Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60608 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mursid
"
ABSTRAK
Pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat dan perkembangan pemukiman
dalam wilayah administrasi yang masuk kedalam daerah aliran sungai Ciliwung
menyebabkan terjadinya laju perubahan penggunaan lahan yang cukup tinggi.
Keadaan ini menyebabkan secara langsung berubahnya koefisien aliran dari daerah
aliran sungai Ciliwung ini, sehingga debit banjir yang terjadi didaerah aliran sungai
Ciliwung ini juga berubah.

Analisa yang dilakukan antara lain terhadap beberapa data dan literamr
yang dapat membetikan gambaran tentang perubahan penggunaan lahan di dalam
wilayah administrasi yang terrnasuk dalam daerah aliran sungai Ciliwung. Selain
analisa terhadap perubahan penggunaan lahan juga dilakukan analisa terhadap
data hidrologi untuk memperhitungkan curah hujan rencana dan debit banjir
rencana, yang mempenaruhi besamya debit banjir sungai Ciliwung, yang teijadi
pada daerah pengamatan tepatnya di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan.
Analisa yang dilakukan menggunakan beberapa metoda yang umum
digunakan, untuk analisa frequency yaitu metoda Gumbel dan Log Pearson Type
III, serta analisa debit banjir rencana menggunakan metoda Melchior, Haspers,
Rasional dan Hidrograf Banjir metoda Nakayasu dengan kondisi data yang ada. Dari hasil analisa terlebih dahulu dilakukan pengujian atau rnembandingkan hasil
analisa, untuk menetapkan analisa yang dianggap hasilnya mendekati keadaan yang
sesungguhnya dari beberapa metoda analisa yang digunakan.
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap seri data tata guna lahan temyata
penggunaan lahan pada daerah aliran sungai Ciliwung terjadi perubahan komposisi
penggunaan lahannya, yang berakibat langsung terhadap besarnya debit banjir.
I-Ial ini dapat dibuktikan melalui hasil analisa pembahan debit banjir di penampang
PR 152 Pintu Air Manggarai.
Berdasarkan hasil analisa Perubahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran
Sungai Ciliwung Terhadap Debit Banjir tersebut, diharapkan pihak yang terkait,
dapat mengambilnya sebagai gambaran untuk menentukan kebijakan terhadap
penggunaan lahan pada Daerah Aliran Sungai dan kondisi alur sungai Ciliwung di
masa yang akan datang.
"
1997
S35065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wahyuningsih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T40633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Aqiella Widita
"Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang berlokasi di wilayah Jawa Tengah yang setiap tahun selalu mengalami banjir. Salah satu kejadian banjir terbesar yaitu pada tahun 1990 akibat meluapnya sungai Garang yang menjadi sungai utama pada DAS ini. Perubahan tutupan lahan pada DAS menjadi salah satu faktor banjir terus terjadi berulang. Tutupan lahan dapat dilihat melalui citra satelit Google Earth dan diproses dengan ArcGIS melalui metode Maximum Likelihood Classification (MLC) untuk tahun 1990, 2000, 2010, 2020, dan diperbandingkan dengan peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Semarang. Dari proses tersebut akan menghasilkan peta tutupan lahan DAS Garang yang terdapat data persentase tutupan lahan kedap air dan nomor kurva (CN) untuk setiap subdas. Kedua nilai tersebut menjadi input pada aplikasi Hec-HMS beserta dengan data lainnya seperti karakteristik aliran sungai dan subdas. Metode untuk simulasi dengan Hec-HMS untuk subdas menggunakan SCS CN dan untuk reach dengan metode Kinematic Wave Routing. Simulasi dengan Hec-HMS menggunakan data hujan maksimum tahunan stasiun hujan Ungaran, Simongan, Gunung Pati, dan Kalisari. Data hujan akan diuji dengan uji distribusi serta konsistensi sampai mendapatkan hujan rerata wilayah dengan metode Thiessen beserta hujan rencana periode ulang 25 tahun dan 50 tahun. Hasil simulasi Hec-HMS berupa hidrograf banjir akan digunakan sebagai data boundary condition pada aplikasi Hec-RAS untuk menghasilkan peta genangan sehingga dapat diketahui luas serta area banjir di DAS Garang. Penelitian ini akan menghasilkan besaran debit DAS Garang yang dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan tahun 1990, 2000, 2010, 2020, dan diperbandingkan dengan peta RTRW Kota Semarang tahun 2010 – 2030. Selain itu dapat diketahui pula wilayah yang terdampak dan kedalaman banjir yang terjadi pada keempat tahun tersebut.

Garang watershed is in East Java where flood events occur every year. One of the biggest flood events occurred in 1990 because of the overflows from the Garang river. The change of land use cover in DAS Garang is one of the reasons that create the flood events. Landuse cover can be seen from satellite images on google earth. The image will be processed using ArcGIS with the Maximum Likelihood Classification (MLC) method. The result from that process is the area of land use cover, percentage of impervious cover, and the curve number (CN) of DAS Garang in the years 1990, 2000, 2010, 2020, and will be compared with the Urban Land Use Plan Map of Semarang City. Those data will be the input for Hec-HMS. For subwatershed, the simulation in Hec-HMS will use SCS CN Method and the reach will use kinematic wave routing. That simulation will be using annual maximum rainfall data from four rainfall stations; Ungaran, Simongan, Gunung Pati, and Kalisari. Rainfall data will be tested by distribution test and consistent test so that it can be used to determine the area average rainfall data using the Thiessen method and rainfall plan for 25 and 50 years return period. The result from the Hec-HMS simulation is flow hydrographs that will be used for boundary conditions on Hec-RAS to define the depth and area of flood inundation in DAS Garang. This study aims to determine the amount of the Garang watershed discharge that is influenced by the changes in land use cover in the years 1990, 2000, 2010, 2020, and Urban Land Use Map of Semarang City 2010 - 2030. Furthermore, this study also can estimate the area affected and the depth of flooding that occurred during those four years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifwandi Rasyidin
"ABSTRAK
Ci Liwung membentang dari Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat sampai ke Wilayah
DKI Jakarta dengan panjang kurang lebih 117 km. Pemanfaatan Ci Liwung adalah
untuk memenuhi kebutuhan air penduduk kota Jakarta dan sebagian Kabupaten Bogor.
Dalam peneUtian ini Daerah Pengaliran Ci Liwung merupakan ;
1. Satu satuan wilayah tata air yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh
di atasnya untuk kemudian menahan dan mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut (Sandy; Komunikasi Langsung 14 Juli 1995).
2. Satu satuan ekosistem dengan unsur utamanya adalah sumberdaya alam, flora dan
fauna, tanah dan air serta manusia dengan segala aktivitas di atasnya yang
berinteraksi satu sama Iain (Salim, 1986)
Ci Liwung ditetapkan sebagai air baku untuk air minum dengan kiasifikasi golongan A
(Kep. Gub. DKI No. 1608 Tahun 1988) dan golongan B, C, D (Kep. Gub. DT I Jawa
Barat No. 38 Tahun 1991).
Pada abad ke-17 kaum penjajah (kolonial) dapat langsung meminum air Ci Liwung
(Soeijani, 1989), yang sekarang tidak dapat dilakukan lagi. Ini berarti Ci Liwung
sudah mengalami perubahan mendasar yang secara konsepsional teijadi pengotoran
(contamination), pemburukan (deleterins effect), penurunan kualitas (degradation),
kemerosotan nilai (devaluation), dan mengurangnya daya penggunaan (impairment of
quality of use).
Kondisi di atas teijadi diduga karena adanya k^atan pembangunan di sepanjang
daerah pengaliran Ci Liwimg. Kegjatan pembangunan ini erat kaitannya dengan dengan
laju pertambahan penduduk di daerah pengaliran hulu dan tengah; yang banyak teijadi
areal terbuka menjadi pemukiman, tempat wisata, bungalow, restoran dan Iain-lain,
khususnya di daerah kecamatan Ciawi, Kedung Kalang, Kodya Bogor dan Kotif
Depok (di mana hulu Ci Liwung luasnya 11.776 Ha. memiliki hutan lindung seluas
4.224 Ha. (35% nya). Perubahan pemanfaatan tanah ini terlihat tidak terkendah dan
menggeser keseimbangan dinamis lingkungan alam sekitamya, sehingga dapat menjadi
penyebab terganggunya fungsi hidrologi Ci Liwung Hulu tersebut.
Ketergangguan fungsi hidrologis yang pertama-tama terlihat adalah bertambah
cepatnya laju aliran permukaan (surface run-off), infiltrasi air menurun, suhu dan
kelembaban tanah juga menurun. Kondisi ini dapat menjadikan daerah hilir banjir di
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, yang dapat menurunkan kualitas
perairan sungai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan
tanah dan hubungannya dengan kondisi hidrolodis, serta menggambarkan perbedaan
kondisi kualitas air secara spasial dan perbedaan waktu pengambilan sampel pagi dan
sore di dua lokasi (stasiun Ciawi dan Sugutamu), dan mencari pengaruh perkembangan
pola penggunaan tanah terhadap kondisi hidrologis dan kualitas air Ci Liwung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perkembangan pola penggunaan tanah yang optimal pada suatu daerah aliran sungai,
agar keseimbangan fungsi dan kondisi hidrologis serta kualitas air Ci Liwung tidak
terganggu.
Masalah pokok yang diteliti adalah apakah benar kondisi hidrologi di DA Ci Liwung
sebagai akibat dari perkembangan pola penggunaan tanah serta pengaruhnya terhadap
kualitas air sungai. Melalui pengamatan dan analisis perkembangan keadaan di atas,
dapat dilihat pengaruh dan korelasi "perkembangan pola penggunaan tanah terhadap
kondisi hidrologis dan kualitas air sungai" pada daerah aliran sungai tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada daerah aliran (DA) Ci Liwung yang secara
administratif termasuk dalam Kecamatan-kecaraatan Cisarua, Ciawi, Kedunghalang,
Cibinong, Cimanggjs, Kotamadya Bogor dan Kota Admistratif Depok-Propinsi Jawa
Barat, Kecamatan Kebon Baru dan Matraman/Manggarai di wilayah DKI-Jakarta, yang meliputi perkembangan kondisi hidrologis dalam kunin waktu 81 tahun (1913-
1994). Perkembangan pola penggunaan tanah pada daerah aiiran (DA) Ci Liwung ini
diuraikan dan diungkapkan dalam dua periode 1976 sampai tahun 1986 dan antara
tahun 1986 sampai tahun 1994 secara deskriptif analitis, serta berdasarkan hasil
analisis perkembangan pola penggunaan tanah pada peta penggunaan tanah tahun
1976, 1986 dan tahun 1994 yang disertai dengan comparative checking perkembangan
luas dari data Kantor Kecamatan setempat dan Biro Pusat Statistik pada cakupan
wilayah di daerah pengaliran (DA) Ci Liwung di atas.
Pengaruh yang dilihat antara ;
1. Perkembangan pola penggunaan tanah (untuk pemukiman, pertanian, hutan,
pariwisata dan Iain-lain) sebagai independent variabel (Xi - Xn), dan debit dan
kualitas air sebagai dependent variabel (Y) pada musim hujan dan musim kering,
dipergunakan sebagai data seri dari pantauan instansi selama tahun 1976 sampai
1994 (18 tahun).
O Lokasi dan waktu pengambilan sampel (pagi dan sore), di dua stasiun pengamatan
(Ciawi dan Sugutamu) pada musim hujan dan kering.
Di kedua lokasi ini diambil masing-masing 30 sampei pada waktu dan lokasi di atas,
dengan asumsi kedua stasiun telah mewakUi dua kondisi dasar perkembangan tata guna
di hulu dan tengah Daerah Aiiran Ci Liwung.
Fakta menunjukan bahwa;
1. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1986, memperlihatkan rasio debit banjir pada
musim hujan dan musim kering sudah melebihi 10 banding 1, akan tetapi sifat
hidrologisnya masih baik, di mana debit pada musim kering tidak begitu kering (ratarata
antara 10,30-14,45 m^) dan perairan tetap berair sepanjang tahun.
2. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1986 sampai 1994, memperlihatkan rasio debit
pada musim hujan dan musim kering sudah mendekati 20 banding 1. Kondisi ini
memberikan indikasi fiingsi hidrologis daerah pengalirannya sudah berada pada
tingkat ketidak-seimbangan (terganggu), manakala air hujan yang jatuh pada
permukaan tanah sebagian besar langsung mengalir begitu saja ke badan air dalam
bentuk aiiran permukaan (surface run-off). Akibat sebagian kecil saja yang dapat
meresap ke dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan debit pada musim hujan melebihi daya dukung aliir aliran sungai yang menyebabkan banjir di daerah hilir, dan pada
musim kering pengaliran Ci Liwung menjadi sangat kering.
Kondisi di atas, menunjukkan bahwa perkembangan pola tata guna tanah berpengaruh
terhadap ketergangguan flingsi hidrologis pada daerah pengaliran Ci Liwung yang
berpengaruh pada perubahan volume debit dan air limpasan, di mana;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan guna tanah untuk Iain-lain, bersamasama
mempengaruhi debit:
a. Dengan berkurangnya hutan, debit akan lebih besar pada musim hujan, dan kecil
pada musim kering;
b. Dengan bertambahnya penggunaan tanah untuk kawasan wisata dan lain - lain,
debit pada musim hujan lebih besar, dan sangat kecil pada musim kering.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan, kawasan wisata dan Iain-lain, signiJBkan
terhadap perubahan debit, terlihat dari:
a. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1976 cukup baik, karena didukung oleh
sifat hidrologisnya yang masih baik. Dalam kondisi ini debit pada musim kering
tidak begitu kering (antara 10,30-14,45 m^) dan debit tidak terlalu besar pada
musim hujan; dengan kata lain perairan tetap stabil dan berair sepanjang tahun.
b. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1977 ke atas dan tahun 1986 sampai 1994,
terlihat debit pada musim kering (rara-rata 8,94-12,35 m^/dt atau lebih kecil dari
sebelumnya) sudah mendekati buruk, dalam artian kestabilan aliran semakin
menurun, di mana debit pada musim kering menjadi sangat kering dan musim
hujan debit menjadi besar. Kondisi ini dikatagorikan sifat dan fungsi
hidrologisnya sudah terganggu.
Dari hasil uji statistik, memperlihatkan bahwa perkembangan tata guna tanah pada
daerah aliran (DA) Ci Liwung mengindikasikan berpengaruh pada kualitas air, baik
pada musim hujan maupun pada musim kering, di mana ;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk bangunan Iain-lain, secara
bersama-sama mempengaruhi kualitas air pada musim hujan, di mana dengan
berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan tanah untuk Iain-Iain, kualitas
air untuk ;
a. R- (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah
18%, 89% dan 67% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model regresi ini, untuk TSS berpenganih 18%, BOD (20®C,5hari) berpengamh
89%, dan COD berpenganih 67% pada musim hujan.
b. PI untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing - masing adalah -8,062,
-7,537 dan -6,254 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 i^ntuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -t-6,750,
+4,374 dan +5,102 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-lain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-vcjz. signifikan masuk model, terlihat kedua
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk Iain-lain, secara bersamasama
signifikan terhadap besaran kadar TSS, BOD (20®C,5hari) dan COD dalam
mg/liter pada musim hujan maupun pada musim kering, walau untuk kadar TSS
mg/liter tingkat pengaruhnya kecd besamya pengaruh tersebut adalah ;
a. R2 (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing 45%, 91%
dan 76% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model
regresi ini, untuk TSS berpenganih 45%, BOD (20''C,5hari) berpenganih 91%
dan untuk COD berpenganih 76% pada musim kering.
b. P| untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -3,212,
-7,500 dan -13,398 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah +1,310,
+4,369 dan +10,872 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-Iain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-nydi signifikan masuk model, terlihat di sini
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
Dari hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa; Perubahan pola tata guna tanah
yang terkendali akan mengakibatkan debit dan kualitas air juga terkendali dapat
diterima.
Dari kondisi di atas dapat direkomendasikan, tanah perkebunan yang tidak produktif
lagi di daerah pedalaman yang berbukit dan berlereng teijal dengan kemiringan melebihi 40 %, hams dihutankan kembali menjadi hutan lindung, untuk memperbaiki tandon air
secara alami dan menjaga jalur flmgsi hidrologis hulu Ci Liwung. Seiain itu, daerahdaerah
resapan air bempa danau dan situ di Ci Liwung hulu maupun tengah, sepedd
Situ Lebakwangi di Parang, Danau Rawa Kalong di Cimanggis perlu dipertahankan dan
dipelihara teras.
Dalam dimensi lingkungan pertanahan, pembangunan sejumlah lapangan golf,
peramahan dan perkantoran dan industri di sisi kiri-kanan Ci Liwung, syarat
pembangunannya haras ditegaskan dan diatur dengan Perda No. 5 Tahun 1987, bahwa
pembangunan di kedua sisi daerah pengaliran sungai (DPS) beijarak 8 sampai 25 meter
dari sisi sungai atau tanggul sungai tersebut.

ABSTRACT
The Ci Liwung is the largest stream, that flows from the mountains in the interior of
West Java to Jakarta, the National Capital City of Indonesia. It was on the left
handbank of this stream that Governor General Daendels at the beginning of the 19^^
century constructed the road that leads to a village on the foothills by the name of
Bogor, wiiere he built a Summer Palace. Through the years Bogor grew and become a
city with a pleasant temperature, albeit wish amble rain.
Wish the growth of the population of the city of Bogor and surrounding villages, the
water of the Ci Liwung also experienced a change. The water of the river that was once
clear and clean, where one can fish and enjoy swimming, without any reservation,
gradually turned murky which might be partly due to increasing volume of domestic
waste.
During the Icist decades not only the city of Bogor had grown, but the land area along
side the Ci Liwung on the foothills of the mountain range to the East of Bogor has
become crowded as well. Growing prosperity experienced by more city people boosted
the building of more and more cottages aside from hotels, where people can relax and
enjoy the pleasant air during weekends.
More and more woodland on the mountain slopes had been cleared also to make room
for temperate zone vegetable and flower gardens, which can provide the farmer with a
healthy and steady income. All those human activities, however posed a negative
impact on the river. Every body of course is entitled to earn money as long as the method used is legal and not destiuctive. But the weight that the Ci Liwung watershed
had to carry in relation to the fullfilment of human needs seemed to be beyond it's
capacity to endure. The flow of the river during the last few years has turned erratic.
It's water has never been clear and clean any more.
The problem now is; to what extent is this change due to human intervention, especially
along tlie upper watershed ? That is the essence of the problem which we intent to find
out the answer in this study.
The following parameters are being applied to the problem ; the development pattern of
land use for housing, agriculture, forest, tourism and others as independent variable (xi
- Xn) and flow and water quality as dependent variables (Y) in the wet and dry season.
The objective of this study is to see the influence of land utilization change towards the
hydrologjc condition and water quality as well as factors that influence the pattern of
land utilization in the Ci Liwung watershed.
It is found out, that;
1. The change of the pattern of land use through time, had brought about changes in
the flow regiment of the river.
2. The increase in population within the Ci Liwung watershed area was the main cause
of the decline in the quality of the water of the stream."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indra Satria
Jakarta: Universitas Indonesia, 2001
M.80 Sat p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fitrah Pratama
"Banjir di Kabupaten Garut selalu terjadi pada musim penghujan dengan curah hujan tinggi. Curah hujan esktrim yang dipicu oleh peningkatan tutupan lahan terbangun yang berdampak pada percepatan aliran permukaan yang mengakibatkan banjir bandang yang memberikan dampak kerugian sangat besar, seperti yang terjadi pada tahun 2000 dan 2016. Pengkajian perubahan tutupan lahan tahun 2000-2009 dan 2009-2017 dilakukan untuk menganalisa dampaknya terhadap debit aliran sungai. Citra landsat 5 dan 8 digunakan sebagai dasar perhitungan debit aliran sungai dengan penerapan metode Rasional. Hasil menunjukkan tutupan tegalan/ladang merupakan jenis tutupan lahan yang paling banyak terjadi perubahan. Perubahan terbesar tutupan tegalan/ladang tahun 2000-2009 berada di Sub Sub DA Ci Kujang-Ci Muja sebesar 17,7% yang diiringi dengan penurunan debit aliran sungai sebesar 1,78 m3/detik. Pada tahun 2009-2017, penurunan luas tegalan/ladang terluas berada di Sub Sub DA Ci Manuk Hulu sebesar 17,8% yang diiringi dengan peningkatan debit aliran sungai sebesar 76,77 m3/detik. Perbedaan peningkatan dan penuruan tersebut disebabkan oleh perubahan tutupan hutan yang hanya meningkat pada Sub Sub DA Ci Kujang-Ci Muka, tidak pada Sub Sub DA Ci Manuk Hulu. Hasil penelitian menunjukkan tutupan lahan berbeda berdampak pada debit aliran sungai yang secara berbeda juga. Peningkatan tutupan tegalan/ladang meningkatkan debit aliran sungai. Sedangkan, peningkatan tutupan hutan menurunkan debit aliran sungai.

Floods in Garut Regency always occur in the rainy season with high rainfall intesity. Extreme rainfall combined by growth of built in land cover has an impact on the acceleration of surface runoff which is resulting in flash floods that have very large impact, such as those flash flood that occurred in 2000 and 2016. The study of changes in land cover in 2000-2009 and 2009-2017 was carried out to analyze the impact on river flow discharge. Landsat 5 and 8 imagery are used as the basis for calculating river flow discharge by applying the Rational method. The results show that moor/field cover is the type of land cover that has the most changes. The biggest change of moor/field cover in 2000-2009 was in Ci Kujang Ci Muja Sub Sub Watershed at 17.7% which was accompanied by a decrease in river flow by 1.78 m3 / sec. In 2009 2017, the decrease in the area of ​​the largest moor/field was on Ci Manuk Hulu Sub Sub Watershed at 17.8%, accompanied by an increase in river flow by 76.77 m3/s. The difference in increase and decrease was caused by changes in forest cover which only increased in Ci Kujang Ci Muka Sub Sub Watershed, not on Ci Manuk Hulu Sub Sub Watershed. The results showed that different land cover had different impacts on rivers maximum discharge. Increasement moor/field cover resulting in increasement of rivers maximum discharge. Meanwhile, increasement of forest cover resulting in reducement rivers maximum discharge."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatin Farika
"Pendugaan debit banjir sangat tergantung dari kuantifikasi impervious area. Potensi masalah menggunakan Total Impervious Area TIA dalam model adalah menyebabkan perbedaan nilai koefisien limpasan yang nantinya mempengaruhi perkiraan debit banjir yang dihasilkan. Studi terbaru menunjukkan bahwa limpasan dalam suatu DAS dapat digambarkan dengan lebih baik oleh Effective Impervious Area EIA daripada TIA. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh metode penentuan kekedapan lahan berdasarkan TIA dan EIA dalam menghasilkan debit banjir rencana pada DAS dengan skala makro. Lokasi studi adalah Daerah Aliran Sungai DAS Ciliwung Hulu dengan outlet Bendung Katulampa. Jenis penggunaan lahan pada studi ini berdasarkan kondisi pada tahun 2017. Identifikasi distribusi penggunaan lahan berdasarkan peta GIS dan hasil intepretasi visual dari citra satelit resolusi tinggi. Simulasi debit banjir rencana menggunakan model hidrologi HEC-HMS 4.2. Debit maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan metode TIA 153.7 m3/s dan metode EIA sebesar 149.6 m3/s. Hasil uji NSE untuk TIA dan EIA masing-masing sebesar 0,763 dan 0,864. Nilai NSE dan R2 metode EIA lebih tinggi, menunjukkan bahwa metode EIA lebih baik dalam memprediksi limpasan pada DAS Ciliwung hulu. Nilai rasio EIA/TIA pada debit banjir rencana diatas 0.95. Semakin besar periode banjir maka perbedaan nilai yang dihasilkan oleh kedua metode semakin kecil. Penerapan metode EIA untuk menentukan luas tutupan lahan kedap air pada DAS skala makro membutuhkan effort biaya dan waktu yang besar. Apabila sumberdaya untuk melakukan pengukuran dengan metode EIA terbatas, maka metode TIA masih dapat diandalkan untuk memperkirakan impervious area dalam suatu DAS.

The estimation of flood discharge depends on quantification of Impervious Area. The potential problem is what kind of impervious area determination method used in the model is causing the difference in runoff coefficient value which will affect the estimated flood discharge. Recent studies show that surface runoff in a watershed can be better described by Effective Impervious Area EIA than TIA. The aim of this study is to analyze the effect of the method of determining the landscape based on TIA and EIA in generating flood discharge plan in watershed with macro scale. The location of the research is Upper Ciliwung Watershed DAS with Katulampa Weir as outlet. Identification of land use distribution is based on digitized process used combined GIS maps using visual interpretation of high resolution satellite images 2017. Hydrologycal simulation by HEC HMS 4.2. Maximum discharge generated by using TIA method is 153.7 m3 s and EIA method is 149.6 m3 s. The NSE results for TIA and EIA were 0.763 and 0.864. The NSE and R2 values of the EIA method are higher, indicating that the EIA method is better at predicting runoff in the Upper Ciliwung Watershed. The EIA TIA ratio value on the flood discharge plan is above 0.95. However, for large watersheds, it takes much effort to identify and digitize an effective impervious area. In case of lack of resources for direct measurement of DCIA, the TIA Method is proven to be more reliable for estimating the impervious area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Odang, Dian Mardianti
"Dasar Pemikiran; Ci Liwung yang berfungsi sebagai sumber air baku air minum penduduk DKI Jakarta menurut hasil pemantauan PAM Jaya dan Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta (P4L) pada saat ini telah tercemar diantaranya oleh limbah industri. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air Ci Liwung dan selanjutnya agar dapat tetap menjaga kualitas air minum maka diperlukan peningkatan biaya produksi pengolahan air minum yang harus ditanggung konsumen. Industri di DKI Jakarta sebagian besar pada saat ini telah berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung, namun di luar DKI Jakarta yaitu di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung (daerah Bogor ) berkembang pesat industri-industri yang membuang limbah cairnya ke Ci Liwung dan anak-anak sungainya. Berkembangnya industri di daerah tersebut dapat dimengerti karena sesuai teori lokasi industri ( Weber, Norman Pounds) daerah tersebut memiliki aksesibilitas yang baik, tenaga kerja, pasar dan ditunjang kebijaksanaan pemerintah.
Tujuan Penelitian; untuk mengetahui perkembangan industri tahun 1979-1986 di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan dampaknya terliadap kualitas air Ci Liwung yang berfungsi sebagai air baku air minum untuk wilayah DKI Jakarta.
Masalah; 1. Bagaimana perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung tahun 1979-1986 ? 2. Dimana terjadi pencemaran air Ci Liwung tahun 1979 dan 1986, dan parameter-parameter apa yang telah tercemar ? 3. Bagaimana hubungan antara perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan perkembangan kualitas air Ci Liwung ? 4. Dimana penyebaran jenis-jenis industri yang mencemarkan air Ci Liwung di bagian hulu dan tengah DAS Ci Liwung ?"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yopy Arfan
"Perkembangan urbanisasi dan industrialisasi di DAS Ciliwung akan meningkatkan perubahan tutupan lahan tidak kedap air menjadi tutupan lahan kedap air. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai masalah lingkungan salah satunya degradasi kualitas air yang berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem air. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model korelasi-regresi antara tutupan lahan kedap air di DAS Ciliwung dengan status kualitas air sungai Ciliwung. Model korelasi-regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi perubahan status kualitas air sungai Ciliwung akibat perubahan tutupan lahan kedap air.
Penilaian status kualitas air dilakukan dengan menggunakan metode STORET, NSF-WQI, dan CCME-WQI di tahun 2005-2016. Lokasi pemantauan kualitas air Sungai Ciliwung yaitu Attaawun, Katulampa, Kedung Halang, Pondok Rajeg, Jembatan Panus, Kelapa Dua, Condet, Kalibata, MT Haryono, dan Manggarai. Data peta diolah menggunakan Software ArcGIS. Metode analisis menggunakan analisis korelasi pearson dan regresi linear antara persentase tutupan lahan kedap air dan indeks kualitas air.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tutupan lahan kedap air secara signifikan cukup kuat berkorelasi negatif dengan indeks kualitas air, persamaan regresi yang mewakili hubungan antara tutupan lahan kedap air X dan indeks kualitas air STORET, NSF-WQI, CCME-WQI Y adalah persamaan regresi linier masing-masing sebagai berikut STORET : Y=-16.88-0.51 X, NSF-WQI : Y=57.97-0.23 X, dan CCME-WQI : Y=65.88-0.84 X.

Urbanization and industrialization lead to the change of land cover from pervious into impervious. This can impact environmental problems such as water quality degradation that affects human health and water ecosystems. The study aimed to develop a regression correlation model between impervious cover in Ciliwung watershed and water quality indices in Ciliwung river. The correlation regression model can be used to predict changes in the status of Ciliwung river water quality due to impervious cover changes.
Methods of assessing the indices of water quality are CCME WQI, NSF WQI, and STORET within the period of 2005 2016. Monitoring locations from the most upstream to downstream are Atta rsquo awun, Katulampa, Kedung Halang, Pondok Rajeg, Panus Bridge, Kelapa Dua, Condet, Kalibata, MT Haryono and Manggarai. Map data is processed using ArcGIS Software. The analysis Method using Pearson Correlation test and linear regression between percentage of impervious cover and water quality indices.
The conclusion of this research is significantly a strong inverse relationship between impervious cover and water quality indices in Ciliwung river. The regression equation representing relationship between impervious cover X and water quality indices STORET, NSF WQI, and CCME WQI Y are the linear regression equation as follows STORET Y 16.88 0.51 X, NSF WQI Y 57.97 0.23 X, and CCME WQI Y 65.88 0.84 X.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>