Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Agustinus Hartanto
"Semua bangunan di dunia ini memakai beton, ini disebabkan karena beton sangatlah mudah didapat, murah dan kuat. Namun timbul masalah disebabkan bahan pembuat beton yaitu semen. Semen dibuat dengan melalui banyak proses dan ini menghasilkan gas karbon dioksida yang dapat membuat bumi kita ini seperti dalam efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan diperlukan cara untuk menggantikan peran semen ini. Salah satunya dengan menggunakan beton geopolimer. Penyusun beton geopolimer ini salah satunya adalah fly ash. Selain itu marak masalah penggunaan limbah beton, karena selama ini kurang bisa dimanfaatkan. Sebaiknya bisa dibuat kembali untuk membangun bagian struktural lagi. Parameter yang akan diuji adalah kuat tekan, kuat tarik, dan kuat tarik lentur. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa kuat tekannya sebesar 45 Mpa dengan kuat tekan yang hanya sebesar 4,56 Mpa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Idiajir
"Material merupakan salah satu elemen terpenting dalam dunia konstruksi. khususnya untuk dunia konstruksi beton. Kerusakan yang terjadi pada struktur beton dapat disebabkan oleh banyak hal, secara umum faktor penyebab kerusakan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: pengaruh fisika, mekanika, dan kimia. Kerusakan beton akibat pengaruh kimia merupakan hal yang sangat sulit untuk diperbaiki dan dihindari. Contoh kerusakan akibat pengaruh kimia adalah korosi beton akibat air laut dan akibat limbah dari pabrik. Oleh karena itu dibutuhkan metode dan material baru dalam mengantisipasi kerusakan beton akibat pengaruh kimia tersebut. Salah satu metode yang dalam mengantisipasi pengaruh kimia tersebut adalah dengan melindungi permukaan beton (protective coating). Material yang dianggap mampu melindungi permukaan beton dari pengaruh kimia khususnya zat asam adalah geopolimer. Geopolimer terdiri dari bahan prekursor dan aktivator yang melalui proses polimerisasi. Material geopolimer dalam penelitian ini menggunakan bahan dasar kaolin. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kekuatan geopolimer sebagai lapisan pelindung beton dan pengaruhnya terhadap kekuatan beton. Metode yang digunakan adalah metode konvensional yaitu pencetakan. Parameter yang akan diteliti adalah kuat tekan, permeabilitas dan ketahanan asam material beton dengan geopolimer sebagai lapisan pelindungnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kekuatan beton terhadap bahan perusak yaitu asam, dan pengaruhnya jika diberi lapisan pelindung dengan material geopolimer.

Material is one of the important elements in the world of construction, especially in concrete construction. The fail of concrete structure is can be determined by a lots of factor, the fail of concrete structures can be determined into three factors, that is physics, mechanics and chemical. The fail of concrete structure because of chemical influences is the hardest way to ignore or to fix it. For example the fail of concrete structure because of chemical influences is concrete corrosion or abrasion because of sea water and raw waste from the industry. That is way we need a new method and new material to anticipate the failing of concrete structures. One of the method to anticipate the acid attack is protective coatings. The material that assumed can covering the surface of the concrete from acid attack is geopolymer. Geopolymer is consists of precursor and activator through polymeritation. Geopolymer material base used in this research are caoline. The goal of this research is to analyse the strength of geopolymer as protective coatings of the concrete and the influences for its compressive strength. The method we use is conventional method that is moulding. Parameters to be research are compressive strength and acid resistance ability of geopolymer as protective coatings. Hopefully this research we shall know and describe the concrete strength of acid resistance ability and the influences of giving geopolymer as protective coating for the concrete.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanny Dharma Putra
"Dalam proses produksi Semen Portland dihasilkan CO2 sebagai hasil buangan, dimana produksi 1 ton semen secara langsung menghasilkan 0,55 ton CO2 dan membutuhkan pembakaran bahan bakar karbon untuk melepaskan 0,4 ton CO2. Pada tahun 1987, 1 miliar ton produksi semen juga terhitung terlepasnya 1 miliar ton CO2. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan tahun 1995 adalah 23,8 miliar ton. Angka itu menunjukkan produksi semen portland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai sumber. Tampaknya proporsi ini akan terus bertahan atau bahkan meningkat sesuai dengan peningkatan produksi semen kalau tidak ada perubahan berarti dalam teknologi produksi semen atau didapatkan bahan pengganti semen.
Pada tahun 2010, diperkirakan total produksi semen di dunia mencapai angka 2,2 miliar ton. Geopolimer dikatakan ramah lingkungan, karena selain dapat menggunakan bahan-bahan buangan industri, proses pembuatan beton geopolimer tidak terlalu memerlukan energi, seperti halnya proses pembuatan semen yang setidaknya memerlukan suhu hingga 800 derajat Celsius. Dengan pemanasan lebih kurang 60 derajat Celsius selama satu hari penuh sudah dapat dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi. Karenanya, pembuatan beton geopolimer mampu menurunkan emisi gas rumah kaca yang diakibatkan oleh proses produksi semen hingga tinggal 20 persen saja.
Dari Penelitian Sebelumnya, disebutkan bahwa beton geopolimer berbahan dasar Bottom Ash dari sisa pembakaran batubara memiliki karakteristik yang unik dimana kuat tarik beton ini sekitar dua kali dari kuat tekannya. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai analisis penampang balok beton geopolimer; diagram tegangan-regangan beton geopolimer dan aplikasinya pada struktur sederhana untuk menguji apakah properties yang diinginkan dari beton geopolimer benar-benar bekerja dan dapat digunakan sebagai struktur, sehingga keuntungan dan kerugian dari penggunaan beton geopolimer sebagai material struktural dapat diketahui.

In the process of Portland Cement production, it also produces CO2 as waste, where a production of 1 ton cement directly produces 0,55 ton CO2 and need to burn Carbon to release 0,4 ton CO2. In the year 1987, 1 milion tons production of cement was too calculated as release of 1 milion ton CO2. According to International Energy Authority: World Energy Outlook, the numbers of Carbon Dioxyde produced in year 1995 was 23,8 milion tons. This number shows that the production of Portland Cement donate seven percent fron entire Carbon dioxyde that produced from many sources. It's seems that this proportion will be continue stays or even worsened, as the raising of cement's productions, if there is no significant change in cement producting technology or a brand new cement subtitude found.
In 2010, it was predicted that the total production of world's cement will arrive at 2,2 milions tons. Geopolymer was said to be eco-friendly as it can use waste materials from other industry. Meanwhile, the process of making geopolymer concrete don't need many energy, like the process of cement's making that at least need a temperature 800 degree of Celsius. With a warming conditioning at 60 degree Celsius in a single full-day, it's alredy produced a high strength concrete. Thats why, the making of geopolymer concrete will reduces tht green house gas emision whose caused by the process of cement production to be at 20 percent or less.
From the research before, it was told that geopolymer concrete with coal by product, bottom ash, has a unique characteristic where it's tenstile strength is at double of it compression strength. In this writings it will be studied about section analysis of flexure beam, the stress-strain diagram of geopolymer concrete and it's application in a simple structure as simple beam, to determine which is the properties of the geopolymer concrete that we want it to are really works out and can be used as struktural material, an then the advantages and disadvantages of geopolymer concrete as a structural material will be known.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatwa Hakim
"enggunaan batubara secara terus menerus menghasilkan residu berupa limbah B3 ( bottom ash dan fly ash ).Dampak negative terhadap lingkungan yang disebabkannya telah terjadi dan memberikan peringatan bagi para enginer untuk memanfaatkannya seperti untuk pembuatan beton dari bottom ash. Hal ini mulai dipandang sebagai sebuah kebutuhan untuk menghindari penumpukan limbah batubara pada landfill dan kerugian yang ditimbulkannya. Penggunaan abu batubara dalam beton dengan kekuatan normal adalah sebuah wacana yang masih dapat dikatakan baru dalam desain campuran beton dan jika diaplikasikan pada skala besar akan memberikan sebuah revolusi bagi industry konstruksi, dengan meminimalkan biaya konstruksi dan menurunkan jumlah abu batubara. Tulisan ini mempresentasikan penelitian yang membawa study kita pada efek dari penggunaan bottom ash sebagai bahan pengganti pasir pada pembuatan beton. Meskipun fly ash sedang banyak digunakan sebagai bahan pengganti semen, sebagai bahan campuran dalam beton, study tentang penggunaan bottom ash ( material yang relative lebih kasar yang mengendap pada tungku pembakaran batubara pada suhu tinggi yang dihasilkan sekitar dua puluh persen dari batubara yang dibakar ) masih sangat terbatas. Dalam penelitian ini material yang digunakan hampir sama dengan pembuatan beton pada umumnya yaitu air, semen, aggregate halus dan aggregate kasar. Namun fungsi pasir sebagai aggregate halus disubstitusi dengan bottom ash yang merupakan limbah pembakaran batubara. Substitusi ini dilakukan dengan proporsi pasir : bottom ash 50%:50%. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji kuat tekan, uji kuat lentur dan uji leaching test."
Depok: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;;, ], 2008
S35109
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
T.M. Muriansyah Riza
"Salah satu karakteristik penting dari hubungan antara beton dengan elemen penguatnya adalah kekuatan lekatan antara keduanya. Kekuatan lekatan ini akan berpengaruh terhadap penentuan panjang penjangkaran minimum yang hams disediakan agar tulangan baja tidak tercabut dari betonnya pada saat beban luar diberikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan selama ini umumnya menyelidiki hubungan antara tegangan lekat rata-rata dengan slip yang diukur dengan menggunakan dial gages.
Tegangan lekat ini menjadi masalah yang cukup penting untuk diperhatikan pada kasus penggunaan tulangan polos, di mana kuat lekat biasanya bergantung pada adhesi kimiawi antara tulangan baja dan beton di sekelilingnya. Pada saat slip antara tulangan dan beton teriadi, maka lekatan ini bergantung pada friksi antara kedua material di atas. Friksi yang dimaksud ini amat tergantung kepada kekuatan agregat dalam beton.
Penelitian ini ingin melihat hubungan kuat lekat antara tulangan baja polos dengan beton ringan yang menggunakan agregat kasar Pumice dan agregat halus pasir alam. Agregat kasar Pumice memiliki kekuatan yang relatif kecil, di mana prosentase keausannya mencapai tingkat 48.37 %. Untuk beton ini digunakan semen Cap Rumah yang termasuk ke dalamjenis Mixed Cement.
Penelitian ini dibagi menjadi dua subtopik, yaitu penelitian panjang penjangkaran dan penelitian distribusi tegangan lekat. Prosedur yang dipilih untuk penelitian ini adalah Pull-out Test (uji cabut) dengan benda uji silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dengan penulangan monoaksial.
Penelitian panjang penjangkaran bertujuan untuk mendapatkan panjang penjangkaran yang paling optimum. Keragaman panjang penjangkaran yang dibuat untuk penelitian ini adalah 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Untuk tulangan dengan diameter 8, 10, 12, dan 16 mm diperoleh harga panjang penjangkaran optimum sebesar 20 cm, sedangkan untuk tulangan berdiameter 19 mm adalah 25 cm.
Penelitian distribusi tegangan lekat melihat hubungan dari beban luar yang diberikan dengan regangan baja yang didapat dari pembacaan Steel Strain Data Logger, pada titik-titik sejarak 7.5, 15 dan 22.5 cm dari sisi yang tidak terbebani masing-masing untuk tulangan baja diameter 10, 12 dan 16 mm yang dijangkarkan sedalam 30 cm ke dalam silinder beton.
Dari penelitian distribusi tegangan lekat diperoleh bahwa tegangan lekat mencapai suatu harga maksimum di dekat sisi yang terbebani dan penurun secara nonlinier menuju sisi yang tidak terbebani. Besar tegangan lekat yang teriadi dan hubungannya dengan slip yang dihasilkan menunjukkan suatu nilai yang cukup baik, relatif terhadap penelitian sebelumnya yang menggunakan beton normal. Keruntuhan lekatan yang teriadi pada penelitian ini berupa keruntuhan cabut (diameter < 19 mm) dan keruntuhan retak-pecah pada tulangan berdiameter 19 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafaruddin
"ABSTRAK
Seiring dengan upaya untuk menjajaki kemungkinan penggunaan semen Cap Rumah sebagai bahan untuk pembuatan komponen stmktur khususnya balok beton, maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan kapasitas dan pola keruntuhan balok khususnya peninjauan terhadap gesernya_ mengingat keruntuhan akibat geser cenderung terjadi secara tiba-tiba.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kapasitas geser dan pola keruntuhan alcibat geser pada balok beton benulang yang menggunakan semen Cap Rumah_
dengan menggunakan bentang geser dan penggunaan sengkang sebagai variabel penelitian, yakni pengujian dilakukan pada halok yang menggunakan sengkang dan balok yang tidak menggunakan sengkang serta penempatan beban pada jarak l.2h dan 2h dari perletakan.
Pengujian geser dilakukan pada balok yang berukuran 15 x 25 x 250 cm dengan mutu beton fc'350 kg/cm: dan tulangan Ientur BJTP 24 diameter 22 mm. Pala pembebanan diberil-can dengan melakukan penambahan secara monoton sampai terjadi I-cerunluhan.
Tes yang dilakukan melipuli tes material. tes kuat tekan silinder, ter larik baja, serta uji geser balok. Kapasilas dan pcrilaku kenuntuhan geser balok diamati dari tegangan dan regangan yang lenjadi pada beton dan tulangan Serta pengamatan terhadap lendutan yang tcrjacIi. Ana|isa terhadap hasil penelitian dilakukan dengan memhandingkan hasil penelitian lerhndap perhilungan secara teoritis berdasarkan peraturan SK-SNL-1991.
Hasil penelirian menunjukkan bahwa kapasitas geser dan pola kerumuhan yang terjadi pada balok beton bernulang yang menggunakan semen Cap Rumah sama dengan kapasftas geser pada balok belon yaang menggunakan semen tipe satu dengan mutu beton yang sama.

"
1996
S34565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria A. Trisusanti
"Semen, sebagai salah satu bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan beton semakin dirasa meningkat kebutuhannya, sejalan dengan Iaju pembangunan yang semakin pesat Bahan semen bersama-sama dengan air mengikat agregat hingga membentuk suat batuan massa yang kuat dan kedap terhadap air. Meningkatnya konsurnsi semen yang tidak sebanding dengan jumlah produksi semen berakibat pada melonjaknya harga semen. Hal ini tentunya menghambat pembangunan nasional dan terutama sangat dirasakan pada pembangunan perumahan-perumahan penduduk yang dilaksanakan oleh para pengembang terutama bagi tipe rumah sangat sederhana yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Saat ini PT. INDOCEMENT sebagai salh satu produser semen mengeluarkan jenis semen baru yaitu semen tipe Cap Rumah yang diperuntukkan khusus bagi pembangunan perumahan dengan harga yang relatjf murah jika dibandingkan dengan semen Portland.
Penelitian mengenai kekuatan dan aplikasi semen tipe Cap Rumah pada pembangunan dan industri sudah dilakukan sebelumnya oleh Puslitbang Pemukiman PU-Bandung. Penelitian kali ini Iebih dititik beratkan pada pemakaian semen tipe Cap Rumah pada beton ringan pumice yang ditujukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis beton ringan yang dihasilkan dan seberapa besar kekuatan yang dihasilkan.
Penelitian ini meliputi : pengujian kuat tekan, uji kuat tarik belah, uji kuat tarik lentur, pengujian hubungan tegangan-tegangan dan nilai modulus elastisitas serla uji rangkak pada beton ringan pumiae.
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah semen tipe Cap Rumah cukup baik dan ekonomis jika digunakan sebagai pengganti semen yang biasa digunakan ( Portland tipe 1 ) dan sampai seberapa besar kekuatan yang dapat dihasilkannya pada beton ringan pumice. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian semen ini pada beton ringan pumice, hasil pengetesan dan pengolahan data selanjutnya akan dibandingkan dengan beton ringan pumice yang menggunakan semen Portland tipe 1 "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wasis Sriyadi
"Industri tekstil, industry semen, industri baja, industri pulp dan kertas merupakan empat subsektor padat energi dari sektor industry di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian lebih lanjut terhadap permintaan energi dari keempat industri tersebut pada tahun 2020. Kajian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan.
Hasil dari kajian ini adalah : permintaan energi hingga tahun 2020 yaitu untuk industri tekstil dengan tingkat pertumbuhan 10% sebesar 16.016.800 BOE, industry semen dengan tingkat pertumbuhan 3,4% sebesar 43.582.200 BOE, industry baja dengan tingkat pertumbuhan 5% sebesar 119.006.000 BOE serta industry pulp dan kertas dengan tingkat pertumbuhan 5,3% yaitu sebesar 5.944.350 BOE.

Textile, cement, steel, pulp and paper industry are the four energy-intensive subsectors of the industrial sector in Indonesia. Therefore it needs to do a further study on energy demand of those industries in 2020. This study can be used as a consideration for government to make policies.
The result of this study are : the required of energy until 2020 are 16,016,800 BOE for textile industry at 10% of growth; 43,582,200 BOE for cement industry at 3.4% of growth; 119,006,000 BOE for steel industry at 5% of growth and 5,944,350 BOE for pulp and paper industry at 5.3% of growth.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29356
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqi Tresadhi
"Perkembangan teknologi selalu erat hubungarmya dengan pemanfaatan energ:t yang ada, baik dalam industri maupun aplikasi peralatan untuk rumah tangga. Pemanfaatan energi untuk optimasi energi yang dimaksud adalah pengontrolan energi terhadap suatu kebutuhan misalnya untuk pengawetan makanan, pemeliharaan gedung, penyimpanan batubara dan lain sebagainya. Untuk mengetahui penggunaan energi yang tepat untuk kasus diatas perlu di ketahui pula dasar perpindahan energi dan karakteristik termal dari material - material yang dipergunakan malca dibuatlah alat ukur konduktivitas kalor dengan metode line-source technique yang dirancang untuk mengukur konduktivitas kalor material granular. Alat ukur ini terdiri dari tabung tembaga sebagai container yang di isolasi dengan aluminium sebagai metal base dan polyurethan,glass woll,dan polyoxy methilene pada bagian dalam aluminium. Pada tengah container di beri sumber pemanas berupa heater. Hasil rancang bangun alat ukur konduktivitas kalor tersebut di validasi dengan mengukur konduktivitas kalor pasir kwarsa dan semen dan di dapat 0.326 W/m°C untuk pasir kwarsa kering dan 0.24 W/m°C untuk semen. Selisih perbedaan nilai basil uji dengan referensi acuan berkisar 0.004 W/m°C sampai 0.05 W/m°C.

The technology development is always related with the existing energy efficiency, for both industry and personal usage. The efficiency of energy mentioned is the energy controlling in daily needs such as in the food preservativ~ building maintenance, coal storage etc. For knowing the exact energy that is needed in those cases, we should know also the based heat transfer and the thermal characteristic from the material used. Therefore, we made the thermal conductivity measurement device by using the line source technique method, which is designed especially for measuring the thermal conductivity within granular material. This instrument is made from cooper tube as the container. which is being isolated by aluminum as metal base and Polyurethane, glass wool, and polyoxy methyJene inside the alwninum. Then, we put a heater in the middle of container The design of this thermal conductivity instrument is being validated by measuring the thermal conductivity of quartz sand and cement. And the result of this measuring is 0.326 W/m"C for quartz sand and 0.24 W/m"C for cement. The differences between the test-result and the reference are around 0.004 W/m°C until 0.05W/m"C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S36211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asterina Zarnia
"Permenperind No.12 Tahun 2012 mengungkapkan bahwa industri semen di Indonesia diharapkan mampu menurunkan emisi spesifiknya sebesar 2% pada tahun 2015 dan 3% pada tahun 2020. Dalam mendukung tercapainya target ini, pemerintah dapat membuat berbagai kebijakan terkait. Salah satu kebijakan yang dapat dipilih oleh pemerintah adalah Pajak Karbon. Penelitian in bertujuan mengetahui dampak dari penerapan pajak karbon pada industri semen. Analisa kebijakan dimodelkan secara dinamis dengan menggunakan perangkat Powersim melalui beberapa skenario kebijakan. Melalui model dinamis yang dibuat, ditemukan bahwa pajak karbon optimal pada industri semen di Indonesia adalah sebesar Rp 810.000 per kelebihan CO2 dari ambang batas. Pajak karbon ini layak diterapkan karena memiliki dampak fiskal yang kecil dan mampu membuat industri semen menurunkan emisi nya sesuai target yang ditetapkan.

Ministry of industry decree No.12/2012 stated that Indonesia cement industry can reduce its emission by 2% voluntarily in 2015, and 3% obligatory in 2020. In order to support reaching that targets, government can make a lot of policies. One of the policy that can be chosen by government is carbon tax. The objective of this research is determine the impacts of carbon tax design implementation on Indonesia cement industry. Policy analysis is modelled dynamically using Powersim software through some policy scenarios. By the dynamic model, found that the optimal carbon tax on cement industry is Rp 810.000 per excess CO2 from the threshold. This carbon tax is feasible to implement because it has small fiscal impacts and capable to reduce Indonesia cement industry’s emissions corresponding to the target assigned.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>