 6 famili tumbuhan berhasil didapatkan lewat morfometrik karakter morfologi dan identifikasi spesies. Famili Poaceae merupakan famili dengan anggota jenis invasif terbanyak (4 jenis), sedangkan spesies Asystasia gangetica merupakan spesies tumbuhan invasif dengan jumlah lembar spesimen terbanyak (15 lembar). Hasil validasi taksonomi juga menunjukkan 2 lembar spesimen Panicum sp. dan 2 lembar spesimen Pennisetum polystachion mengalami perubahan nomenklatur sesuai tata nama botani yang berlaku saat ini. Terdapat 29 lembar spesimen yang mengalami permasalahandan memerlukan tindakan perbaikan sesuai dengan permasalahan yang dialami pada lembar spesimen masing-masing. Proses digitalisasi spesimen selanjutnya dilakukan dengan pengubahan informasi label tempel ke dalam bentuk tabel Excel, pendokumentasian spesimen, dan pengunggahan data ke pangkalan data UIDEP melalui situs web (ruangkoleksibiotaui.id). Spesimen herbarium yang telah valid dan representatif melalui manajemen herbarium diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

The University of Indonesia area is an urban area with a diversity of plant families, one of which is an invasive plant. Invasive plant species in the University of Indonesia area were recorded and became the Herbarium Depokensis (UIDEP) collection. UIDEP, as a university-level herbarium under the Department of Biology FMIPA UI, keeps a collection of preserved botanicals that can serve as a reference and be used in research in various fields. However, specimens of invasive plants from the UIDEP collection require herbarium management efforts to have representative physical conditions and valid taxonomic information. This study aimed to obtain a valid and representative collection of invasive plant specimens at UIDEP through herbarium management to be used as scientific references. The herbarium management process was carried out on 56 specimens of invasive plant and consisted of taxonomic validation, specimen maintenance and repair, and digitization and specimen data upload to the herbarium database. A total of 11 species from 6 plant families were obtained through morphometric characters and species identification. The Poaceae family is the family with the most invasive species (4 species), while Asystasia gangetica is the invasive plant species with the highest number of specimens (15). The taxonomic validation results also showed 2 specimens of Panicum sp. and 2 specimens of Pennisetum polystachion underwent nomenclature changes according to the current botanical nomenclature. There are 29 specimen sheets that experience problems and require corrective action following the problems experienced on each specimen sheet. The process of digitizing the specimens was then carried out by converting the patch label information into an Excel table, documenting the specimens, and uploading the data to the UIDEP database via the website (ruangkoleksibiotaui.id). It is hoped that the wider community can utilize herbarium specimens that have been valid and representative through herbarium management."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuels, Leonard E.
"The quality and usefulness of micrographs depends greatly on the preparation and polishing of metallographic specimens, and the work of Leonard Samuels has been instrumental in achieving a more scientific understanding of the effects and mechanisms by which material is removed during preparation of metallographic specimens. This book provides comprehensive and authoritative coverage of mechanical polishing methods to ensure the quality and usefulness of micrographs. The 4th Edition covers the advances that have been made since the 3rd Edition was published in 1982. These advances have enabled manual preparation procedures to be reassessed, with the result that considerable simplifications have become possible. Major advances have also been made in the development of semiautomatic machines and preparation procedures over the last few years with the objective of increasing productivity and improving reliability. These processes use abrasive machining devices that are significantly different from those used in manual procedures. They also are discussed, but necessarily in a more limited way than for manual procedures because less basic information is available. Other updates and clarifications have been provided throughout the book to create a complete, easy-to-use, and up-to-date information resource on this topic.
"
Materials Park, Ohio: ASM International, 2003
e20451740
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1972
686.2 SPE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Basalamah
"
Orangutan is the Asian representative of the great apes. Its present range is confined to dwindling areas on the islands of Sumatera (Pongo abelii) and Borneo (Pongo pygmaeus) (Rijksen & Meijaard, 1999). Orangutans are arboreal (Rijksen, 1978; Galdikas, 1978), frugivorous (MacKinnon, 1974) and live semi-solitary in fission- fusion societies (Delgado & van Schaik, 2000). Ketambe, one of the major orangutan sites, supports a population density of 3-5 ind/km2 . Ketambe Research Center, which is based in Gunung Leuser Ecosystem, was run since early 1970. There are at least six families of orangutans living in the research areal of 450 ha, including the offspring of the ex rehabilitation orangutans. Orangutans in this area have been studied since 1971, where many behavioral and ecological studies have been conducted.. One of the most important studies identified matrilines within Ketambe based on genetic analysis (Atmoko, 2000) Female orangutans in Ketambe tend to be philopatric which means that they remain in their natal or birth groups. This condition is the result of intense competition among individual orangutans over food patchs because they often form dominance relations when meeting in the same food patch. Dominan ranking of ex-rehabilitation orangutans, based on a liniear index of responses in the context of displacement at a food patch, tends to be lower than those of wild orangutans. Orangutans travel and forage to find food patches within their habitat. By using software GIS Arc View 3.3, Day Journey Length (DHL) adult females including ex-rehabilitation female orangutan ex-rehabilitant is known to be 37-2.106 meters with an average between 437-795 meter. The matrilinial relationship between individuals influence each other in foraging and competition to form home ranges, especially for females. Orangutans matrilines tend to have overlapping home ranges between 46,66% - 97,07%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39627
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Azhyra Dwi Ayu
"ABSTRAK
Begonia isoptera merupakan salah satu spesies Begonia di Jawa yang memiliki distribusi luas dan variasi morfologi tinggi, sehingga batasan spesies menjadi luas dan spesies menjadi kompleks. Analisis morfologi telah dilakukan terhadap 74 koleksi spesimen awetan B. isoptera di Herbarium Bogoriense BO menggunakan 12 karakter vegetatif dan 7 karakter generatif untuk menentukan karakter diagnostik dalam variasi morfologi B. isoptera kompleks, mengelompokkan B. isoptera kompleks berdasarkan kesamaan karakter morfologi, dan melihat pola morfologi berdasarkan lokasi dan ketinggian. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesimen B. isoptera kompleks terbagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu B. isoptera kelompok hairy tangkai daun bertrikoma , B. isoptera kelompok glabrous tangkai daun gundul , dan B. isoptera kelompok intermediate spesimen dengan perpaduan karakter antara kelompok hairy dan kelompok glabrous . Pengelompokan spesimen menggunakan Cluster Analysis menunjukkan bahwa spesimen B. isoptera kelompok glabrous mengelompok ke dalam cluster 3 sedangkan spesimen kelompok hairy dan intermediate tercampur dalam cluster 1 dan 2. Diagram pencar hasil Principal Component Analysis juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu spesimen B. isoptera kelompok glabrous memisah dari kelompok spesimen lain serta umumnya berasal dari daerah Banten dan Jawa Barat pada ketinggian 0 ndash;600 m dpl sementara spesimen B. isoptera kelompok hairy dan sebagian besar spesimen kelompok intermediate menjadi satu kelompok serta berasal dari daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah pada ketinggian 1000 ndash;2200 m dpl.

ABSTRACT
Begonia isoptera is one of the most widespread species with highly varied morphological character Begonia in Java, thus making it a complex species. Morphological analysis has been conducted using 12 vegetative characters and 7 generative characters of 74 specimens collection in Herbarium Bogoriense BO to determine morphological diagnostic character in B. isoptera complex, create groups based on its similarities, and observe morphological patterns from different location and elevation. The analysis resulted in 3 groups of B. isoptera complex 1 hairy B. isoptera petiole covered with trichome , 2 glabrous B. isoptera petiole not covered with trichome , and 3 intermediate B. isoptera specimens with mixed characters between hairy and glabrous group . Cluster Analysis showed that glabrous B. isoptera specimens is grouped into cluster 3 while hairy B. isoptera specimens and most of intermediate B. isoptera specimens are mixed into cluster 1 and cluster 2. Scatter plot from Principal Component Analysis also showed that glabrous B. isoptera tends to separate morphologically with other specimens and are located in Banten and lowland West Java, between 0 ndash 600 m asl. On the contrary, hairy B. isoptera and intermediate B. isoptera clumped into one group and are located in montane West Java and Central Java, between 1000 ndash 2200 m asl."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldscheider, Gaby
Windsors: Berkshire Gaby Goldscheider, 1979
688.7 GOL d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>