Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ajeng Sarasputri
"Tingginya kebutuhan peningkatan kualitas jalan sebagai salah satu prasarana sosial ekonomi masyarakat membutuhkan strategi yang optimal untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diikuti oleh berkembangnya penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai salah satu upaya minimisasi limbah agregat akibat produksi perkerasan jalan beraspal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak lingkungan yang diakibatkan oleh daur hidup perkerasan jalan beraspal cradle to gate melalui metode Life Cycle Assessment (LCA) dengan software OpenLCA dan metode Recipe 2016, serta membandingkan dampak antara aspal tanpa RAP dengan aspal 50% RAP. Objek yang diteliti adalah pekerjaan rehabilitasi jalan beraspal di ruas jalan nasional Provinsi Jawa Barat. Diketahui bahwa penggunaan 50% kadar RAP pada 1 km jalan beraspal dapat menurunkan dampak global warming (GWP) sebesar 1.051,43 kg CO2 eq, fossil resource scarcity (FRS) sebesar 19.595,54 kg oil eq, human carcinogenic tocixity (HCT) sebesar 253,52 kg 1,4-DCB, dan human non-carcinogenic toxicity (HnCT) sebesar 1.785,48 kg 1,4-DCB dibandingkan tanpa penggunaan RAP, sedangkan dampak fine particulate matter formation (PM) pada aspal dengan 50% RAP lebih tinggi 19,10 kg PM2,5 eq daripada aspal tanpa RAP.
Kegiatan produksi hotmix asphalt (HMA) dengan menggunakan bahan bakar diesel menjadi komponen kegiatan yang paling berkontribusi terhadap tingginya dampak untuk kedua kadar aspal, terkecuali untuk dampak fossil resource scarcity yang dipengaruhi oleh ekstraksi bahan baku. Berdasarkan analisis sensitivitas, diketahui variasi kadar RAP antara 20%, 30%, 40% hingga 50% dapat menurunkan dampak rata-rata sebesar 0,47% untuk GWP, 25,51% untuk FRS, 2,44% untuk HCT dan 1,84% untuk HnCT, namun meningkat 25% untuk PM. Sedangkan efisiensi bahan bakar diesel sebesar 20% pada produksi HMA dapat menurunkan dampak rata-rata sebesar 8,58% untuk PM, 8,88 % untuk GWP, 5,28% untuk FRS, 7,89% untuk HCT dan 6,60% untuk HnCT.

The high demand to improve the quality of roads as one of the socio-economic infrastructure requires an optimal strategy to achieve sustainable development. The use of Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) has been developed as an effort to minimize aggregate waste due to asphalt pavement production. This study aims to estimated the cradle to gate asphalt road life cycle impact through Life Cycle Assessment (LCA) with OpenLCA software and Recipe 2016 method, and to compare the impact between asphalt with natural aggregate and asphalt contain 50% RAP. The case study is rehabilitation project of national asphalt roads in West Java Province. The result shows that the use of 50% RAP levels can reduce the impact of global warming (GWP) of 1.051,43 kg CO2 eq, fossil resource scarcity (FRS) of 19.595,54 kg oil eq, human carcinogenic toxicity (HCT) of 253,52 kg 1,4-DCB, and human non-carcinogenic toxicity (HnCT) of 1.785,48 kg 1,4-DCB compared to asphalt without RAP, while the impact of fine particle formation on asphalt with 50% RAP is 19,10 kg PM2,5 eq higher than asphalt without RAP.
Diesel fuel from Hotmix asphalt (HMA) production is the predominant activities that mainly contributes to both asphalt content impact, except the impact of fossil resources scarcity which is affected mostly by the extraction of raw materials. Based on the sensitivity analysis, it is known that the variation of RAP content between 20%, 30%, 40% until 50% could decrease the average impact of 0,47% for GWP, 25,51% for FRS, 2,44% for HCT dan 1,84% for HnCT, yet increase 25% for PM. While the diesel fuel efficiency by 20% on HMA production could decrease the average impact of 8,58% for PM, 8,88 % for GWP, 5,28% for FRS, 7,89% for HCT dan 6,60% for HnCT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kondisi perkerasan akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Perubahan yang terjadi mengakibatkan perubahan kecepatan rata-rata lalu-lintas yang dapat dicapai. Semakin baik kondisi perkerasan maka kecepatan yang bisa dicapai juga semakin tinggi. Tingkat kecepatan kendaraan juga turut mempengaruhi perkembangan lalu-lintas. Karya tulis ini membahas tentang konsep dan pendekatan yang diambil dalam memprediksi tingkat kerataan permukaan serta pengaruh kondisi perkerasan terhadap jumlah kendaraan yang melintas ruas jalan tersebut. Sebuah program aplikasi yang didasarkan pada konsep dan pendekatan tersebut akan dibuat. Program yang dibuat membantu mensimulasi dan akan memberikan output berupa perkiraan perkembangan kondisi yang akan terjadi dari parameter-parameter yang ditinjau."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mallick, Rajib B.
Boca Raton: CRC Press, 2009
625.8 MAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1987
625.73 IND p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ya`foor Sulaiman
"Secara umum perkerasan jalan raya dibagi dalam dua jenis perkerasan, yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Jenis perkerasan yang akan dipakai tergantung pada banyak hal, salah satunya adalah ketersediaan sumber daya. Semakin mudah sumber daya untuk suatu jenis perkerasan diperoleh, makin sedikit biaya yang dibutuhkan. Oleh karena itu, untuk suatu lokasi yang akan dibangun prasarana jalan, harus diketahui kebutuhan sumber daya tiap jenis pekerasan sehingga dapat ditentukan jenis perkerasan yang efisien untuk lokasi tersebut.
Untuk menghitung kebutuhan biaya terlebih dahulu harus diketahui ketebalan perkerasan yang dibutuhkan. Banyak metode perhitungan tebal perkerasan yang dapat dipakai. Di Tugas Akhir ini penulis memakai metode perhitungan oleh Bina Marga. Dengan melakukan modelisasi ruas jalan dan karakteristik perencanaan, didapat hasil perbandingan tebal perkerasan kaku dengan perkerasan lentur dalam rentang LHR yang telah ditentukan, yaitu 10 sampai 5.000.
Dari hasil perhitungan tebal perkerasan, dilakukan identifikasi pekerjaan dan analisa biaya kebutuhan. Dengan menggunakan contoh lokasi tempat pekerjaan, didapat biaya pekerjaan masing-masing perkerasan. Kemudian biaya untuk perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur. Biaya yang dihitung adalah biaya pembangunan perkerasannya saja (initial cost) tanpa melihat kebutuhan biaya pemeIiharaan selama usia rencana jalan.
Dari hasil perbandingan tersebut ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya bahwa sampai LHR ± 130 perkerasan kaku lebih tebal daripada perkerasan lentur dan biaya untuk perkerasan lentur lebih mahal daripada perkerasan kaku untuk setiap besaran LHR yang ditinjau."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S34457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Muslimin
"Dengan berkembangnya arus lalu lintas udara maka secara langsung akan menuntut adanya peningkatan kapasitas dan daya dukung bandar udara. Sal ah satu upaya untuk meningkatkan daya dukung bandar udara adalah dengan penambahan panjang landasan pacu. Altematif ini dipilih jika peningkatan kapasitas disebabkan oleh meningkatnya berat kotor pesawat yang beroperasi dan perubahan jenis pesawat yang dominan menjadi pesawat yang lebih berat. Kondisi tuntutan pengembangan ini juga dialami oleh bandar udara Soekamo-Hatta yang memiliki jenis perkerasan kaku dengan metode 'Cakar Ayam'. Sebagai usaha efisiensi maka dalam perencanaan perpanjangan landasan pacu bandar udara Soekamo-Hatta ini menggunakan jenis perkerasan lentur dengan metode Jepang dan FAA. Meskipun terdapat perbedaan metode dan jenis namun hasil akhir perhitungan tetap harus menghasilkan perkerasan yang memiliki daya dukung yang minimal sama dengan perkerasan yang sudah ada. Karya tulis ini menghitung tebal perkerasan lentur untuk perpanjangan landasan pacu dengan metode FAA dan Jepang. Dalam perhitungannya karya tulis ini lebih memperhatikan sambungan antara perkerasan lama yang kaku dengan perpanjangan perkerasan baru yang lentur. Kondisi pembebanan yang digunakan dari data bandar udara Soekamo-Hatta, yang memilikijenis pondasi perkerasan 'Cakar Ayam'. Dari hasil perhitungan ini diketahui tebal perkerasan lentur yang optimal yang dapat di gunakan dalam proyek perpanjangan bandar udara Soekamo-Hatta adalah 169 Cm sesuai dengan perhitungan dengan menggunakan metode Jepang dan detail sambungan antar perkerasan dengan menggunakan Pelat Transisi sebagai lapisan pondasi atas yang mampu mereduksi lendutan dititik sambungan hingga 60 %. Tebal pelat transisi untuk beban pesawat rencana B-747 adalah 45 Cm dan sudut kemiringan 29 derajat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>