Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darto Harnoko
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
633.6 DAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Misbah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sulistiorini
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1987
S17732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pabrik gula Gondang Baru semula bernama Pbrik Gula Gondang Winangun.Pabrik yang dibangun dan di kelola oleh Perusahaan swasta Belanda itu merupakan satu diantara beberapa pabrik gula yang ada di Kabupaten Klaten
"
PATRA 9(1-2) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Global energy crisis not only impact the increase in electrucity price but also influence the shortage of electricity supply, so that the development of bioenergy as a potential renewable energy resource needs to be accomplished. Sugar cane is the potential energy resource to produce electricity. Some sugar producing countries have already sold electricity surplus to local company...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Priambodo
"PLTN HTGR berdaya kecil mempunyai efisiesi 25%, sehingga perlu dilakukan usaha untuk meningkatkannya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan sistem kogenerasi HTGR-siklus refrijerasi dengan performa teknis dan ekonomis yang baik. Pemodelan HTGR dengan Cycletempo dan perhitungan energi, eksergi dan ekonomi terhadap sistem kogenerasi telah dilakukan. Hasil perhitungan eksergi menunjukan reaktor adalah komponen paling tidak efisien, akibat ireversibilitas transfer energi dari reaksi pembelahan ke pendingin helium dan beda temperature di reaktor. Disisi refrijerasi, ireversibilitas tertinggi terjadi pada generator dan evaporator, karena ireversibilitas transfer panas dan perbedaan temperatur. Analisis energi-eksergi mendapatkan rasio tekanan berbanding terbalik terhadap COP disebabkan meningkatnya irevesibilitas total siklus. Sementara temperatur generator, konsentrasi ammonia dan temperature evaporator berbanding lurus terhadap COP. Sedangkan pemanfaatan kogenerasi hanya mampu meningkatkan efisiensi siklus 0.7%. Untuk dapat memenuhi BPP PLN, HTGR harus mempunyai biaya sesaat 5,500 $/kWh? 6,500 $/kWh, faktor kapasitas diatas 75% dan discount rate 5%. Biaya pembangkitan sistem kogenerasi 1.5% lebih tinggi dibanding pada HTGR. Karena biaya panas lebih dominan dalam biaya pendinginan maka sistem dengan COP tinggi mempunyai biaya pendinginan yang murah. Biaya pendinginan sistem kogenerasi masih lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional. Selisih biaya pendinginan kogenerasi dengan sistem konvensional berkisar 6.86 - 11.24 ¢/kWh merupakan keuntungan langsung dari sistem kogenerasi yang dapat dijadikan subsidi bagi biaya pembangkitan.

HTGR Rankine Steam Cycle has a low efficiency, around 25%, therefore need to concern for improve the efficiency. The purpose of study was to obtain HTGR refrigeration cogeneration with the best technical and economic performance. Cycletempo modeling, energy exergi and economy analysis have done. Exergi calculation shows the nuclear reactor is the most inefficient, due to the irreversibility of the transfer of energy from fission to coolant helium and temperature difference. While the refrigeration side, the most inefficient located at generator and evaporator, due to heat transfer and temperature difference. Energy-exergy analysis shows pressure ratio affects to the COP inversely due to increased total irreversibility of cycle. While the generator temperature, ammonia concentration and evaporator temperature is proportional to the COP. Application of cogeneration will increase efficiency about 0.7% from single purpose HTGR. To fulfill BPP PLN, HTGR should have overnight cost $ 5.500 - $ 6.500 / kWh, capacity factors above 75% and 5% discount rate. Generation cost of cogeneration would be 1.5% more than HTGR single purpose. Heat cost have biggest share on cooling cost, so that system with high COP is cheaper than other. Cooling cost of cogeneration systems is cheaper than fossil-fired system. Difference in cooling cost between fossil and cogeneration system about 6.86 - 11.24 ¢/kWh is a revenue of the cogeneration that can be use as subsidize for generation cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S37002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Dwi Subagio
"ABSTRAK
Pabrik Gula Gondang Baru yang berdiri pada tahun 1860 merupakan salah satu pabrik gula yang produktif di zamannya. Di dalarn kompleks Pabrik Gula Gondang Baru ini masih terdapat bangunan pabrik, kantor pabrik, perumahan administratur dan perumahan kongsi. Selain bangunan-bangunan tersebut, pabrik gula ini masih mcmiliki mesin-mesin yang huat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang digunakan untuk memproduksi gula serta kereta Lori yang berfungsi untuk mengangkut Cebu. Bangunan¬bangunan yang berada di dalam kompleks pabrik gula ini masih lengkap atau belum runtuh. Bangunan-bangunan tersebut telah berumur lebih dari 100 tahun. Pabrik Gula Gondang Baru merupakan salah satu pabrik gula yang memproduksi gula terbesar di Karesidenan Surakarta di zamannya dan pada waktu itu Indonesia menjadi negara pengekspor gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian adalah mengkaji nilai signifikan Kompleks Pabrik Gula Gondang Baru, sehingga living monument ini dapat dilcstarikan sebagai benda cagar budaya. Aspek-aspek yang diteliti adalah yang berkenaan dengan inilaian signifikansi secara arkeologis, penilaian signifikansi secara kesejarahan, penilaian signifikansi dalam perspektif hukum dan juga tinjauan dari segi pemanfaatan yang dapat digali. Signifikansi legal yang ditinjau dari segi perundang-undangan dan piagam¬piagam internasional yang berkaitan dengan pelestarian dan pemanfaatan. Di dalarn penclitian ini juga dilakukan tinjauan dari segi pemanfaatan, sehingga dapat membcrikan keuntungan-keuntungan dalam berbagai bidang, khususnya untuk masyarakat di daerah Klaten. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan menurut aspek¬aspek yang dikaji, yakni meliputi aspek kesejarahan, aspek legal , potensi pengembangan yang sesuai dengan nilai-nilainya serta rekomendasi kepada pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. Pabrik Gula Gondang bare memiliki nilai signifikan sebagai benda cagar budaya dan layak untuk dilestarikan dan dimanfaatkan. Oleh karena itu, dalarn upaya pengembangan Pabrik Gula Gondang Baru sebagai situs yang kaya tinggalan arkeologinya, sudah scpatutnya untuk dibuat Peraturan Daerah yang mendukung kekuatan hukum sebagai benda cagar budaya."
2007
T37167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Cahyono
"Dua hal utama yang menyebabkan dipilihnya Jawa menjadi lahan penanaman modal oleh negara kolonial Hindia Belanda adalah terdapatnya tenaga kerja dan tanah yang murah, atau dengan kata lain biaya produksi yang rendah. Prasyarat pembentukan kondisi tersebut diletakkan dalam kurun Cultuurstelsel) (secara salah kaprah sering juga disebut sebagai kurun Tanam Paksa).Yaitu, ketika berbagai kendala politik dan ekonomi menemukan bentuknya dalam wadah penggunaan kekuasaan pribumi sebagai mediasi bagi pengerahannya. Bagi masyarakat pribumi hadirnya modal mulai dira_sakan ketika didirikan industri perkebunan. Muncul pola kerja industri yang merupakan gabungan kerja agrikultur penanaman tanaman ekspor, dengan kerja manufaktur. Wu_jud kongkritnya adalah pabrik gula. Dalam pengoperasian pabrik-pabrik gula di Pekalongan, persoalan yang timbul terutama pada cara bagaimana gubernemen mengkondisikan berbagai lapisan sosial dari elit teratas hingga kaum petani kecil diserap untuk mendukung berjalannya proyek-proyek penanaman di onderneming-onderneming dan proses pengolahan tebu men_jadi gula. Ternyata, apa yang diduga bahwa mekanisme kerja hanya bisa berjalan jika terdapat keterlibatan langsung dari para elit pribumi dengan menggunakan pengaruhnya, tidak berlaku mutlak. Memang, hingga paruh pertama abad 19, berbagai ikatan perhambaan menjadi alat utama sistem perekrutan tenaga kerja. Namun, perkembangan setelah 1850-an ternyata lain sama sekali, dengan munculnya apa yang disebut kerja bebas. Gejala kerja bebas muncul akibat menjadi efek_tifnya sistem upah yang diintensifkan oleh pabrik gula. Selain juga disebabkan oleh runtuhnya sistem perekono_mian pedesaan yang menjadi tidak sanggup mensejahterakan penduduknya, akibat penyerapan berlebih dari nega_ra kolonial dalam penggunaan tanah dan terutama tenaga kerja. Demikianlah masyarakat pribumi mulal menapaki dunia baru, melepas hubungan kerja irasional, sementa_ra itu mereka didorong untuk menyambut kerja rasional sebuah masyarakat industri yang khas kolonial, pabrik onderneming gula. Sebuah proses perubahan sosial yang perlahan tetapi pasti menyergap kaum tani Jawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>