Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S35472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Arifin Saleh
"ABSTRAK
Sistem komunikasi spread spectrum secara umum terdiri dari transmitter, transmission line dan receiver. Dalam transmitter direct sequence spread spectrum sinyal dibangkitkan dengan perkalian sinyal data dengan PN code sequence yang unik yang ditetapkan untuk masing-masing user dan bandwidthnya lebih besar dari data bandwidth. Pada sisi receiver received sinyal direct sequence spread spectrum akan korelasi dengan PN code sequence lokal yang serupa dan spreading PN code sequence dalam received sinyal akan hilang.
Persoalan utama dalam sistem block demodulator direct sequence spread spectrum adalah sulit untuk mendeteksi titik dan arah jumping. Kesalahan pendeteksian jumping kebanyakan disebabkan oleh noise dan interferensi. Dalam tesis ini dianalisa performansi dari jumping detektor dalam mengestimasi frekuensi dan initial phase offset pada sistem block demodulator direct sequence spread spectrum dengan menggunakan transformasi Fourier. Transformasi Fourier berfungsi untuk mendeteksi arah dan titik jumping sehingga keluaran sirkuit arctan (urutan phasa) pada titik tertentu diperbaiki dengan ditambah/dikurangi sesuai arah jumping agar mendekati linier.
Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa metoda estimasi frekuensi dan initial phase offset dengan transformasi Fourier pada sistem block demodulator direct sequence spread spectrum dalam mengestimasi frekuensi offset dan initial phase offset relatif memiliki kesalahan estimasi yang semakin kecil sejalan dengan pertambahan Eb/No. Khususnya untuk Eb/No lebih besar dari 10 dB dapat mengestimasi frekuensi offset dan initial phase offset sangat akurat sehingga dihasilkan BER 10'3.

ABSTRACT
Spread Spectrum system is composed of a transmitter, transmission line and a receiver in general. In an spread spectrum direct sequence transmitter, which is currently in use most, the spread spectrum direct sequence signal is generated by multiplying data signal with unique PN-code sequence like white noise assigned to each user in advance, and the bandwidth is much greater than the data bandwidth. On the other hand, the received spread spectrum direct sequence signal is correlated with the identical local PN-code sequence and the spreading PN-code sequence in the received spread spectrum signal is removed,
The critical issue in the block demodulator direct sequence spread spectrum is difficult to detect the jumping point and jumping direction. The jumping detection error is mainly caused by the noise and interference. My thesis analyze performance of jumping-detector using Fourier transform to estimate frequency and initial phase offset in block demodulator direct sequence spread spectrum. The function of Fourier transform is to detect jumping point and jumping direction which can improved the output of arctan circuit to be linear by increase or decrease phase according to jumping point and jumping direction.
From the simulation result shows the characteristic of estimation frequency and initial phase offset using Fourier transform is the estimation error decrease when EbINo increase. Special for Eb/No more than 10 dB the jumping detector can estimate frequency and initial phase offset almost correctlylaccurate with BER 10'3.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sriningsih
"Penelitian ini akan melakukan analisa unjuk kerja dari jaringan token ring dengan mode operasi prioritas oleh disiplin reservasi yang diambil dari Standard IEEE 802.5. Hasil simulasi yang akan dilakukan juga pada penelitian ini akan dibandingkan dengan hasil analisa di atas yang akan membuktikan bahwa jaringan yang dibentuk telah memenuhi syarat. Selama beberapa tahun terakhir ini, Lokal Area Network banyak digunakan untuk pertukaran data dan berbagi pakai pada suatu daerah lokasi seperti perkantoran, pabrik, kampus dll. Namun demikian ada batasan jumlah stasiun yang dapat dibangun untuk jaringan tunggal dan jarak yang terbatas. Untuk menaikkan jumlah stasiun atau memperbesar jarak jangkauan jaringan, Lokal Area Network perlu dihubungkan dengan bridge, yaitu suatu stasiun yang mempunyai fungsi khusus seperti untuk pengaturan route dan operasi store and forward untuk pesan-pesan antar jaringan.
Pada interkoneksi sistem jaringan token ring, yang mana mempunyai 2 macam pesan (internetwork dan intranetwork) yang terdiri dari beberapa metoda untuk operasi mode prioritas memungkinkan pemberian prioritas tinggi pada bridge yang ada pada jaringan. Salah satu realisasinya adalah gabungan dari beberapa disiplin pelayanan contohnya, apabila stasiun berprioritas tinggi mendapat token bebas, stasiun tersebut dapat mengirim pesan secara exhaustive, sedangkan stasiun dengan prioritas rendah akan mengirim hanya satu pesan untuk setiap kali mendapatkan token.
Operasi dengan prioritas yang ditekankan pada penelitian ini adalah operasi prioritas reservasi (disiplin reservasi) yang diambil dari Standard IEEE 802.5. Pada mode operasi prioritas, stasiun yang mempunyai prioritas tinggi (Stasiun ke-1) memesan transmisi berikutnya pada header dari pesan (yang dikirim oleh stasiun berprioritas rendah - stasiun ke-2) bila header pesan melewati stasiun ke-1, kemudian stasiun ke-2 mengirimkan token bebas pada tingkat prioritas tinggi setelah pengiriman pesannya selesai. Stasiun dengan prioritas rendah lainnya tidak dapat mengambil token bebas dan transmisi berikutnya diberikan kepada stasiun ke-1. Hanya setelah seluruh transmisi dari stasiun ke-1 dan stasiun berprioritas tinggi yang lain selesai, token bebas dikembalikan ke stasiun ke-2 dan memberikan token bebas pada tingkat prioritas rendah ke stasiun berikutnya setelah stasiun ke-2.
Pada penelitian ini diteliti suatu sistem yang mana stasiun dengan prioritas rendah terhubung pada jaringan token ring. Suatu stasiun dengan prioritas tinggi yang mana diwakili oleh suatu bridge dihubungkan pada jaringan token ring ini dan menerima pelayanan pilihan oleh disiplin reservasi.
Untuk penerapan disiplin reservasi terhadap interkoneksi sistem jaringan token ring, dibangun suatu model analitik yang mana terdiri dari stasiun berprioritas rendah dengan buffer tunggal dan satu stasiun berprioritas tinggi dengan buffer tak terhingga yang diwakili oleh suatu bridge. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa terhadap stasiun dengan prioritas rendah dan stasiun dengan prioritas tinggi untuk disiplin reservasi. Dengan pendekatan secara analitik ini maka dapat diamati kedua kasus yang mana field reservasi berada pada header (kepala) pesan dan pada trailer (ekor) pesan.
Sistem unjuk kerja (waktu tunggu rata-rata dan throughput) dapat diamati dari analisa tersebut dan dibandingkan dengan disiplin gabungan yang mana merupakan metoda alternatif untuk operasi mode prioritas pada jaringan token ring. Simulasi ini dilakukan dengan bahasa pemrograman Turbo S. Dengan adanya bridge dan reservasi prioritas diharapkan daya guna dan unjuk kerja jaringan akan meningkat.

This research is considered to analyze the performance of token ring network with priority-mode operation by a reservation discipline which is adopted by IEEE Standard 802.5. The simulation result will be compared with the analytical result above to prove that the network is available. During recent years, local area network have been widely used for high-speed data exchanges and resource sharing located in a single site such as office building, factory, campus etc. However, there is a limit to the number of stations that can be attached to a single network and to the distance the network can span. In order to increase the number of station and/or to extend the distance covered by the network, Local Area Networks should be interconnected by a bridge, which is a station with special function such as routing and store and forward operation for internetwork message.
In an interconnected token ring network system where two kind of messages (internetwork and intranetwork message) concist several methods for priority mode operation are possible on each network to give a higher priority to the bridge. The one is realized by a mixture of different service disciplines, for example, the high-priority station transmits messages exhaustively when it captures the free token while other low-priority station can transmit at most one message per token possession.
The priority operation which is considered in this research is a reservation priority operation (reservation discipline) which is adopted by IEEE Standard 802.5. In this priority - mode operation, the high priority station reserves the next transmission rights in the header of the message (sent by a low priority station), when the message header passes to the. first station. Then the second station issues the free token at the high-priority level after its transmitting message is returned. Their other low-priority stations cannot seize this free token and the next transmission right is given to the station. Only after all transmission from the first station and other high priority stations have been completed, the free token is return to the second station and it passes the free token at the low priority level to the station immediately downstream of the second station.
In this research are considered the system in which the low-priority station and a single high priority station are connected in the token ring network. Then the high priority station which is intended to represent the bridge in interconnected token ring network system, receives preferential service by the reservation discipline.
To apply this reservation discipline to an interconnected token ring network system, we construct an analytical model which consist of low-priority station with single buffer and a single high priority station with infinite - buffer, which is intended to represent a bridge. We present an analysis for the low-priority station and for the high priority station in the reservation discipline.
By this analytical approach, its can treat both cases where the reservation field reside in the message header and in the message trailer. System performance (mean waiting times and throughput) derive from this analysis are compared to a mixed discipline which is an alternative method for priority mode operation in token ring network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Arus asut motor induki yang besar dapat merusak motor itu sendiri dan
system jaringan listrik, karena itu diperlukan proses pengasutan. Untuk motor
induksi rotor sangkar pengasutan dapat dilakukan dengan menurunkan tegangan
atau menumnkau frekuensi dan tegangan pada V/f konstan.
Pada tugas akhir ini akan dilakukan perhitungan nilai torsi dan arus selama
proses pengasutan dengan menggunakan pengasutan langsung, tahanan primer,
autotrafo, bintang-segitiga dan dengan menggunakan PWM untuk mendapatkan
kurva karakteristik pengasutan. Pengasutan penurunan tegangan dan penumnan
iiekuensi dan tegangan pada V/f konstan disimulasikan dengan menggunakan
MATLAB.
Dengan menurunkan tegangan asut, maka torsi asut juga akan turun, yang
menyebabkan pengasutan hanya dengan penurunan tegangan membatasi beban
asut dibawah beban nominal. Sedangkan pada pengasutan dengan penmunan
frekuensi dan tegangan pada V/f konstan mampu mengasut beban nominal
dengan arus yang lebih rendah dari pengasutan dengan hanya menLu1u1kan
tegangan."
Fakultas Teknik, 2006
S40688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin Day
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, (s a)
02 Day a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Jadigia
"Penelitian monomerimida model matriks komposit dimaksudkan untuk mencari alternatip baru dalam pengembangan material. Pemilihan poliimida sebagai matriks komposit akan memberikan kualitas komposit yang tahan pada suhu tinggi. Sintesis monomer imida dilakukan dengan metode PMR 15. Hasil sintesis monomer maleimida , bismaleimida, tetrahidroftalimida dan bistetrahidroftalimida masing-masing diperoleh sebanyak 65,3 % , 68,0 % , 73,1 %dan 83,4 % . Karakterisasi hasil sintesis diukur dengan HPLC , FTIR , 1H dan I3C - NMR serta dengan XRD, data ini menunjukkan struktur kimia monomer yang disintesis sesuai dengan yang diharapkan.
Dari termogram DTA diketahui titik leleh masing-masing monomer pada 160 °C untuk maleimida , 160 °C untuk bismaleimida , 122 °C untuk tetrahidroftalimida dan untuk bistetrahidroftalimida adalah 202 °C serta telah ditentukan pula zona temperatur polimerisasi sebagai puncak eksotermal yaitu masing-masing pada 250 - 310 °C untuk maleimida , 210 - 280 °C untuk bismaleimida, 150 - 206 °C untuk tetrahidroftalimida serta 377 - 450 °C untuk bistetrahidroftalimida. Studi fisikokimia dilakukan pada kisaran temperatur ini.
Penentuan kondisi polimerisasi optimal dilakukan dengan studi kinetika dan mekanisme polimerisasi dengan analisis fisikokimia menggunakan spektrofotometer FTIR. Polimerisasi optimal diperoleh pada temperatur dan waktu masing - masing pada 258 °C selama 5 jam; 231 °C selama 3 jam ; 201 °C selama 5 jam dan pada 407 °C selama 3 jam masing-masing untuk maleimida, bismaleimida , tetrahidroftalimida dan bistetrahidroftalimida.Data FTIR, XRD GPC dan DTA menunjukkan monomerimida mengalami polimerisasi dengan pemanasan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Juwita Ayuning Tias
"ABSTRAK
Pelaksanaan kontrol kualitas peralatan yang merupakan komponen jaminan kualitas (QA) termasuk audit eksternal independen sangat esensial dalam menjamin ketelitian radioterapi. Prosedur sebuah program QA tergantung pada keadaan masing-masing pelaksana radioterapi. Penelitian dilakukan menggunakan on site audit dengan detektor matriks dan film gafchromic untuk beberapa simulasi penyinaran meliputi fantom homogen dan inhomogen serta variasi lapangan dan wedge. Dari 39 titik pada central axis yang diuji menggunakan detektor matriks, 37 titik dikategorikan Pass dengan Optimal Level (σ < 3.3%) dan 2 titik Pass dengan Action Level (σ= 3.3%- 5%). Sedangkan hasil uji dengan detektor film gafchromic, 24 titik dikategorikan Pass dengan Optimal Level dan 11 titik Pass dengan Action Level sedangkan 4 titik Fail. Hasil audit keseluruhan didapatkan dengan memasukkan nilai deviasi maksimum hasil pengukuran 80% lapangan dengan detektor matriks. Dari 39 bidang yang diuji, 28 dikategorikan Pass dengan Optimal Level dan 6 bidang Pass dengan Action Level. 5 Bidang Fail dengan nilai deviasi mencapai 6.11%; 5,26%;7.51%; 5.16%; dan 5.26%. Nilai deviasi tersebut tidak memenuhi batas yang direkomendasikan. Laporan audit disusun berdasarkan kasus yang diuji. Dari 16 kasus, menurut hasil pengukuran detektor matriks 3 kasus dinyatakan Fail. Dari 16 kasus, menurut hasil pengukuran detektor film gafchromic, 4 kasus dinyatakan Fail.

ABSTRACT
External dosimetry audit of radiotherapy equipment as a part of Quality Assurance (QA) is recognized as best practice to help avoiding and identifying dosimetric errors as well as to ensure accurate dosimetry of radiotherapy facilities. Procedures on QA Program might differ between radiotherapy facilities and units. This experiment was carried out as an on site audit using matrix detector and gafchromic film on several irradiation simulations including homogenous and inhomogenous phantom, field variations, and wedge factors. Dose in 39 central axis points were measured by using matrix detector; 37 points were categorized as Pass with Optimal Level (σ < 3.3%) and 2 points were categorized as Pass with Action Level (σ= 3.3%- 5%). Measurement result of gafchromic film shown that 24 points were categorized Pass with Optimal Level, 11 points Pass with Action Level, and 4 points were Fail. The whole audit results were determined also by maximum deviation of 80% field measured using matrix detector. From 39 planes measured, 28 planes were categorized Pass with Optimal Level and 6 planes were Pass with Action Level. 5 planes were categorized Fail because its maximum deviation reached 6.11%; 5.26%; 7.51%, 5.16%, and 5.26%, exceeding the recommended limit. Audit reports were determined by case. From 16 cases that had been audited using matrix detector, 3 cases were considered Fail. From 16 cases that had been audited using gafchromic film, 4 cases were considered Fail.inhomogenous phantom field variations and wedge factors Dose in 39 central axis points were measured by using matrix detector 37 points were categorized as Pass with Optimal Level 3 3 and 2 points were categorized as Pass with Action Level 3 3 5 Measurement result of gafchromic film shown that 24 points were categorized Pass with Optimal Level 11 points Pass with Action Level and 4 points were Fail The whole audit results were determined also by maximum deviation of 80 field measured using matrix detector From 39 planes measured 28 planes were categorized Pass with Optimal Level and 6 planes were Pass with Action Level 5 planes were categorized Fail because its maximum deviation reached 6 11 5 26 7 51 5 16 and 5 26 exceeding the recommended limit Audit reports were determined by case From 16 cases that had been audited using matrix detector 3 cases were considered Fail From 16 cases that had been audited using gafchromic film 4 cases were considered Fail."
2016
T45205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siktimu, Bronson Paul
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S39125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvinsyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [Date of publication not identified]
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>