Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rully Andhika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sea is a heritance for all people. The usefullnes of sen without considering an ecological aspect has to be prevented as early as possible. In preventing the sea pollution, some regulations regarding pollution of the ship operation are presebted and discussed in this paper."
343 JPIH 17 (1997)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iskendar
"Penelitian ini secara umum bertujuan mempelajari bagaimana aktivitas suatu kapal berlabuh yang berwawasan lingkungan. Sedang secara khusus, bertujuan mempelajari bagaimana aktivitas kapal berlabuh lego jangkar menimbulkan beban lingkungan. Dalam hal ini penulis mengambil studi tentang bagaimana pembuangan berbagai jenis limbah yang ada di kapal-kapal berlabuh lego jangkar di Perum Pelabuhan II Cabang Tg. Priok, Jakarta. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan suatu masukan yang bermanfaat bagi pengelola pelabuhan dalam mengelola limbah yang ditimbulkan oleh aktivitas kapal berlabuhsehingga aktivitas ini berwawasan lingkungan. Faktor-faktor aktivitas kapal berlabuh yang diamati dalam penelitian adalah faktor bentuk keaktifan operasional kapal di pelabuhan dan faktor pelayanan pemanfaatan fasilitas kepelabuhanan. Faktor-faktor tersebut diduga menyebabkan kapal lama berada di pelabuhan dan memberikan beban lingkungan. Terhadap perkembangan beban lingkungan tersebut diamati faktor pembuangan berbagai jenis limbah yang pelaksanaannya disebabkan oleh faktor: usia kapal, jenis kapal, sarana permesinan dan perlengkapan kapal, kesadiaan sarana dan prasarana pelabuhan, tingkat kesadaran hukum awak kapal, persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan lingkungan perairan pelabuhan, dan kebutuhan teknis operasional permesinan kapal. Melalui pengalaman awak kapal yang bersangkutan dikaji tingkat peranannya yang diperkirakan menimbulkan gangguan kebersihan dan estetika lingkungan. Dalam hal ini dikaji pembuangan limbah apa yang paling berperan menyumbangkan gangguan terhadap kualitas lingkungan tersebut. Pengamatan terhadap aktivitas kapal berlabuh lego jangkar dilakukan dengan pengambilan sampel secara berkelompok (cluster- sampling). Data yang dipergunakan dalam penelitian ini, bersumber dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan; Perusahaan Umum Pelabuhan Cabang Tanjung Priok, Kantor-Administrasi Pelabuhan/Kantor Syahbandar/Kantor Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Pelabuhan Tanjung Priok; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta; Pustaka dan sebagainya. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka; sedang pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara berstruktur kepada awak kapal (Capten atau Perwira kapal) sebagai responden; dan analisis laboratorium. Sedang analisis data dilakukan dengan metoda statistika berupa analisis regresi dan korelasi. Dalam penelitian ini diajukan 3 (tiga) buah hipotesis. Hipotesis 1: Timbulnya beban lingkungan perairan pelabuhan karena aktivitas kapal berlabuh atau lamanya suatu kapal berlabuh disebabkan oleh faktor-faktor keaktifan operasianal kapal dan pelayanan pemanf aatan fasiliitas kepelabuhanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang menjadi penyebab terpenting adalah faktor pelayanan pemanfaatan fasilitas kepelabuhanan. Hipoesis 2 : Apabila beban lingkungan aktivitas kapal berlabuh lego jangkar dipelajari,maka faktor pembuangan limbah menjadi penyebab penting terhadap timbulnya kontribusi gangguan kualitas estetika dan kebersihan lingkungan laut di sekitarnya.Terlaksananya pembuangan limbah saat lego jangkar ini disebabkan oleh faktor-faktor sarana permesinan dan perlengkapan kapal, sarana dan prasarana kepelabuhanan, persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan lingkungan perairan pelabuhan,tingkat kesadaran hukum awak kapal, usia kapal, jenis kapal dan faktor kebutuhan teknis operasional permesinan dalam kapal. Di antara faktor-faktor tersebut, yang menjadi penyebab terpenting adalah faktor sarana dan prasarana kepelabuhanan yang tersedia. Hipotesis 3 : Apabi1a dikaji keadaan pembuangan berbagai jenis limbah pada kapal-kapal berlabuh lego jangkar, maka beberapa di antara pembuangan jenis-jenis limbah tersebut yang mempunyai nilai dampak tinggi terhadap kualitas kebersihan dan estetika lingkungan adalah faktor pembuangan limbah minyak dan sampah. Dari hasil analisis data diperoieh kenyataan bahwa faktor keaktifan operasional kapal lego jangkar yang di ukur melalui variabel kategori aktif dan tidak aktif secra sendiri-sendiri. (r^2=0.95) maupun secra bersama-lama (r^2=0,96) dengan faktor pelayanan fasilitas kepelabuhanan (r^2 = 0,27) mempunyai peranan penting dalam menentukan lama kapal berlabuh maupun berperan penting terhadap timbulnya aktivitas yang berbeban lingkungan. Kapal lego jangkar yang tidak aktif pada umumnya mempunyai waktu labun yang tidak terbatas, sehingga memberikan waktu berlabuh yang lebih lama dari kapal-kapal yang aktif operasional. Namun kapal kategori tidak aktif ini memberikan beban lingkungan yang lebih rendah (r^2=0,34). Bagi kapal-kapal aktif beban lingkungan ini berupa timbulnya limbah kapal yang selalu harus di bersihkan dan di buang setiap saat. Sehingga cenderung memberikan beban lingkungan yang lebih tinggi, mengingat limbah yang dibuang selalu mengandung minyak dan lemak yang berlebihan (350 s/d 12.950 mg/l) dan menounyai COD yang tinggi (l00,75 s/d. 326.98,5 mg/l) dan pula terdapat sampah sintetis (plastik dsb) yang tidak danat atau sulit termusnahkan oleh alam. Untuk menekan beban lingkungan yang timbul tersebut, tentunya kapal yang aktif tidak harus dinonaktifkan, namun apabila beban lingkungan dipelajari kembali, maka sesuai dengan hasil analisis data, terdapat faktor-faktor lain yang penting yang menyebabkan pembentukan cara pembuangan limbah dilakukan oleh kapal-kapal yang sedang lego jangkar. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa penilaian awak kapal atas kesediaan prasarana dan sarana pelabuhan, kelengkapan peralatan dan permesinan penanganan limbah di kapal, kesadaran hukum awak kapal terhadap lingkungan serta persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan perairan pelabuhan. Dari hasil analisis data secara sendiri-sendiri, faktor-faktor penilaian awak kapal atas kesediaan sarana dan prasarana pelabuhan (r^2= 0,35), tingkat kesadaran hukum awak kapal dalam membuang limbah (r^`2 =0,20) dan persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan perairan pelabuhan (r^2 = 0,25) dengan sangat berarti mempunyai pengaruh terhadap cara pembuangan limbah dalam kapal. Sedang secara bersama-lama faktor yang tidak boleh diabaikan adalah faktor penilaian awak kapal atas kesediaan sarana dan prasarana pelabuhan untuk penanganan limbah (r^2 = 0,297) dan faktor kelengkapan peralatan dan permesinan penanganan limbah di kapal (r^2 = 0,216). Untuk itu faktor penilaian awak kapal atas kesediaan sarana dan prasarana pelabuhan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mempunyai peranan penti ng dalam menentukan pembuangan limbah sebuan kapal. Untuk. pengkajian, terhadap pembuangan berbaga jenis limbah dari kapal-kapal lego jangkar, maka dari hasil analisis data di peroleh kenyataan bahwa pembuangan limbah minyak (r^2 = 0,5625 dan 0,234) dan sampah (r^2 = 0,7569 dan 0,584) merupakan pembuangan limbah yang mempunyai nilai dampak tinggi terhadap kebersihan dan estetika lingkungan. Untuk dapat meniadakan atau mengurangi pengaruh negatif dari aktivitas kapal berlabuh lego jangkar tarhadap lingkungan, langkah-langkah yang perlu diambil.antara lain: (1) mengurangi keaktifan operasional mesin di saat kapal berlabuh lego jangkar; (2) Dihimbau agar para pemilik atau pengusaha kapal mengatur jadwal pelayaran kapalnya sebaik mungkin sehingga waktu layar dan labuh selalu teratur serta tidak membutuhkan waktu labuh yang lama; {3) Menekan frekuensi menunggu pelayanan fasilitas kepe1abuhanan: (4) Mernprioritaskan program pengelolaan limbah kapal yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu pendek, menengah maupun jangka panjang, berdasarkan peraturan-perundangan yang telah ada ; (5) Memasyarakatkan Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran Laut oleh Kapal (Marpol 1973/1978) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah RI dengan Kepres No. 46 th. 1986 kepada para pelaut Indonesia agar lebih menghayati keterkaitan aktivitas transportasi laut dengan lingkungannya; (6) Prioritas utama pengeloliaan limbah dari kapal lego jangkar ada baiknya ditekankan kepada penanganan limbah minyak dan sampah.
In general this research is proposed to study how is the anchorage ships activities to become an environmental insight. While in more specific, the thesis also aimed to study how the anchorage ships activities gene-rates environmental load. In this study the author has examined how is the variety of waste being discharged by the anchorage ships on Tanjung Priok Harbour, Jakarta. It has been expected that this research could come up with the useful input for Port Authority in managing the waste generated by anchorage ship so that the activity could become an environmental insight. Factors of anchorage ships activities to be examined on this work are the ship operational factor and factors related to the serving and functioning of harbor facilities. Those factors might cause the ship longer in the harbor and generates more loads to the environment. For the propagation of the load to the environment to be examined discharging factor of variety of waste where the carrying out being influenced by: the age of ship, the type, ship machinery and equipment, the existing harbor facilities, law awareness of crew to prevent marine pollution from their ship, perception of the crew toward the cleanness of the coastal water on harbor and the need of operational techniques of ship machineries. Through the experiences of ships crew, to be assessed the role which is suspected might cause untidiness and affects esthetic of the environment. In this case to be assessed what kind of waste, which contribute more damage to the environmental quality. Observation on anchorage ship activities is carried out by taking sample in to a group of ships (cluster sampling). Data to be used in this research, are to be collected from: Directorate General of Sea Transportation, Communication Department; Tanjung Priok Port Administration/Harbor and coastal guard of Tanjung Priok, The center of research and development of city and environment, DKI Jakarta; literature etc. The secondary data collected in this research are from study literature; while the primary data collecting to be carried out by field observation; viz, by structural discussion directly to the ships crew (captain or officer) as respondent and laboratory analysis: while the analysis off the data it self to be carried cut by statistical method in form of regression and correlation analysis. This research proposed three hypotheses. Hypothesis 1 the creation of environmental load on coastal water due to the anchorage ship activities as well as the time of ship being hold up in the harbor caused by ship operational activity factors and utility and serving of harbor facilities. Among this factors the most important one is the presenting factor of the used of harbor facility. Hypothesis 2: If the environmental load created by the anchorage ship activities has been studied, therefore the discharging of waste to be the most important reason of the contribution several damage of esthetic quality and the tidiness of the environment could be assessed. The discharging of waste during the ship anchorage in the harbor is caused by factor related to the machinery facilities and ship equipments; harbor facilities; perception of the crew regarding to the quality c-f environment in the coastal water; a level of law awareness of ship crew (to prevent marine pollution from their ship); ship age; ship type and factor of the necessity of operational techniques of machinery on ship. Among that factor, the most effective +actor is the one related to the harbor facility. Hypothesis 3: On the Assessment of discharging condition of some kind of waste by anchorage ships, it has been concluded that some of them play an important role in disturbing the tidiness quality and environmental esthetic that is the discharge or oil and garbage. From the analytical result of the data, its found that operational activity factor of anchorage ship belong reasonable through categorized variable e.g. active or non active either separated (r^2=0,95) or as a whole (r^2 = 0,96) analysis by presenting factor of utility of harbor facilities (r^2 = 0,27) has important role in stating how long the ship to be in harbor as well as how the ship could create activities wick have an environmental load. A non active anchorage ship usual y have an unlimited time on harbor, therefore will have harbor time much more than operationally active ship. But the ship categorized as non-active will give lower environmental load (r^2 - 0,34). For active ships the environmental load are in form of waste created on a ship which shall be cleaned and discharged to the sea at any time, therefore have a tendency to create more environmental load due to the waste material being discharge always contain oil and grease in a significant amount (350 to 12.950 mg/l) with a high level COD (100,75 to 326.968,5 mg/1) and also contain synthetic disposal (plastic etc.) which is unable to be annihilated by nature. To decrease the resulting environmental load, doesn't mean that we should make an active ships to be non active, but by studying environmental load once again, show that in accordance of data analysis, there is some other important factors which create the way how waste material should be discharged from anchorage ships. Those factors among other things are appreciation of ship's crew on harbor facilities condition, complete of machinery and equipment to handle ships waste, law awareness of crew in environmental regulation and their perception upon the tidiness of coastal water on harbor. From the separate data analysis, the appreciation of ship's crew upon, harbors facilities and condition (r^2 = 0,35), the understanding level of crew upon waste discharging regulation (r^2= 0,20) and perception of crew upon, the tidiness of coastal water (r^= 0,25) significantly influences the way that waste should be discharged from ships. While the analysis of factor as a whole, shows that the appreciation of crew upon harbor facilities and condition for waste handling (r^2= 0,297) and the completion of machinery and equipment to handle waste on ship: r^2 = 0,216). 5o; the appreciation factor of the crew upon readiness of harbor facilities and condition, either to be examine as a whole or together with other factor or in separate analysis, have an important role toward the way how the waste should be discharge from a ship. cr the assessment of the discharging of a variety of waste from the anchorage ship activities, from the data analysis result come up the reality that oily waste discharged (r^2=0,5625 and 0,234) and garbage (r^2 0.7569 and 0,554) to be discharged waste which have higher value on inhalation toward the tidiness and esthetic o-f environment. In order to eliminate or to decrease the effects of anchorage ships activities toward the environment, the ways should be taken among other things: (1) Limitation of operational time of engine when the ship is anchorage; (2) It was suggested that the owner or shipping enterprises should arranged the best possible schedule of their ships, so that the harbor time can be limited; (3) Give more emphasis on increasing idle time due to waiting for harbor facilities; (4) Give priority on ships waste handle program which could be exceeded in short period, medium as well as long-term period in accordance with the existing regulation; (S) reapply International Convention for the prevention of marine pollution from ships (Marpol 1973/1978) which have been ratificated by the Government of Indonesia by KEPPRES no: 46, 1986 among Indonesians ship crew, so that they could more aware of the influence of sea transportation activities on environment; (6) The first priority on waste handle system of anchorage ship are recommended to be emphases on the handle of oily waste and garbage."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T3006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarsih
"Kebijaksanaan di bidang energi merupakan bagian integral dari kebijaksanaan nasional yang secara menyeluruh berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan penyediaan energi. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Khususnya untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali konsumsinya 80% dari konsumsi listrik seluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan skenario tingginya pertumbuhan kebutuhan listrik rata-rata dalam Repelita V menjadi 15,5% per tahun, kemudian meningkat lagi menjadi 17,7% per tahun pada Repelita VI dan kemudian baru menurun sampai 14,1% pada Repelita VU. Dalam rangka untuk memenuhi laju pertumbuhan permintaan akan listrik dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah Republik Indonesia membangun beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), salah satu diantaranya adalah PLTU Tambak Lorok Semarang. PLTU Tambak Lorok adalah suatu pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas terpasang 300 MW yang menggunakan uap sebagai penggerak utama turbin guna menghasilkan tenaga listrik. Sistem ini bekerja dengan menggunakan air laut sebagai cairan kerja. Air laut diubah menjadi uap di boiler (ketel uap) dan keluar dari turbin, kemudian uap dimasukkan ke kondensor (mesin pengembun) dengan pendingin berasal dari air laut sehingga mencair kembali. Buangan air pendingin berupa air panas ini dikeluarkan melalui outlet menuju kolam pelabuhan Tanjung Emas. Buangan air ini disebut "limbah air panas" yang akan menyebabkan terjadinya perubahan suhu pada suatu perairan. Dalam penelitian ini masalah ditekankan pada simulasi model dinamika sistem pencemaran limbah air panas terhadap sifat fisikkimia air dan biota perairan di saluran pembuangan (outlet). Apabila limbah air panas tersebut dibuang ke dalam suatu perairan yang berlebihan hingga melampaui kemampuan dayadukung lingkungan perairan itu, maka limbah air panas akan berbahaya bagi lingkungan perairan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kualitas perairan terhadap sifat fisik-kimia air dan indeks keanekaragaman biota perairan (plankton). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau merumuskan model pengaruh limbah air panas terhadap sifat fisikkimia air dan biota perairan secara sederhana. Untuk selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan kebijaksanaan pengelolaan yang baik terhadap pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), sehingga akibat sampingannya dapat ditekan serendah-rendahnya. Hubungan antara setiap faktor yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk setiap faktor yang berpengaruh adalah berbeda. Hal ini menunjukkan kompleksitas model pencemaran limbah air panas. Untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap faktor dan bentuk hubungan antar faktor dengan simulasi model dipilih pendekatan dengan metode analisis dinamika sistem yang menggunakan program "Powersim Version 2.01" copyright tahun 1993-1995 ModellData AS. Untuk uji validasi model digunakan analisis satuan, simulasi model dalam bentuk grafik dan tabel serta verifkasi. Simulasi model terhadap parameter BOD dan COD sebagai nilai awal digunakan nilai baku mutu menurut Kepmen KLH No. Kep.O2/Men.KLH/1/1988 tentang Pencemaran Air Laut Untuk Budidaya Perikanan. Verifikasi model dilakukan dengan melakukan pengukuran di lapangan sebanyak 2 (dua) kali sampling pada 6 stasiun pengamatan di perairan kolam pelabuhan Tanjung Emas. Selain itu untuk keperluan verifikasi juga digunakan data hasil survai hidro-oceanologi Tambak Lorok (1993), studi ANDAL PLTU Tambak Lorok Blok II (1995) dan hasil pemantauan (1995-1996). Untuk melihat gambaran sebab-akibat antar faktor tersebut dilakukan dengan mengembangkan sub-sistem model dan membangunnya dari sub-sistem-sub-sistem model tersebut sehingga menjadi sistem yang besar. Dengan melalui asumsi-asumsi yang diambil dari beberapa simulasi, maka simulasi model dapat mendukung konsep siklus pencemaran limbah air panas yang berpengaruh terhadap berbagai faktor yang membentuk suatu sistem pencemaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa limbah air panas yang dibuang ke perairan dapat merubah kondisi perairan yang berakibat naiknya suhu lebih tinggi dari suhu ambien level-nya (30°C ) dengan Δt sebesar 7°C. Naiknya suhu perairan berpengaruh terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, maka kelarutan oksigen makin rendah sehingga kandungan oksigen terlarut akan kecil. Dalam simulasi model dinamika sistem yang dihasilkan berdasarkan waktu, pada suhu di pelimbahan (outlet) sama dengan 37°C dan oksigen terlarut (DO) sama dengan 7 mg/l, maka indeks keanekaragaman yang diperoleh dari simulasi sebesar 2,63. Hal ini menunjukkan kondisi perairan yang tercemar dengan tingkat pencemaran sedang. Kenaikan suhu di perairan menyebabkan oksigen terlarut menurun, kebutuhan oksigen bialogi (BOD) meningkat dan kebutuhan oksigen kimia (COD) meningkat. Dalam simulasi model dinamika sistem terhadap waktu menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman yang dipengaruhi oleh aliran informasi dari DO, BOD dan COD serta adanya proses pendinginan adalah sangat kecil, mendekati nilai 0 (nol). Hal ini menunjukkan bahwa biota air yang berada di pelimbahan (outlet) mati semua, walaupun pada waktu dilakukan sampling masih dapat tertangkap beberapa jenis plankton. Mengingat bahwa plankton bersifat melayang-layang, maka tertangkapnya jenis ini diduga karena mendapat limpahan dari saluran pembuangan. Dengan adanya peningkatan suhu di perairan kolam Pelabuhan Tanjung Emas sebagai akibat limbah air panas PLTU diduga merupakan penyebab utama terjadinya penurunan jumlah dan jenis plankton di perairan tersebut. Indeks keanekaragaman terukur di pelimbahan (outlet) sebesar 1,43 dan 1,44. Ada dua jenis plankton yang dapat ditemukan di semua stasiun pengamatan yaitu Skeletonema dan Nitzchia yang mampu bertahan hidup pada suhu yang 37°C. Dalam simulasi model sistem dinamika menunjukkan bahwa adanya pengaruh suhu terhadap DO, BCD, COD, CL2, C02, nitrogen dan pH akan memperbaiki kondisi perairan dengan indeks keanekaragaman sama dengan 1,57 dan akan menurun sesuai dengan keadaan suhu terhadap waktu. Dengan meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 500 MW menyebabkan debit air panas menjadi 250%, yang dapat mempercepat panasnya perairan, sehingga perairan menjadi cepat panas. Kenaikan panas ini akan menaikkan suhu dengan Δt 2°C, sehingga suhu menjadi 39°C. Kondisi ini menyebabkan menurunnya nilai indeks keanekaragaman. Meningkatnya kalor panas limbah air panas tersebut dapat menyebabkan terjadi resirkulasi panas ke intake. Dari simulasi model dinamika sistem menunjukkan bahwa peningkatan panas dari limbah air panas lebih cepat dari sebelumnya kapasitas terpasang ditingkatkan. Sedangkan aliran air panas menunjukkan kestabilan atau adanya "goal seeking" dalam waktu yang relatif lama. Untuk menjaga kondisi perairan yang baik, maka kebijaksanaan yang diambil adalah dengan memutuskan aliran limbah air panas (aliran materi) dalam model yang berarti limbah air panas tidak dibuang di pelimbahan (outlet) seperti keadaan pada saat sekarang ini. Karena dengan memutus aliran ini berarti memindahkan tempat pelimbahan (outlet) atau saluran pembuangan. Bahkan menurut hasil studi yang pernah dilakukan oleh PLN bekerja sama dengan UGM, menyarankan agar tidak ada resirkulasi ke intake safuran pembuangan air panas dipindahkan di sebelah timur kolam pelabuhan. Dari segi lingkungan hidup hal ini sangat menguntungkan, karena limbah air panas segera mengalami pengenceran oleh atmosir, sehingga nilai indeks keanekaragaman menunjukkan keadaan perairan yang tidak tercemar.
The policies in the energy sector are an integral parts of national policies as a whole, and are closely related to the growth of the economy and population and the supply of energy. The growth of economic, the demand for electricity continuously grows from year to year, especially in Java and Bali areas which consumes 80% of Indonesian electricity. The growth is in accordance to the forecast of electricity growth in the average of 15.5% per year during the fifth Repelita (National five year development planning) and the increase to 17.7% during the sixth Repelita before it decreases to 14.1% in the seventh Repelita. To fulfill the growing demand for electricity and to improve the service to users, the government of Indonesia had build several steam generated electrical power plant (PLTU), one of which is PLTU Tambak Lorok Semarang. PLTU Tambak Lorok is a power plant which uses steam as the main force to move the turbine to create electricity. This system is functioning by using sea water as the working liquid. The sea water is turned into steam in the boiler and out from turbine, the steam then being put in to a condenser with the chillier from sea water and to turn its thermal water discharged effluent back to sea water. The residual chillier which is now become hot water is discarded using an outlet to Tanjung Emas harbor pond. The discarded water is called "thermal effluent" and it will cause changes in sea temperature in the surrounding areas. In this research, the problem is emphasized on simulation of the dynamic model of thermal effluent system on the physical and chemical characteristics of sea water and aquatic biota in the waste outlet. If the water effluent is discarded excessively so that it exceeds the tolerance of surrounding sea water body, the waste will poisonous. This brings the declines in quality of the water in teems of the physical-chemical characteristics of water, and diversity index of aquatic biota (plankton). This research intents to capture the idea or to formulate the model of water effluent effect on the physical-chemical characteristic of the water and aquatic biota in a simple way. Furthermore, this research can be used as an inputs for the policy of good management to the Steam Power Plant, so that its environmental impact can be minimized. The relationship among each interacting and affecting factor behaves differently. This shows the complexity of the water effluent model. To know the immensity of the effects of each factor and relationship with the simulation of the model, one chooses an approach with the analytical method of system dynamic which uses the program "Powersim version 2.01" copyright 1993-1995 by ModellData, U.S.A. To validate the model, one uses unit analysis, model simulation in graphics and tables and verifications. in the model simulation on parameters BOD and COD, as the starting value one choose the standard quality value according to Kepmen KLH No. Kep.02/Men.KLH/1/1988 about the sea pollution for fishery. Model verification is done by measuring on the field with 2 samplings at 6 stations in the water at harbor Tanjung Emas. For observations, one also uses data from hydro-oceanology survey Tambak Lorok (1993), ANDAL study PLTU Tambak Lorok Blok II (1995) and observation result (1995-1996). Figuring the causal relationship among those factors is carried out by developing a subsystem model and build it from the model's sub-systems to make a big system. From the assumptions taken from several simulations, the model can support the concept of water effluent pollution cycle which affects various factors forming some kind of pollution system. Analysis results show that water effluent discarded into the water can change the water condition which make the temperature rises higher than the ambient level (30°C) with Δt as much as 7°C. The water temperature increase affects the oxygen solvability. The higher the temperature, the oxygen solvability is lower, so that the oxygen in the water is little. In the system dynamics model simulation produced with repeat to time, at waste temperature equal to 37°C and solved oxygen (DO) equal to 7 mg/l, the diversity index acquired from the simulation is 2.63. It shows the polluted water condition at the middle level. The increase of water temperature cause solved oxygen to decrease, biology oxygen demanded (BOD) increase, and chemical oxygen demanded (COD) to increase. The system dynamics model simulation with respect to time shows that diversity index affected by information flow from DO, BOD, and COD with the existence of the cooling system is very small, close to 0 (zero). This shows that the water biota which were in the outlet all died, although when sampled several kinds of plankton were still found. Recalling that plankton's float, the capture of these plankton's may originate from the outlet. With the increase of increase of temperature in the pond of Tanjung Emas Harbor because of water effluent, PLTU was thought the main culprit of the decrease of numbers and kinds of planks in the water. The diversity index measured in the outlet are 1.43 and 1.44. There were two kinds of plankton found in all the observation stations, namely Skeletonema and Nifzchia which survive at 37°C. The dynamics system model simulation showed that the temperature effect on DO, BOD, COD, C12, C02, nitrogen and pH will remedy the water condition with diversity index equal to 1.57, and will decrease according to the temperature condition with respect to time. Increasing the installed capacity to 500 MW causes the water effluent debit to increase 250%, which accelerate the increase of water temperature. This increases temperature by 2°C, so the temperature will be 39°C. This condition causes a re-circulation to the intake. The system dynamics simulation model shows that the heat increase from the water effluent was faster than before the installed capacity had been increased. In the mean time, the hot water flow shows the stability or there was "goal seeking° for a relatively long time. To maintain a good water condition, the policy taken is by disconnecting the heat flow (material flow) in the model, which means the water effluent is not discarded in the outlet as the current situation. The flow disconnection means moving the outlet or the waste channel. Even, according to the result of study conducted together by PLN and AGM, to stop the re-circulation to the intake, the water effluent channel to be moved to east of the harbor pond. From the natural environment, this is very beneficial because the water effluent will immediately be thinned out by the atmosphere, so that the value of diversity index shows an unpolluted water situation."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Abren
"Unit Terminal Peti Kemas merupakan sarana penunjang transportasi memegang peranan penting dalam perekonomian negara karena merupakan Salah satu sumber pemasukan untuk negara melalui bea cukai. Semarang sebagai pusat pemerintahan dan perekenomian memiliki peiabuhan peti kemas di Tanjung Emas.
Saat ini UTPK Tanjung Emas memiliki 4 (empat) unit container crane dengan panjang dermaga 345 meter. Pada proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas setiap tahun semakin meningkat, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai kebutuhan dari produktivitas container crane dan panjang dermaga yang ada saat ini apakah masih dapat menampung peningkatan jumlah bongkar muat peti kemas sampai dengan tahun 2010.
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan peramalan terhadap pertumbuhan arus peti kemas sampai dengan tahun 2010 dengan menentukan waktu baku bongkar muat container crane dan utilitas dermaga. Sehingga diperoleh produktivitas dari container crane dan persentase kebutuhan panjang dermaga.
Untuk memecahkan masalah tersebut maka dilakukan suatu penelitian tentang produktivitas container crane dan dermaga dengan peramalan. Adapun data yang digunakan meliputi data waktu pelayanan bongkar muat peti kemas oleh container crane dan data utilitas demwaga di Pelabuhan Tanjung Emas serta pertumbuhannya. Data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS dan program komputer LSF untuk mendapatkan jenis distribusinya, waktu rata-ratanya, standar deviasi yang dimilikinya serta jumlah bongkar dan muat peti kemas. Selain data tersebut, data lain yang dikumpulkan adalah data arus peti kemas serta kebutuhan utilitas kebutuhan dermaga. Akhimya dihasilkan kebutuhan peralatan container crane yang dibutuhkan serta kebutuhan panjang dermaga di terminal peti kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sampai dengan tahun 2010."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S50399
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Fildza Rafiza
"Kebisingan merupakan risiko kerja yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen, salah satu nya adalah kebisingan dari kegiatan konstruksi di galangan kapal. Galangan kapal memiliki kegiatan perbaikan dan pembuatan kapal yang dapat menimbulkan kebisingan tinggi dan terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran yang terjadi pada pekerja lapangan di galangan kapal Tanjung Priok tahun 2019. Desain studi yang digunakan adalah desain studi dengan subjek pekerja lapangan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari galangan II terdiri dari bagian produksi, fasilitas galangan, dan QHSE. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 responden dan 31 titik kebisingan. Hasil analisa bivariat menghasilkan hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran dengan p value 0,02, OR=5,44, dan CI 95%=1,263-23,464. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa pekerja yang terpajan kebisingan memiliki risiko 21 kali terkena gangguan pendengaran dibandingkan yang tidak terpajan setelah di kontrol variabel riwayat penyakit telinga dan usia. Temuan ini menyarankan untuk adanya pengendalian kebisingan dengan eliminasi alat kerja yang menimbulkan bising, melakukan penanaman pohon untuk mereduksi kebisingan, kontrol administrasi dengan melakukan rotasi kerja dan kegiatan edukasi pada pekerja bahaya kebisingan. 

Noise is a work risk that can cause permanent hearing loss, one of the noise is noise from construction activity in shipyard. The shipyard has repairs and shipbuilding activities that can cause high noise and are proven to have a significant relationship with hearing loss in workers. This study aimed to examine the relationship between the level of noise with a hearing impairment that occurs on field workers in the shipyard of Tanjung Priok in 2019. The study design used was a cross sectional study with a population of 164 field workers at PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari Galangan II consists of production parts, shipyard facilities, and QHSE. The number of samples is 70 respondents and 31 noise points. The result of bivariate analysis is that there is a significant relationship between noise level and hearing loss with p value 0,02, OR = 5,44, and 95% CI = 1,263-23,464. The results of multivariate analysis showed that workers exposed to noise had a 21 times risk of hearing loss compared to those who were not exposed after being controlled by age and history of ear disease. This finding suggests to control noise by eliminating work tools that cause noise, planting trees to reduce noise, control administration by carrying out work rotations and educational activities for noise hazard. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Manuhutu, Agnes
Depok: Universitas Indonesia, 1989
TA3952
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amal Witonohadi
"Unit Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang menyediakan fasilitas bongkar muat peti kemas selalu di tuntut untuk meningkatkan kinerja pelayanan. Mengingat semakin meningkatnya arus peti kemas dengan rata-rata antara 4 % sampai 55 % per tahun atau rata-rata 27 % per tahun. Permasalahan utama adalah bagaimana produktivitas dan utilitas fasilitas peralatan pada kondisi saat ini serta mengetahui kombinasi peralatan yang baik.
Penulisan ini memerlukan penelitihan langsung dengan mengambil data primer, sekunder, dan kajian literatur. Sebagai alat analisis digunakan metode simulasi dan total biaya. Dalam melakukan peramalan arus peti kemas pada masa yang akan datang digunakan model regresi dengan beberapa variabel-variabel yang mempengaruhi. Sedang untuk melakukan analisa komposisi peralatan dan fasilitas menggunakan model simulasi dengan subsistem dermaga dan lapangan penumpukan. Untuk menganalisa total biaya menggunakan variabel biaya tambat, biaya peralatan, biaya fasilitas dan biaya pelayanan.
Dari hasil simulasi dan analisa total biaya diketahui bahwa kombinasi Container Crane, Headtruck dan Rubber Tired Gantry sangat berpengaruh terhadap kemampuan dermaga. Kebutuhan lapangan penumpukan dan dermaga diketahui dapat dioptimalkan dengan analisa sensitifitas. Dengan merubah lama penumpukan dari 5 hari menjadi 4 hari mampu memperpanjang kemampuan lapangan penumpukan selama dua tahun. Dan dengan menekan waktu pelayanan di Container Crane sebesar 20 % dapat memperpanjang penggunaan dermaga selama dua tahun.

Containers Terminal Unit of Tanjung Emas harbor Semarang preparing container loading and unloading facilities is always required to improve their services. Mind full of the flow containers is 4 % until 55 % a years or average 27 % every year. The main problem is how we can raise the predictabilities and utility of facilities equipment that we have now. And then, how known a good combination of equipment. On this research besides we take the primary data and the secondary data and we also were doing literature study. The instrument of analysis we used is the simulation method and analyze minimum cost method.
To forecast the container flow for the next years we use the regression method with any variable influence. And then, to analyze of composition the equipment and facilities we use the simulation method with dock and stack yard as a subsystem. To analyze the total cost uses the equipment cost, the facilities cost, the tie cost and the service cost.
From the output of the simulation and total cost will be known that the combinations of Container Crane, Head truck, and Rubber Tired Gantry to dock ability. Whit sensitivities analyze will be known that the necessary stack yard and dock could optimized. Become different time stacking from 5 to 4 days be able lengthen the stack yard ability until two years. Then, with push down time service at Container Crane until 20 °to be able lengthen the duck ability until two years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darminto Pujotomo
"Physical work environment is one of factor that influence performance worker, but this is rarely main attention industry, especially for worker as operator when he done. This happened in PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III that manage container transportation with Gantry Crane, from shipping in Tanjung Mas Semarang. The problem in this case was operator time work not maximal, so target didn't reach. It was happen because physical work environment not ergonomic, such high temperature in room, level sound from machine very high, brightness is very high.
Based on condition above, this research has goal to design physical work environment in operator room Gantry Crane. The design concern several aspects, such level sound from machine, temperature, and brightness in operator room. Method of this research is factorial experiment design with 3 factors (axbxc), use I 0 times replications. Data analysis used analysis variance (ANAVA) with F statistical at level I % and 5%.
From the result analysis, it can be conclusions that improve level sound from machine, temperature, and brightness in operator room give influence to average operator time work in Gantry Crane. Operator works with optimal time work in temperature 24 - 26 UC, intensity fighting I 300-I 500liumen, use ear plug, and improve facility air conditioner (AC)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
JUTE-19-1-Mar2005-67
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>