Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S35588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Essy Arijoeni Basoenondo
"ABSTRAK
Panelitian kali ini dititik beraikan pada penambahan serat alum serabut kelapa pada beton daur ulang yang bertujuan untuk mengetahui sifat dari beton segos maupun beton keras.. Dengan penambahan serabut kelapa mulai dari 0.25kg/m3, 0.5 kg/m3, 0.75kg/m3 dan 1 kg/m3, digunakan mutu beton 25 MPa didapat komposisi campuran semen : pasir : kerikil = 1 : 1.7 : 2.6 dengan faktor air semen 0.6.
Hasil penelitian kekuatan tekan beton yang dapat dicapai pada umur 28 baru sebesar 28.78 MPa. Sedangkan dengan menambahkan serabut kelapa sampai dosis 0.75 kg/m3, kekuatan tekan yang dihasilkan pada umur 28 hari sebesar 32.224 MPa meningkat sebesar 12%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"The one characteristic that distinguishes mass concrete from the other concrete work is thermal behaviour. Since the cement-water reaction in exothermic by nature, the heat hydration rise within a large concrete mass, where the heat is not quickly dissipated, can be quite high. This volume of concrete with dimensions large enough requires control that being taken to cope with the development of heat of hydration and attendant change to minimize cracking. The main objective of this research, first, to find out the heat generation behaviour of concrete of recycled and natural aggregate. Secondary, this research aims to find out mathematical equations that used to predict heat hydration of these three concretes at certain dimensions of mass concrete. Results of this research show that the larger dimension of the mass concrete will increase the heat of hydration. The diffrerence of temperature between surface and interior that has been coorporated into European StandardENV 206:1992 exceeds 20°Ccan cause cracking of concrete. This reference and the mathematical equations result the minimal volume of mass concrete which need curing and control at early ages to avoid cracking due to heat of hydration."
624 CANT 1:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alsusnida Alshi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Rosela dilaporkan memiliki efek antiinflamasi dan efektif dalam
penyembuhan ulser. Fibroblas memiliki peranan penting dalam penyembuhan
luka. Namun, mekanisme yang mengontrol pertumbuhan dan proliferasi fibroblas
masih kurang dipahami. Imunohistokimia TE-7 merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mewarnai fibroblas pada jaringan blok parafin.
Tujuan: Untuk menganalisa peranan pemeriksaan imunohistokimia TE-7 pada
penyembuhan model ulser pascapaparan ekstrak etanol kelopak bunga rosela
teridentifikasi. Metode: 12 blok parafin dari model ulser dibagi menjadi 2
kelompok: kelompok kontrol dan perlakuan. Blok parafin selanjutnya di proses
dan dipulas dengan imunohistokimia TE-7. Pengamatan pada slide dan skoring.
Hasil: pada hari ke 1 dan 3 saline, TA dan rosela menunjukkan skor 1. Pada hari
ke 7 saline menunjukkan skor 2, TA menunjukkan skor 3 dan rosela menunjukkan
skor 1. Pada hari ke 14, salin dan rosela menunjukkan skor 1, TA menunjukkan
skor 2. Kesimpulan: Pemeriksaan imunohistokimia TE-7 dapat digunakan untuk
mengidentifikasi fibroblas.

ABSTRACT
Background: Roselle had been reported as anti-inflammation agent and effective
in ulcer healing. Fibroblasts played an important role in wound healing. But, there
is a lack of understanding about mechanism that control the growth and
proliferation of fibroblast. Immunohistochemistry TE-7 is one of method could
be used to stain fibroblast in paraffin-embedded tissue sample. Objectives: To
analyzed the role of immunohistochemistry in wound healing of models ulcer
post-exposure of identified roselle calyx. Method: Twelve paraffin embedded
tissue of models ulcer were processing and staining with immunohistochemistry
TE-7. Microscopic slide were observed and scored. Result: On day 1st and 3rd,
saline, TA and roselle group showed scored 1. On day 7th, saline showed score 2;
TA showed score 3 and roselle showed score 1. On day 14th, saline and roselle
showed score 1; TA showed score 2. Conclusion: Immunohistochemical
examination antibody TE-7 could be used to identify fibroblast in wound healing
of model ulcers."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penggunaan bahan fiber sebagai perkuatan pada struktur beton telah sering diterapkan untuk peningkatan kemampuan beton sebagai bahan bangunan dalam konstruksi bangunan teknik sipil. Pada penelitian ini akan ditinjau akibat penambahan bahan perkuatan berupa lembaran fiber yang mengandung bahan Kevlar (Renderoc FR10 pruduksi PT FOSROC) pada benda uji silinder beton dan balok beton bertulang. Pengujian yang dilakukan adalah uji tekan pada silinder dan uji lentur pada balok tipe Bernouli. Benda uji silinder dan balok tersebut akan dibebani terlebih dahulu sampai retak sebelum dilakukan dilakukan perbaikan dengan Renderoc FR10 (Kevlar) dan kemudian masing-masing benda uji akan diuji kembali untuk melihat kekuatan beton setelah perbaikan. Kekuatan beton pada dua kasus di atas akan diperbandingkan kemudian. Akan dibahas pula tentang pengaruh perbaikan yang dilakukan terhadap perilaku beton yaitu lendutan, tegangan, regangan, kekakuan, kekuatan, nilai modulus elastisitas dan nilai Poisson's Ratio. Dari hasil pengujian tampah bahwa perbaikan beton dengan Renderoc FR10 (Kevlar) ini akan meningkatkan kekakuan dan kekuatan balok pada balok. Sedangkan pada silinder akan terjadi peningkatan kuat tekannya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidi Duma
"Pada saat ini beton siap pakai (ready mix) sedang marak digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, namun pada penerapannya sering terjadi kelebihan supply dan sisanya terkadang dibuang di sembarang tempat, sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah dan merusak keseimbangan ekosistem. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah mendaur ulang limbah beton. Namun, pemanfaatan limbah sebagai agregat daur ulang tersebut perlu dikaji lebih mendalam, dengan melakukan pengujian secara eksperimental dan analisis terhadap karakteristik yang dimiliki. Metoda dan prosedur pelaksanaan pengujian agregat daur ulang tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM. Beton dibuat dengan agregat alam maupun campuran antara agregat alam dan agregat daur ulang dengan komposisi tertentu. Kekuatan beton yang akan dipakai adalah 25 MPa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap kuat lentur pada umur 28 hari dan susut selama 56 hari. Berdasarkan hasil studi eksperimental, agregat daur ulang mengandung mortar. Kandungan mortar tersebut mengakibatkan absorpsi agregat menjadi lebih besar, lebih poros atau berpori, sehingga kekerasannya berkurang. Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan. Persentase penurunan kuat lentur beton agregat daur ulang dengan komposisi 25 % agregat kasar daur ulang dan 0 % agregat halus daur ulang adalah 1.26 %, sedangkan beton agregat daur ulang dengan komposisi 0 % agregat kasar daur ulang dan 25 % agregat halus daur ulang adalah 6.33 %. Ini menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan persentase 25 % lebih baik dari pada penggunaan agregat halus daur ulang dengan persentase 25 % untuk pengujian kuat lentur beton. Pada pengujian susut, nilai persentase pertambahan susut beton agregat daur ulang dengan komposisi 0 % agregat kasar daur ulang dan 25 % agregat halus daur ulang adalah 10.53 %, sedangkan dengan komposisi 25 % agregat kasar daur ulang dan 0 % agregat halus daur ulang adalah 5.26%. Ini menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan persentase 25 % lebih baik dari pada penggunaan agregat halus daur ulang dengan persentase 25 % untuk pengujian susut.

Now ready mix is very well known to make construction of building, but the usage often more supply that throw in anywhere, so it will decrease the fertilizer of soil and destroy the ecosystem. To against that, the solution is to recycled aggregate. We need research chemical properties of the materials and then to be analyzed to understand the difference between natural and recycled aggregates. The method and procedure for testing of the recycled aggregate materials are in accordance with the ASTM standard. Concretes are made from normal aggregate and mix both normal and recycled aggregate. Concrete strength is 25 MPa. After that, test of flexural strength in 28th day old and shrinkage during 56 days. Based on the experimental works, recycled aggregates contain mortar. The existence of mortar content in recycled aggregates affects to the accretion of absorption of aggregate, more porous, less hardness. Some of the difference of qualities, physical and chemical properties of recycled aggregates cause the difference of properties of the resulted concrete materials. The difference properties consist of the reduction of flexural strength and increase of shrinkage. The reduction of percentage recycled aggregate concrete of composition 25 % coarse recycled aggregate and 0 % fine recycled aggregate was 1.26 %, while recycled aggregate concrete of composition 0 % coarse recycled aggregate and 25 % fine recycled aggregate was 6.33 %. This indicate that usage recycled coarse aggregate was prefer than recycled fine aggregate for flexural strength. For shrinkage, percentage accretion value of composition 0 % coarse recycled aggregate and 25 % fine recycled aggregate was 10.53 %, while 25 % coarse recycled aggregate with 0 % fine recycled aggregate was 5.26%. This indicate that usage of coarse aggregate of recycle with percentage 25 % was better the than usage of fine aggregate of recycle with percentage 25 % for the examination of length change."
[, ], 2008
S35356
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Fadliansyah
"Capability of concrete to resist tensile stress is weaker than to resist compresive stress. Tensile stress can affect crack of concrete. Accordingly to that, addition of steel fiber in volume proportion at normal concrete is needed to increase tensile strength of normal concrete. The optimal volume proportion of steel fiber to improve flexural and splitting strength of concrete based on laboratory experimental work. Testing speciments for flexural tests performed at 14, 28 and 56 days, using cylinder speciments of 150 mm x 300 mm. And for splitting test performed at 7, 14, 28 and 56 days, using beam speciments of 150 mm x 150 mm x 600 mm. Variation of steel fiber proportions is 1 %, 1,5 %, 2 %, and 2,5 % with 60 mm length and 0,75 mm diameter. The compressive strength of normal concrete is 25 MPa.
From the result of test, it was found that ammount of steel fiber in concrete affect the increase of the flexural and splitting strength of concrete, but decrease the workability of fresh concrete. For flexural testing at 28 days, the improve of flexural strength is 140 % for 2,5 % proportions of steel fiber in volume of concrete. And for splitting testing at 28 days, the improve of splitting strength is 84 % for the same ammount of steel fiber.

Kemampuan beton untuk menahan tegangan tarik mempunyai nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan beton untuk menahan tegangan tekan. Tegangan tarik dapat mengakibatkan terjadinya retak pada beton. Maka untuk meningkatkan kekuatan tarik pada beton ditambahkan serat berdasarkan proporsi dari volume beton normal. Untuk mengetahui proporsi yang optimal pada beton dilakukan pengujian kuat tarik belah dan kuat lentur secara eksperimental di laboratorium. Pada uji kuat tarik belah dilakukan pengujian pada hari ke-7, 14, 28, dan 56, dengan menggunakan sampel beton silinder 150 mm x 300 mm. Sedangkan pada uji kuat lentur dilakukan pengujian pada hari ke-14, 28, dan 56, dengan menggunakan sampel beton balok 150 mm x 150 mm x 600 mm. Serat yang digunakan pada penelitian adalah serat baja dengan panjang 60 mm dan diameter 0,75 mm. Proporsi serat yang dicoba adalah 1 %; 1,5 %; 2 %; dan 2,5 % yang kemudian dibandingkan dengan beton normal mutu f?c 25 MPa.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa makin banyak proporsi dari serat baja yang ditambahkan akan menaikkan kuat lentur maupun kuat tarik belah dari beton namun akan menurunkan workabilitas dari beton segar. Untuk kuat lentur terjadi peningkatan sebesar 140% pada pengujian hari ke-28 untuk beton dengan kadar serat 2,5%, sedangkan pada kuat tarik belah terjadi peningkatan sebesar 84% pada pengujian hari ke-28 untuk beton dengan kadar serat 2,5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Muhammad Andira Mulia
"ABSTRAK
Dewasa ini, material komposit banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari pada logam, memiliki kekuatan pembentukan yang tinggi, memiliki ketahanan yang baik, memiliki kekuatan jenis dan kekakuan jenis (modulus Young) yang lebih tinggi daripada logam. Namun demikian, material komposit rentan terhadap degradasi termal pada temperatur tinggi. Oleh karena itu, penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk meningkatkan ketahan termal dan sifat mampu bakar material komposit dengan mencampurkan zat tahan api berbasis halogen jenis brominated bisphenol A ke dalam material komposit serat karbon dengan dua variasi densitas serat, yaitu 200 dan 240 gr/m2. Penelitian yang dilakukan berbasis pada eksperimen skala laboratorium menggunakan kalorimeter kerucut. Fenomena pembakaran yang terjadi adalah piloted ignition dengan fluks kalor pembakaran dibatasi sampai dengan 25 kW/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel komposit serat karbon terbakar karena vaporisasi dari resinnya, sedangkan serat karbonnya sendiri hanya mengalami pengarangan (charring). Eksperimen pada fluks kalor 21,12 kW/m2, menunjukkan bahwa kebeadaan kandungan brominated bisphenol A di dalam sampel komposit serat karbon mampu menekan puncak laju produksi kalor dari sekitar 125 kW/m2 menjadi hanya sekitar 80 kW/m2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kandungan zat tahan api (fire retardant) mampu menunda waktu penyalaan api pembakaran dan memberikan ketahana termal yang lebih baik kepada material komposit

ABSTRACT
Nowadays, carbon fiber reinforced epoxy-acrylate composite (CFRE) is used in various applications such as in aircraft and industrial applications including pressure vessels, civil engineering/construction-related uses, ship manufacturing, and automobile. That is because of its characteristics such as lightweight and high-strength. Nevertheless CFRE is very easy to be burned after preheating in a low heat flux, moreover with the presence of an external energy source. Hence, this study aimed to find out the effects of brominated bisphenol A as fire retardant agent on fire retardancy of CFRE using cone calorimeter with a spark igniter as a trigger to represent an amount of external energy source. Carbon fibers used in this study have density of 200 gr/m2 and 240 gr/m2. The parameter studied in this research includes density of carbon fiber, time to ignition, heat release rate and density of smoke production. In this initial work, the heat flux was limited up to 25 kW/m2 with piloted ignition. The measured temperatures of CFRE’s ignition range from 450oC to 575oC at atmospheric pressure. The initial result shows that the ignition of CFRE is strongly depend on the density of carbon fiber, the existing of an external energy source and the condition of gas mixture. For the density of of 200 gr/m2, CFRE starts to ignite under heat flux of 14.2 kW/m2 with peak heat release rate of 163.4 kW/m2. While for the density of of 240 gr/m2, CFRE starts to ignite under heat flux of 16.7 kW/m2 with peak heat release rate of 98 kW/m2. Combustion mechanism of CFRE started when a spark igniter is turned on after preheating at a certain sufficient heat flux, causing a flaming condition on the surface of CFRE. Next, vaporization of its resin causing a sustain flaming condition until reaching a decay period. When it burned, the resin vapor is forced out of the fiber pores, causing the material to swell and increased its volume. The effects of brominated bisphenol A as fire retardant agent in the CFRE give a significant impact to fire retardancy of the CFRE, especially in time to ignition and heat release rate aspect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TELAAH 31:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>