Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Sejalan dengan pukembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang konstruksi, seorang perancang konstruksi akan terpacu umtuk membuat inovasi dari bangunan yang telah ada sebelumnya untuk kemudian dikembangkan ke arah yang lebih maju dan efisien.
Bangunan menara atau tower antena untuk sarana telekomunikasi terdiri dari bermacam-macam bentuk antara lain menara model rangka baja (lattice tower, menara dengan struktur dari beton, menara dengan struktur dari pipa baja, dan baru-baru ini yang sering kita jumpai adalah menara dengan struktur tiang baja poligonal (polygonal monopole) sebagai alternatif dari struktur tersebut.
Tiang Poligonal (polygonal monopole) adalah tiang yang dibuat dengan cara menekuk (bending) plat baja unluk didapatkan bentuk segi banyak atau poligonal. Jumlah segi, ketebalan plat baja, maupun ukuran panjang dan diameter sisi luar (across flat) dibuat disesuaikan atas permintaan pemilik bangunan (owner).
Dalam Tugas Akhir ini Penulis akan melakukan perhitungan perancangan Tiang Baja Poligonal untuk Antena Telekomunikasi tinggi 30, 40, 50 dan 60 meter dengan bentuk penampang segi 16, 12, 8, 6 dan penampang bulat (haunch pipe monopole) sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
Tujuan Perancangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan dimensi tiang yang ekonomis setelah tiang mendapatkan beban sesuai pada peraturan pembebanan ANSI/EIA/TIA-222 yang telah diadaptasi menggunakan Peraturan Pembebanan Indonesia Dalam perhitungan desain ini peuulis menggunakm program komputer Spole dengan mengadaptasi program input yang ada. Hasil akhir simulasi ini berupa grafik berat tiang untuk hubungan tinggi tiang dengan diameter tiang yang bervariasi.
Dari grafik tersebut didapatkan fakta bahwa tiang dengan penampang bulat mempunyai berat paling ekonomis ringan dari tiang poligonal. Sedangkan untuk dang poligonal, dang dengan penampang segi 16 mempunyai berat lebih ekonomis dibanding tiang dengan penampang segi 12, 8, dan 6."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Danarianti
"ABSTRAK
Nanosatelit merupakan jenis satelit yang salah satu aplikasinya digunakan sebagai broadcasting informasi bencana alam. Skripsi ini membahas perancangan, fabrikasi dan pengukuran dari dua antena Monopole yang berfungsi sebagai uplink dan downlink, masing - masing bekerja pada frekuensi 145.95 MHz dan 436.915 MHz untuk aplikasi nanosatelit. Perancangan antena dilakukan dengan menggunakan software Computer Simulation Technology (CST) 2011. Adanya keterbatasan dalam dimensi nanosatelit, modifikasi pada antena uplink dilakukan dengan cara menambahkan loading coil. Hasil fabrikasi dari antena diperoleh dua antena downlink dan uplink, masing ? masing memiliki dimensi 15.3 cm dan 32 cm. Berdasarkan hasil pengukuran, untuk antena uplink 145.95 diperoleh nilai return loss -10.392 dB dan untuk antena downlink 436.915 diperoleh nilai return loss -10.371 dB.

ABSTRACT
Nanosatellites are a kind of satellites which are mainly used as a natural disaster broadcaster. This thesis discusses the design, fabrication and measurement of two Monopole antennas which functions as uplink and downlink, each of them working in the frequency range of 145.95 MHz to 436.915 MHz for nanosatellite applications. The antenna is designed using the Computer Simulation Technology (CST) 2011 software. Due to the limitations in nanosatellite dimensions, the uplink antenna is modified by adding a loading coil. The fabrication resulted in 2 different kinds of antenna, downlink and uplink, with each having dimensions of 15.3 cm and 32 cm. The measurement resulted in the 145.95 uplink antenna having a return loss of -10.392 dB and the 436.915 downlink antenna having a return loss of -10.371 dB."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42248
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Muhtadin
"ABSTRAK
Berbagai manfaat diperoleh melalui teknologi LTE baik dari sisi operator hingga ke pengguna. Teknologi LTE dirancang untuk menyediakan efisiensi spektrum yang lebih baik dari generasi sebelumnya sehingga dapat memanfaatkan spektrum yang tidak terpakai untuk digunakan kembali pada aplikasi lainnya. Pihak operator juga diuntungkan karena LTE memberikan peningkatan kapasitas radio dan biaya operasional yang rendah. Sementara itu dari sisi pengguna, dapat menikmati jaringan dengan kualitas layanan tinggi. Hal ini karena LTE memanfaatkan teknik antena susun dua atau lebih berdasarkan MIMO sebagai penerima maupun pengirim. Antena MIMO yang sudah tersedia secara komersial untuk aplikasi LTE umumnya hanya tersedia untuk mencakupi frekuensi tertentu. Antena yang mencakupi frekuensi yang lebar memiliki harga yang mahal.Jika dibutuhkan untuk mencakupi frekuensi LTE lain akan menambah biaya pengadaan perangkat antena. Untuk mengatasi masalah tersebut maka akan dirancang antena mikrostrip yang mampu mencakupi pita frekuensi LTE 1,3 dan 8. Antena yang akan dirancang bangun pada tesis ini adalah jenis antena mikrostrip monopol MIMO. Pemilihan antena mikrostrip monopol terutama karena ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dengan antena mikrostrip log periodik sehingga akan menghemat biaya produksi. Berdasarkan pengukuran antena mikrostrip monopol MIMO pada ruang anti gema, antena dapat bekerja dengan baik pada frekuensi 800-2600 MHz. Hasil pengukuran gain antena mikrostrip monopol MIMO diperoleh 2-5 dB.

ABSTRACT
Nowadays, the LTE offers more benefits for telecommunication operators up to the end users. The LTE itself provides better spectrum efficiency compared to foregoing technologies so that the unused spectrum bands could be utilized for other communication applications. The telecommunication operators take more profit since the LTE gives more radio capacities while maintaining lower operational expenditure. Meanwhile the end users may have much better experience with high speed and high quality services. All those LTE benefits could be obtained one of which by using the array antenna based on MIMO system. The MIMO antennas that are currently commercially available for LTE applications generally only cover a narrowband of LTE frequency. Meanwhile, the antenna to cover wider bandwidth will cost a high price. A MIMO microstrip antenna is proposed in this thesis to overcome that issue. A MIMO monopole microstrip antenna is chosen due to its small size compared to the log periodic antenna for wider bandwidth so that it could save the cost. Based on the measurement in anechoic chamber, the proposed antenna gives a good performance for frequency of 800 2600 MHz. Measurements obtained MIMO monopole microstrip antenna elements gain of 2 5 dB"
2015
T49639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Matthew Gabriel
"Kebutuhan akan detektor sinyal THz yang memiliki responsivitas tinggi, noise-equivalent power yang rendah, dan bekerja optimal pada suhu ruang semakin tinggi untuk kebutuhan citra satelit, aplikasi biomedis, dan lainnya. Saat ini, detektor acuan memiliki responsivitas 26V/W dan NEP sebesar 1,7x10^-10 V/Hz. Namun, performa optimal tersebut dapat dicapai ketika detektor beroperasi pada suhu yang sangat rendah. Selain itu, karena antena yang digunakan pada penelitian tersebut adalah antena dipol standard, polarisasi yang dapat diterima hanya ketika medan listrik sebatas pada satu arah. Untuk melampaui batas-batas tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan adalah menggunakan acuan desain antena dengan konfigurasi double-crossed bowtie dengan pemilihan material karbon grafit untuk potongan konduktor sebagai bolometer agar menghasilkan daya disipasi yang tinggi dan dapat menangkap gelombang berpolarisasi ganda. Dengan jenis antena ini, diperoleh antena double-crossed bowtie yang beresonansi optimal pada frekuensi THz, dengan S11 sebesar -42,418 dB serta penguatan sebesar 2,096 dB. Performa terbaik dari detektor ini ditandai dengan nilai responsivitas maksimum sebesar 4,148x10^4 dan NEP sebesar 3,178x10^-14V/Hz. Dengan ditambahkan lensa silikon, daya disipasi meningkat sebesar 132,892% menjadi 9,661x10^4V/W dengan NEP sebesar 6,666x10^-15. Penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan pada performa sistem untuk menyalurkan daya secara optimal dari sumber THz ke bolometer untuk memeroleh daya disipasi yang tinggi dan berimplikasi pada responsivitas yang tinggi dan NEP yang rendah.

The increase in demand for THz detectors which have high responsivity, low noise-equivalent power, and optimally work at room temperature is due to the advancements in remote sensing, biomedical applications, and many more. Today, a BiSb Thermocouple has a responsivity of 26 V W for every watt received and 1.7 × 10−10 V √Hz . of NEP. However, its peak performance occurred only at a very low temperature. In addition, the coupled antenna design was specifically standard dipole. Therefore, the signal is received only if its electric field oscillates in a single direction. To break these limitations, one method that is proposed in this research is using a double-crossed bowtie antenna to broaden its signal-receiving capability to unlimited directions. Modifying the detector’s conductor bar will also contribute to the detector’s optimum working temperature. By modifying the conductivity of the bar and limiting the research’s environmental circumstances, the detector’s peak performance can be achieved at room temperature condition. With this specifically chosen antenna design, we have achieved a transmission antenna with -42.418 dB and a gain of 2.096 dB. The best performance of this detector design after a series of optimizations is shown by its 4.148 × 104 V W responsivity and 3.178 × 10−14 V vHz NEP. In addition, the idea of adding a lens before the wave approaches the detector improved the detector responsivity by 132.892% with the responsivity of 9.661 × 104 V W and NEP 6.666 × 10−15 V vHz . This research is expected to show the feasibility of the system to fully transfer power from the THz source to the feed point to the conductor bar to achieve high power dissipation which leads to high responsivity and low NEP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathoni Azis
"Kemajuan teknologi telekomunikasi dengan menggunakan gelombang mikro telah memacu perkembangan teknologi bidang antena. Antena mikrostrip adalah salah satu jenis antena gelombang mikro yang telah mendapat perhatian luas pada beberapa tahun belakangan ini. Antena ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain dimensinya yang kecil, bentuknya sederhana, bobot yang ringan, dan kompatibel dengan Integrated Circuit. Tetapi is juga mempunyai keterbatasan temtama dalam hal pola radiasi dan penguatan antena. Salah satu teknik yang bisa dibangun untuk meningkatkan performansinya yaitu membuat komposisi elemen-elemen peradiasi dalam bentuk Array (linier atau planar).
Tesis ini membahas pembuatan antena mikrostrip cincin yang dikopling melalui celah (aperture) oleh saluran pencatu coplanar waveguide (CPW) untuk antena elemen tunggal dan antena array. Antena mikrostrip bentuk cincin diteliti sehubungan dengan kemungkinan untuk mereduksi area elemen peradiasi dan meng-insert elemen lain kedalam ruang cincin bagian dalam. Sejauh ini, saluran pencatu yang banyak digunakan adalah saluran mikrostrip. Saluran CPW yang dibahas pada tesis ini menawarkan beberapa keunggulan seperti kemudahan untuk mengontrol impedansi karakteristik dengan mengatur kombinasi lebar celah (gap width) dan Iebar strip (strip width) dan saluran CPW tersebut, kemudahan untuk membuat koneksi sari dan paralel dalam divais aktif atau pasif lainnya. Teknik pencatuan Aperture Coupling mempunyai keunggulan seperti tidak ada titik-titik pensolderan, radiasi parasitik yang kecil, dan kemungkinan untuk mempertinggi lebar band antena.
Antena dibuat pada substrat dielektrik yang terpisah dari substrat saluran pencatu dengan variasi panjang stub untuk pengkarakterisasian unjuk kerja antena. Antena dirancang menggunakan perangkat bantu antara lain PCAAD, MSA CAD, App CAD. Parameter antena diukur di labolatorium Telekomunikasi Universitas Indonesia. Hasilnya memperlihatkan bahwa kopling optimal antara saluran pencatu dan antena yang beroperasi pada frekuensi 4 GHz dapat terjadi hanya pada beberapa titik panjang stub tertentu. Juga, parameter-parameter basil pengukuran antena menunjukkan performansi yang baik.

The improvement of telecommunication technology using microwave has driven the growth of antenna technology. Mficrostrip antenna is one of type of antenna, which have found wide interest in the past few years. It has some advantages such as small size, low profile, lightweight, and compatibility with integrated circuit. But it has also limitation especially in radiation pattern and gain of antenna. One of technique that can be made to increase its performance is to compose the radiating elements into linear or planar array.
This paper presents the design of ring-patch microstrip antenna, which is aperture-coupled by coplanar waveguide (CPW) feedline for single element and array antenna. Ring-patch microstrip antenna investigated due to its possibility to reduce the area of the radiating element and to insert another element into the inner aperture of the ring-patch. Mostly, the feeding lines mainly utilized microstrip line. The CPW in this paper offer main advantages such as easy to control the characteristic impedance with adjusting gap width and strip width, easy to make series and parallel connection in either passive or active device. The aperture-coupled feeding technique has several advantages such that no soldering points, weak parasitic radiation, and the possibility to enhance the bandwidth of antenna.
Antennas were fabricated on separate dielectric substrate compared with the feeding line dielectric substrate layer with various stub lengths to characterize the performance of antenna. The antennas were designed using several tools such as MSA CAD, PCA.AD, and APP CAD. The results show that the coupling between the feeding line and the antenna operating in 4 GHz can be made only for few points of the stub length. In addition, measured parameters show good performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ani Apriyani
"ABSTRAK
Telah dipelajari fotoproduksi pion netral pada proton dengan model Lagrangian effektif dan memperhitungkan faktor bentuk hadronik monopol, dipol, dan gaussian, pada setiap vertex resonan. Amplitudo transisi dihitung untuk setiap kanal mulai dari suku Born, suku vektor messon, dan suku resonan untuk mencari nilai penampang lintang total pada setiap kanalnya. Selanjutnya untuk melihat adanya pengaruh dari faktor bentuk dilakukan dengan cara membandingkannya dengan data eksperimen dengan perhitungan teoritis. Perhitungan faktor bentuk hanya akan diperhitungkan pada suku resonan. Penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan hasil yang lebih baik dengan memperhitungkan faktor bentuk dalam perhitungan total penampang lintang.

ABSTRACT
There has been investigated about neutral pion photoproduction on protons using effective Lagrangian approach by consider the hadronic form factors monopole, dipole, and gaussian, in each of vertex nucleon resonances. Transition amplitudes are calculated for each channel starting from Born term, vector messon, and resonances term to find the total cross sectional value in each channel. Furthermore, to see the influence of form factors is done by comparing experimental data with theoretical calculation. The calculation will only be taken into nucleon resonances term. This study shows that better results are obtained by counting the form factor in total cross sectional calculations."
2017
T49185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Emir Soaduon
"Pada penelitian ini dilakukan perancangan antena yang beresonansi pada frekuensi 1.8 GHz dan 2.1 GHz. Pemilihan frekuensi ini disesuaikan terhadap IMT 2000. Penggunaan geometri antena berbentuk segitiga sama sisi dimaksudkan untuk memperkecil dimensi antena secara keseluruhan. Secara geometris antena ini berbentuk dua segitiga sama sisi yang saling membelakangi, satu segitiga sebagai radiator dan segitiga yang lain sebagai parasitiknya. Gangguan yang dilakukan oleh elemen parasitik terhadap elemen peradiasi dengan menggandeng keduanya dengan jarak tertentu, memunculkan frekuensi resonan baru yang berdekatan dengan frekuensi resonan utama yang dibangkitkan oleh elemen peradiasi. Perbandingan antara frekuensi alas terhadap bawahnya sebesar 1.1. Resonan pertama dibangkitkan oleh elemen peradiasi sedangkan resonan kedua berasal dari elemen parasitik.
Metode Hubung singkat yang terhubung antara patch dengan ground plane pada satu titik di antara voltage null dengan puncak segitiga sama sisi, menghasilkan dimensi antena yang berukuran 113 bagian dari sebenarnya. Celah, di antara dua elemen yang saling membelakangi, akan berpengaruh pada frekuensi rasio antara kedua resonan tersebut maupun perolehan nilai return loss yang berkaitan dengan nilai VSWR di bawah 1.2.
Cara yang digunakan untuk memperoleh perbandingan elemen radiator dan parasitiknya adalah dengan menguji coba 5 buah antena dengan 5 perbedaan pada elemen parasitiknya. Untuk mengetahui jarak celah yang tepat adalah dengan menguji coba 5 buah antena yang identik namun memiliki 5 perbedaan celah yang menggandeng elemen radiator dengan parasitiknya.
Hasil pengukuran return loss yang diperoleh dari segitiga dengan panjang sisi elemen peradiasi 2 cm dan panjang sisi parasitik 1.6 cm adalah -21.24 dB untuk frekuensi 1.86 GHz dan -25.37 dB untuk frekuensi 2.15 GHz. Nilai VSWR-nya berturut-turut 1.19 dan 1.12. Bandwidth pada kedua resonan adalah 37.21 MHz.

The research had been done to design antenna which are resonant at L8 GHz and 2.1 GHz. The frequencies are adjusted to IMT 2000. Geometrical dimension such as equilitriangular is used to shrink the original patch. The antenna is consisted of two element, one element as radiator and the other as parasitic. The disturbance done by parasitic element generates new resonant which is closed to the main resonant. Division between second and first resonant is 1.1. The first resonant is generated by radiator and second resonant is generated by parasitic element.
Short circuit connected from patch to ground plane in one spot between voltage null and equilitriangular tip, can shrink the dimension to become 113 part of original dimension. Gap, between two element can affect to frequency ratio and return loss values connected to VSWR values beneath 1.2.
The way to reach appropriate composition between radiator and parasitic element through experiment on 5 samples that have 5 different parasitic dimensions. The way to reach appropriate gap between radiator and parasitic element through on 5 samples that have 5 different gaps.
With 2 cm radiator equilitriangular length and 1.6 cm parasitic equilitriangular length brings return loss results -21.24 dB at L86 GHz and -25.37 dB at 2.15 GHz, respectively. VSWR values are 3.19 and 1.12 respectively. Bandwidth on both resonant is 37.21 MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T2786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liarto
"Perkembangan rancang bangun antena saat ini sangat pesat sekali, hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan teknologi perhitungan numerik, yang bertambah maju seiring dengan semakin majunya teknologi komputer. Sehingga berbagai jenis antena dapat dikonversikan kedalam bentuk mikrostrip atau patch. Sistem GPR (Ground Penetrating Radar) pada umumnnya menggunakan jenis antena bow-tie bentuk kawat Antena bow-tie merupakan jenis antena dipole (bersifat balance) dengan penambahan beberapa elemen kawat dengan tujuan mengatur input impedansi antena. Agar antena bow-tie yang bersifat balance dapat dikoneksikan dengan saluran koaksial unbalance rnaka dibutuhkan balun (balance unbalance). Balun yang dipergunakan pada antena bow-tie bentuk kawat adalah balun koaksial.
Pada perkembangan selanjutnya antena bow-tie untuk aplikasi sistem GPR bentuk kawat dikonversikan kedalam bentuk patch. Antena bow-tie bentuk patch memiliki ukuran yang lebih kecil dari antena bow-tie bentuk kawat. Jika pada antena bow-lie bentuk patch digunakan ballot bentuk koaksial akan terjadi ketidaksesuaian dalam ukuran. Ketidaksesuaian ukuran balun koaksial dapat diatasi dengan cara mengkonversikan ke dalam bentuk parch (strip-line). Untuk merealisasikan hal tersebut, maka dalam tesis ini dilakukan pabrikasi antena bow-tie dengan pembebanan dan pengukuran. Perancangan, pabrikasi, dan pengukuran juga dilakukan pada strip-line balun, untuk mendapatkan parameter-parameter dari balun. Antena bow-tie dengan pembebanan R dirancang untuk aplikasi sistem GPR (3 GHz - 10 GHz) dan strip-line balun dirancang untuk dapat mengkoneksikan antena bow-tie dengan saluran koaksial unbalance 50 Ohm.
Dari basil pengukuran yang dilakukan, antena bow-tie memiliki karakteristik impedansi input 100 Ohm. Dari basil simulasi yang dilakukan menunjukan rancangan strip-line balun dapat bekerja pada range frekwensi 3GHz - 10GHz, Setelah dilakukan pengukuran pada strip- line balun dengan kemampuan maksimal dari network analyzer 6 GHz, terbukti dapat bekerja pada range frekwensi 3 GHz - 6 GHz."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Purwanto
"Kebutuhan masyarakat akan informasi dan entertainment menanjak tajam seiring dengan perkembangan jaman dan kesibukan setiap orang, yang memungkinkan untuk dapat memperoleh berita yang aktual, tajam dan terpercaya serta kebutuhan entertainment dalam bentuk film, musik ataupun olahraga secara langsung. Indovision merupakan salah satu sarana yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Jangkauan yang luas dan antena penerima yang berukuran relatif kecil menyebabkan produk ini bisa diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan peralatan penerima yang mudah dipindah-pindahkan. Penerimaan siaran indovision sejauh ini terbatas pada satu tempat yang tetap, dan tidak bisa diaplikasikan penerimaan sinyal siaran pada sebuah sistem yang bergerak. Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan tahap awal peralatan sistem kendali auto-track antena penerima indovision pada suatu benda bergerak dan menganalisa basil simulasi terhadap respon yang akan terjadi pada sistem kendali auto-track antena yang dirancang akibat perubahan posisi yang terjadi pada objek yang bergerak tersebut, dimana sistem yang dirancang disimulasikan dengan menggunakan program MATLAB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hapso Anggoro
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>