Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28410 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Suryadiana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mulyono
"Sejalan dengan perkembangan kebutuhan bahan bakar minyak di dalam negeri, maka permasalahan dalam suplai dan distribusi bahan bakar minyak akan semakin komplek, karena besar dan luasnya jangkauan distribusi yang harus dilayani. Mengingat Indonesia negara kepulauan, maka peranan armada tanker (transportasi laut) dalam suplai dan distribusi BBM dalam negeri, memegang peranan yang sangat vital dan strategis, hal ini terlihat hampir 70% kebutuhan BBM disuplai dan didistribusikan dengan armada tanker/tongkang.
Pola suplai distribusi BBM yang menitik-beratkan terjaminnya ketersediaan BBM dengan jumlah, kualitas dan waktu yang tepat atau dikenal dengan "security of supply", dimana mendatang tentu tidak dapat dipertahankan. Untuk itu, diperlukan evaluasi dan kajian (optimasi) atas pola suplai distribusi yang diterapkan, untuk mencapai pola suplai yang optimum.
Optimasi pola suplai distribusi BBM dalam negeri terpusat pada pemilihan rute pengiriman produk (BBM) dari sumber ke tujuan dalam jaringan distribusi, sehingga total biaya transportasi dapat diminimumkan. Optimasi dimulai dengan melihat gambaran verbal pola suplai distribusi yang ada, menentukan tujuan yang hendak dicapai, memperhatikan kendala yang dihadapi (variabel transportasi), kemudian diterjemahkan kedalam matrik transportasi dan diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (program komputer) Quantitative System For Business (QSB). Pola suplai distribusi BBM dalam negeri akan selalu berubah secara dinamis mengikuti perubahan yang terjadi pada variabel transportasi yaitu suplai BBM kilang, permintaan dari depot, kapasitas tangki timbun, kapasitas dermaga, jarak antara supply point dan discharges point, kondisi geografis dan lokasi dummy (lokasi floating storage untuk menampung BBM impor).
Dari hasil optimasi, terlihat bahwa pola suplai distribusi yang diterapkan saat ini masih belum optimal, maka untuk tahap pertama perlu segera diterapkan pola suplai distribusi existing dimana potensi efisiensi yang dapat dilakukan sebesar US $ 21,933,222 atau Rp. 175.465.776.000,- per tahun tanpa adanya investasi. Mengingat pola suplai distribusi existing bukan merupakan pola suplai distribusi optimum, maka langkah selanjutnya adalah merubah dari pola suplai distribusi existing ke pola suplai distribusi optimum (diperlukan investasi), dimana potensi efisiensi sebesar US $ 32,997,862 atau Rp. 263.982.896.000,- per tahun.
Lokasi dummy (floating storage) di Tlk. Semangka dan Kalbut, masih dapat dipertahankan apabila total biaya sewa lebih kecil atau sama dengan US $ 14,130,040.0 per tahun. Bila biaya sewa floating storage lebih besar dari US $ 14,130,040.0 per tahun, maka fungsi floating storage tersebut dapat digantikan oleh transit terminal Tanjung Gerem dan transit terminal Manggis (diperlukan investasi untuk mengembangkan kedua transit terminal tersebut).

The trend of oil Fuel's demand in domestic always increases, hence the problem in supply and distribution of oil fuel will become more complex because of the scope of area which must be served. Indonesia is an archipelago country, so sea transportation has significant contribution in supply and distribution of oil fuel. It can be seen that almost 70% oil fuel's demand is supplied and distributed by tanker.
The model of oil fuel's supply and distribution, which based on security of supply, in the future will be obsolete. It needs to be evaluated to get optimum model.
Optimizing process will be focused in choosing route for distributing oil fuel from supply points to discharge points, to get minimum total transportation cost. Optimizing will be started with evaluating existing model, set up the objective, considering constrains (transportation variables), transfer it into transportation matrix, and will be solved by Quantitative System for Business (QSB). The optimum model always change following the change of transportation variables for instance supply from refinery, demand from depot, storage capacity, jetty capacity, distance between supply point and discharge point, geography condition, and dummy location (floating storage location for import oil fuel).
The existing model has not fully applied (uses tramper model). Subsequently the first step is doing fully applied existing model which has potential efficiency about US$ 21,933,222 or Rp 175.465.776.000,- per year without any investment. The existing model is not an optimum one; therefore it will be followed by second step that is change the existing model into optimum model (it needs investment), which has potential efficiency around US$ 32,997,862 or Rp 263.982.896.000,- per year.
Floating storage location in Teluk Semangka and Kalbut still optimum if its total rent cost is US$ 14,130,040 or less per year. On the other hand, if total rent cost of floating storage is more than US$ 14,130,040 per year, floating storage must be changed by expansion of Transit Terminal Tanjung Gerem and Transit Terminal Manggis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T4809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Sunaryawan
"Pada penelitian ini ingin diketahui perbandingan biaya suplai dan distribusi antara hasil optimasi distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) serta analisis kelayakan penambahan depot Bahan Bakar Minyak dilokasi yang konsentrasi kebutuhan BBMnya tinggi (Alternatif 3) terhadap hasil optimasi distribusi Bahan Bakar Minyak dengan pengembangan di depot existing (Alternatif 2) maupun terhadap biaya suplai dan distribusi kondisi existing (Alternatif 1) di Unit PPDN II Palembang.
Hasil optimasi tersebut akan menurunkan biaya operasional Unit PPDN II pada khususnya dan Pertamina pada umumnya, sehingga akan menurunkan subsidi BBM atau menaikkan LBM (Laba Bersih Minyak). Subsidi BBM terjadi apabila total Biaya Pokok BBM lebih besar dibandingkan dengan total hasil penjualan (Harga Keppres), sebaliknya disebut LBW.
Untuk melihat perbandingan tersebut maka disusun langkah-langkah secara sistematis. Pertama dicari penghematan dengan menghitung dan membandingkan biaya suplai dan distribusi masing-masing. Langkah kedua dicari kebutuhan BBM dimasa yang akan datang untuk menghitung perbedaan biaya Investasinya. Langkah terakhir membandingkan penghematan terhadap perbedaan biaya Investasi.
Terlihat bahwa hasil optimasi suplai dan distribusi perbulannya lebih hemat sebesar Rp. 1.096.279.217 dibandingkan dengan pola suplai dan distribusi kondisi existing. Hal ini menggambarkan pola suplai dan distribusi existing belum effisien.
Sedangkan, meskipun penambahan depot dikonsentrasi kebutuhan BBMnya tinggi (Alternatif 3) lebih hemat dibandingkan dengan pengembangan depot di depot exsisting (Alternatif 2) tetapi menghasilkan NPV negatif. Hal ini disebabkan penghematan tersebut tidak sebanding dengan biaya Investasi yang harus dikeluarkan.

From this study, we would like to know the expenses comparison of supply and distribution between alternatives 1,2 and 3. Alternative three is the optimization result of fuel oil distribution and feasibility analysis of the fuel oil depot expansion in the location with full fuel oil concentration. Alternative two is the optimization result of fuel oil distribution with the development of existing fuel oil depot, while alternative one is the fuel oil distribution pattern and fuel oil depot development of the existing condition in the Domestic Supplying and Marketing Unit II (UPPDN II) Palembang.
The optimization result will reduce the operation expenses of UPPDN II especially and Pertamina in general, so that all this will reduce fuel oil subsidy and even increase net fuel oil profit. Fuel oil subsidy will occur when the total fuel oil expenses is higher compared the total sales revenue (President Decree for the fuel oil), or on the other hand, it is called net fuel oil profit.
To know the comparison, we are trying to apply a number of steps to anlyze. First of all, we try to search the most efficient way by calculating the expenses of fuel oil supply and distribution of each alternative. The second step is search the future fuel oil demand in order to calculate the difference of investment expenses. The last step to compare the efficiency against the difference of investment expenses.
It seems that the optimization result of supply and distribution per month is more efficient totaling Rp. 1.096.279.217 compared to the supply and distribution of the existing condition. All this indicated that supply and distribution patterns of the existing condition is not efficiency yet.
Alternative three with full concentration of high fuel oil demand which is more efficient compared with alternative two with the depot development of existing condition, however, the result is negative Net Present Value. All this is brought about that the efficiency is not suitable compared to incur expenses for investment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukiana S.
[Place of publication not identified]: Warta Penelitian Perhubungan, 2012
WPP 24:1(2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amar Rachman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Pamugar
"ABSTRACT
Pemberian subsidi BBM merupakan program Pemerintah yang ditujukan untuk membantu masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah dalam menjalankan usaha dan aktivitas hidup sehari-hari. Pada pemeriksaan BPK tahun anggaran 2011 s.d. 2015 masih ditemukan adanya penyaluran BBM bersubsidi yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu penyaluran kepada pihak-pihak yang tidak berhak menerima subsidi dan melebihi kuota subsidi. Atas nilai temuan pemeriksaan tersebut, BPK melakukan koreksi nilai subsidi BBM dengan mengeluarkannya dari penagihan Badan Usaha penyalur BBM ke Pemerintah, sehingga menghemat pengeluaran/belanja Pemerintah untuk pembayaran subsidi BBM. Dengan adanya penghematan belanja Pemerintah, maka dana tersebut dapat dialihkan ke sektor pembangunan, perekonomian, pendidikan, dan kesehatan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urgensi pemeriksaan subsidi BBM dan apakah pemeriksaan tersebut memiliki hubungan dengan kesejahteraan rakyat. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi literatur dengan mempelajari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK tahun 2012 s.d. 2016, peraturan perundang-undangan, penelitian dan artikel terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan subsidi BBM diperlukan dan memiliki hubungan tidak langsung dengan kesejahteraan rakyat."
Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengembangan, 2017
340 JTKAK 3:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fian Ady Saputro
"Pertumbuhan kendaraan di Surabaya terus meningkat setiap tahunnya akan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi BBM di Surabaya. Bila kondisi ini terus dibiarkan maka kondisi ini akan mengganggu ketahanan energi nasional dan APBN. Berkaitan dengan hal itu maka pemerintah memanfaatkan CNG sebagai salah alternatif kebijakan diversifikasi energi sebagai bahan bakar pengganti BBM untuk kendaraan umum pada sektor transportasi jalan. Namun, kebijakan ini terkendala dengan minimnya infrastruktur CNG meliputi keterbatasan jaringan pipa gas dan SPBG CNG di Surabaya. Hal ini menyebabkan distribusi CNG menjadi tidak dapat dikembangkan secara menyeluruh sehingga menyebabkan biaya distribusi dan harga jual CNG menjadi tinggi di Surabaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengembangan sistem distribusi CNG untuk mengatasi keterbatasan ini.
Pada penelitian ini, pengembangan sistem distribusi dilakukan dengan menentukan sistem pendistribusian CNG yang sesuai dengan wilayah Surabaya serta membentuk rantai suplai distribusi CNG secara efisien. Hasil dari pengembangan ini dihasilkan sistem distribusi CNG mengunakan sistem pendistribusian mother and daughter station. Melalui mekanisme subsidi pemerintah dihasilkan harga jual CNG sebesar Rp. 2.154,- /lsp dan biaya distribusi rata-rata sebesar Rp. 503,-/lsp. Sedangkan melalui mekanisme business as usual dihasilkan harga jual CNG sebesar Rp. 3.608,-/lsp dan biaya distribusi rata-rata sebesar Rp. 1.394,-/lsp.

The growth of in Surabaya vehicles continues to increase each year and will have an effect on the amount of gasoline consumption in Surabaya. If this condition is neglected then this condition will disturb national energy security and state budget. In that regard, the government utilizing CNG as alternative energy diversification policies as a fuel substitute fuel for public transport in the road transport sector. But, this potential is constrained by the lack of CNG infrastructure limitations include gas pipelines and CNG gas fuel stations in Surabaya. But, this policy is constrained by the lack of CNG infrastructure limitations include gas pipelines and CNG gas fuel stations in Surabaya. This causes the CNG distribution can be fully developed, causing the cost of distribution and a high selling price of CNG in Surabaya. Therefore, Surabaya requires a development of CNG distribution system to solve this problem. In this study, the development of the distribution system is done by determining the of CNG distribution system in accordance with the Surabaya region and establish of CNG distribution supply chain efficiently.
The result of this development is to make a distribution system of CNG using mother and daughter stations distribution system. Through the mechanism of government subsidies produced CNG selling price of 2.154 IDR/lsp and distribution costs an average of 503 IDR/lsp. While the mechanism through business as usual, selling price of CNG generated at 3.608 IDR/lsp and distribution costs an average of 1.394 IDR/lsp.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhandis Ryad Anarga
"Pertumbuhan kendaraan di Surabaya terus meningkat setiap tahunnya akan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi BBM di Surabaya. Bila kondisi ini terus dibiarkan maka kondisi ini akan mengganggu ketahanan energi nasional dan APBN. Berkaitan dengan hal itu maka pemerintah memanfaatkan CNG sebagai salah alternatif kebijakan diversifikasi energi sebagai bahan bakar pengganti BBM untuk kendaraan umum pada sektor transportasi jalan. Namun, kebijakan ini terkendala dengan minimnya infrastruktur CNG meliputi keterbatasan jaringan pipa gas dan SPBG CNG di Surabaya. Hal ini menyebabkan distribusi CNG menjadi tidak dapat dikembangkan secara menyeluruh sehingga menyebabkan biaya distribusi dan harga jual CNG menjadi tinggi di Surabaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengembangan sistem distribusi CNG untuk mengatasi keterbatasan ini. Pada penelitian ini, pengembangan sistem distribusi dilakukan dengan menentukan sistem pendistribusian CNG yang sesuai dengan wilayah Surabaya serta membentuk rantai suplai distribusi CNG secara efisien. Hasil dari pengembangan ini dihasilkan sistem distribusi CNG mengunakan sistem pendistribusian mother and daughter station. Melalui mekanisme subsidi pemerintah dihasilkan harga jual CNG sebesar Rp. 2.154,- /lsp dan biaya distribusi rata-rata sebesar Rp. 503,-/lsp. Sedangkan melalui mekanisme business as usual dihasilkan harga jual CNG sebesar Rp. 3.608,-/lsp dan biaya distribusi rata-rata sebesar Rp. 1.394,-/lsp.
The growth of in Surabaya vehicles continues to increase each year and will have an effect on the amount of gasoline consumption in Surabaya. If this condition is neglected then this condition will disturb national energy security and state budget. In that regard, the government utilizing CNG as alternative energy diversification policies as a fuel substitute fuel for public transport in the road transport sector. But, this potential is constrained by the lack of CNG infrastructure limitations include gas pipelines and CNG gas fuel stations in Surabaya. But, this policy is constrained by the lack of CNG infrastructure limitations include gas pipelines and CNG gas fuel stations in Surabaya. This causes the CNG distribution can be fully developed, causing the cost of distribution and a high selling price of CNG in Surabaya. Therefore, Surabaya requires a development of CNG distribution system to solve this problem. In this study, the development of the distribution system is done by determining the of CNG distribution system in accordance with the Surabaya region and establish of CNG distribution supply chain efficiently. The result of this development is to make a distribution system of CNG using mother and daughter stations distribution system. Through the mechanism of government subsidies produced CNG selling price of 2.154 IDR/lsp and distribution costs an average of 503 IDR/lsp. While the mechanism through business as usual, selling price of CNG generated at 3.608 IDR/lsp and distribution costs an average of 1.394 IDR/lsp."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S52827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>