Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwit Sundoro
"Perkembangan ilmu logam dewasa ini semakin pesat seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan kualitas dari bahan logam itu sendiri serta dengan biaya yang murah. Penelitian mengenai berbagai teknik pengecoran maupun pembentukan material sudah menjadi lomba untuk sauna negara, terutama negara-negara maju. Demikian juga dengan Indonesia yang tengah memperbesar muatan lokalnya, seperti di bidang otomotif dengan program mobil nasional.
Peningkatan kualitas dari sifat bahan logam dimaksudkan untuk menghindari kegagalan unjuk kerja sebuah komponen mesin, juga untuk memperpanjang umur serta biaya perawatannya. Penyebab dari kegagalan biasanya antara Iain masalah keausan dan beban yang berlebihan.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas antara lain dengan memperbaiki teknik pengecorannya. Penambahan unsur-unsur paduan ke dalam ladle dimaksudkan untuk mendapatkan struktur mikro dan sifat mekanis tertentu dari besi hasil cetakan. Untuk mendapatkan suatu hasil yang memiliki sifat mekanis dengan kekuatan tarik dengan regangan yang tinggi maka dipergunakan besi tulang nodular dengan mencampurkan magnesium, kalsium, atau serium kedalam cairan logam.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kekuatan tarik dan kekerasan dari besi tuang nodular yang dibuat. Dari hasil yang diperoleh dengan melakukan serangkaian pengujian yaitu dengan perlakuan panas, apakah bahan tersebut dapat dipergunakan untuk mengantikan material dari suatu komponen mesin seperti crankshaft, dengan kualitas yang relatif sama dan harga yang lebih murah. Sifat mekanis dari besi tuang nodular lebih baik dari besi tuang lainnya.
Pengujian yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengujian tarik, kekerasan , impak dan struktur metalografi. Pembuatan sampel uji menggunakan standar ASTM. Besi tuang yang telah dilakukan perlakuan panas austomper dinamakan ADI (Austempered Ductile Iron) yang kekuatannya setara atau malah lebih tingi dari baja tempa. Pengaruh perlakuan panas baik dengan austenisasi maupun austemper akan merubah sifat mekanis material. Pada perlakuan panas dengan temperatur tertentu perubahannya signifikan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Dikarenakan sifat ADI yang lebih baik dari baja tanpa (baik kekuatan maupun biaya pengerjaan), maka materiaI ini dapat digunakan untuk menggantikan komponen-komponen mesin, maupun komponen yang memerlukan kekuatan yang Komponen mesin yang dapat digantikan dari hasil penelitian ini antara lain adalah crankshaft."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Widyanto
"Dalam perkembangan teknologi dewasa ini, menuntut para ahli untuk menemukan suatu material dengan berat yang lebih ringan namun dengan kekuatan yang sama bahkan lebih baik dari yang sudah ada. Dengan ditemukannya Besi Tuang Nodular jenis ADI ini, maka para ahli mulai memikilrkan pengembangan dari material ADI ini, karena dengan berat yang lebih ringan tetapi kekuatannya tidak kalah dengan logam ferous lainnya.
Di dalam penetitian ini, dilakukan penambahan unsur paduan Nikel sebesar
1% dan Molybdenum sebesar 0,16% terhadaB Besi Tuang Nodular jenis ADI ini. Kemudian dilakukan perbandingan sifat kekuatan tarik. Kekerasan serta regangannya antara ADI tanpa paduan dengan ADI yang ditambahkan paduan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan unsur. ,paduan Nikel dan Molybdenum terhadap ADI, akan meningkatkan kek rasan anJara 3 - 40 BHN, pada semua waktu tahan. Untuk kekuatan tarik, umumnya tidak terjadi perubahan dengan penambahan unsur paduan tersebut, kecuali pada waktu tahan 45 menit dimana terjadi penurunan sebesar 6%. Dengan adanya penambahan unsur paduan, maka nilai regangan dari ADI ini akan menurun, antara 0,2 - 2,7% pada semua waktu tahan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Banuadji
"Penggunaan besi tuang nodular di dunia industri semakin berkembang karena sifat mekanisnya lebih baik dari besi tuang yang lain. Sifat mekanik BTN dapat ditingkatkan dengan menguhah matriknya melalui proses austemper menjadi Austemper Ductile Iron (ADI), disamping itu dapat juga ditingkatkan dengan penambahan unsur paduan. Dalam penelitian ini digunakan BTN yang memiliki kandungan unsur paduan Nikel dan Molybdenum sebagai material sampel dan diteliti pengaruh dan temperature proses Austemper terhadap sifat mekanis BTN yang matriknya dipengaruhi unsur paduan tersebut. Proses austemper yang dilakukan meliputi austenisasi dengan variasi temperatur 800℃ dan 900℃ selama 60 menit dilan.jutkan tempering pada temperatur 300℃ selama 15, 30 dan 45 menit Pengujian tarik, impak dan struktrutur mikro dilakukan untuk menganalisa hasil proses austemper. Hasil penelitian secara umum didapatkan; unsur-unsur paduan mempengaruhi pembentukan matriks dan dapat meningkatkan temperature kritis austenisasi, sehingga bila temperatur tersebut belum dicapai akan terjadi penurunan kekuatan tarik yang diikuti penurunan elongasi serta terjadi perubahan struktur mikro dari feri-perlit menjadi bainit. Dan dengan dilakukannya proses austenisasi akan meningkatkan ketahanan impak sedangkan waktu tahan proses austemper tidak memberikan pengaruh yang berarti secara pasti."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Tri Pujatmo
"Besi Tuang Nodular merupakan jenis besi tuang yang memiliki grafit berbentuk bulat, dimana dengan bentuk grafit yang bulat ini, Besi Tuang Nodular mempunyai sifat mekanis yang Iebih baik dibandingkan besi tuang jenis lain. Untuk meningkatkan sifat mekanisnya, pada Besi Tuang Nodular ini dilakukan proses perbaikan matriks dengan proses perlakuan panas austemper dan atau dengan penambahan unsur paduan tertentu seperti Nikel dan Molybdenum. Kondisi perlakuan panas yang dilakukan pada penelitian ini adalah sustenisasi pada temperatur 800°c selama 1 jam dan temperatur celup 400°C dengan waktu tahan 15, 30, 45 menit, sedangkan unsur paduan yang ditambahkan adalah 1% Nikel dan 0,16% Molybdenum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan kekerasan paling tinggi diperoleh dari kondisi as-cast FCD 50 + 1%Ni, 0,16%Mo yaitu 66,61 kg/mm² dan 244,3 BHN, sedangkan nilai regangan tertinggi adalah 20,43% dicapai dari kondisi perlakuan panas 600°C-400°C-15 menit PCD 50 + 1%Ni, 0,16%Mo."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Ricu Susilo
"Besi tuang nodular memiliki sifat-sifat mekanik yang baik dan mendekali sifat mekanik dan fisik dari haja. seperti kekuatan tarik, regangan. dan kemampucm perlakukan panas. Selain itu besi tuang nodular memiliki mampu redam suara yang sangat baik serta biaya produksi besi luang nodular relatif lebih murah daripada baja. Sehingga dewasa ini besi luang nodular banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembWJtan komponen-kompanen mesin maupun kendaraan otomatif. Perbaikan sifat-sifat mekanis agar sesuai dengan kebutuhan dapat juga diperoleh dengan penambahan unsur-unsur paduan tertentu seperti ; Chromium, Molyhdemam dan Nikel. Selain ilu cara yang lain untuk meningkatkan sifat mekanis besi tuang nodular adalah dengan proses perlakuan panas (heal treatment). yaitu proses austemper. Hasil proses ini adalah hesi luang nodular austemper yang dikenal dengan nama Austempered Ductile Iran (ADJ). Proses austemper diawali dengan austenisasi pada temperatur 800'c selama 60 menit, dilarutkan dengan austemper poda temperatur 30d'C dan -tod'C dengan wahu tahan masing-masing 15, 30, dan 45 menit. Pengujian tarik, kekerasan, ketahanan impak dan pengamatan struktur mikro dilakukan untuk menganalisa hasil proses austemper. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa temperatur pemanasan 800'C belum terjadi austenisasi sehingga tidak tetjadi perubahan fasa menjadi y (austenit) akibatnya proses temper yang dilakukan hanya menyebabkan perluasan matrik for it atau terjadi anil feritisasi, dan tidak terjadi pembentukan hasil pada besi tuang nodular dengan penambahan 0.15 Mo. 1,5% Ni, dan 0.2% Cr. Hasil ini terlihat dari kenaikkan nilai elongasi dengan pemnurunan sifat kekerasan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S42000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Sugiharto
"
ABSTRAK
Besi telah lama dikenal dan dipergunakan oleh manusia sebagai salah satu bahan teknik yang sangat penting. Berbagai aplikasi dapat diwujudkan dengan memanfaatkan material ini, Salah satu jenis logam besi yang banyalc dipergunakan adalah besi tuang nodular. Besi ini memiliki sifat-sifat yang unik. Adanya gratit bulat pada besi tuang nodular menyebabkan besi ini memiliki sifat-sifat seperti baja, kelcuatannya bahkan dapat melebihi baja. Sifat yang menonjol dari besi tuang ini adalah keuletan yang tinggi, lcekuatan tarik yang baik, daya scrap getaran yang baik serta memililci ketahanan aus, ketangguhan dan mampu mesin yang baik, sehingga material ini banyak digunakan sebagai material komponen kendaraan bermotor seperti poros engkol, camshafl, pegas, sistem rem, connecting rod dan komponen lainnya.
Besi tuang nodular yang dibuat harus diketahui dengan jelas sifat-sifat mekanis yang dimilikinya sebelum digunakan untuk aplikasi pada bidang tertentu.
Hal ini penting diketahui, karena erat sekali hubungannya dengan macam aplikasi yang akan dimasukinya. Pemilihan material yang tidak tepat untok suatu aplikasi karena kurang mengetahui sifat-sifat metarial yang dimilikinya bukan saja berdampak secara ekonomi tetapi akan lebih parah lagi jika penerapan material tersebut erat kaitannya dengan keselamatan pengguna Untuk itu diporlukan suatu serangkaian pengujian, untuk mcngetahui karakteristik, atau sifat-sifat suatu meterial.
Penelitian dimulai dengan melakukan prosss pengecoran logam (casting)
FCDSO di PT. Geteka Funindo, Pulogadung dengan penambahan 0,18 %Cr, 0,2%
Mo dan 1% Ni, kemudian dilanjutkan dengan melakukan serangkaian pengujian, antara lain : pengujian kekerasan, pengujian tarik, pengujian irnpak dan pengujian metalografi. Benmk dan ukuran sampel pengujian menggunakan standar ASTM A536-84 dan ASTM A327M-91. Pengujian sampel dilakukan pada kondisi as-cast, austenisasi 800 dan 900°C dengan ternperatur austemper 300 dan 400°C dengan waktu tahan 15, 30 dan 45 menit. Hasil pengujian yang diperoleh dismalisa dengan pendekatan kepustakaan. Dari hasil pengujian kekerasan terhadap besi tuang nodular FCD50 dengan temperatur austemper yang berbeda, menuxqukkan bahwa temperatur austenisasi dan austemper sangat berpengaruh terhadap sifat kekerasan besi tuang nodular. Pada perlakuan panas austenisasi soo°C pemanasau tidak mencapai temperatur kritis, akibatnya pada proses austemper 300 dan 400°C tidak terjadi pembahan fasa dari ferit-perlit menjadi bainit., tetapi. hanya terjadi terurainya karbida Fe3C menjadi 3Fe(o.) + C, sehingga karbida berkurang dan struktur ferit lebih banyak terbentuk, hal ini akan menumnkan kekerasan, penurunan kekuatan tarik bahan dan peningkatan elongasi besi tuang nodular tersebug perbedaan waktu tahan tidak begitu berpengaruh terhadap kekerasan. Pada austenisasi 900°C dengan allstemper 300 dan 400°C terjadi perubahan fasa rnenjadi bainit, sehingga didapati nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi as-cast, terjadi peningkatan kekuatan tarik bahan, namun teljadi penurunan elongasi bahan.
Secara umum proses perlakuan . panas austenisasi dan austemper menyebabkan peningkatan sifat mekanis meterial.
"
1997
S36206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Triyudi
"Sifat mekanis besi tuang nodular sangat ditentukan oleh bentuk matriks yang dimilikinya. Untuk meningkatkan kelwatan mekanis besi tuang nodular dapat dilakukan dengan mengubah struktur matriksnya melalui proses perlakuan austemper. Pada penelitian lni digunakan material besi tuang nodular FCD 50 dengan ditambahkan unsur paduan nikel sebesar 1% dan molibdenum 0,16%. Proses perlakuan panas arustemper dilakukan dengan diawali proses austenisasi pada temperatur 900'C yang dllanjutkan dengan perlakuan temper dengan variasi temperatur 300'C dan 400'C dengan penahanan Isothermal selama 15, 30 dan 45 menit. Untuk mengetahui perubahan sifat mekanis yang terjadi pada material, dilakukan sejumlah pengujian meliputi pengujian komposisi kimia. kekuatan tarik, kekerasan dan analisa foto mikrastruktur. Dari hasil pengujian diperoleh peningkatan kekuatan tarik dan kekerasan dari material besi tuang nodular yang diaustemper dibandingkan kondisi ascasinya. Namun besarnya nilai regangan besi tuang nodular yang diaustemper akan mengalami penurunan dibandingkan kondisi as-castnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkalan temperatur temper cenderang menurunkan kekuatan tarik dan meningkatkan regangan besi tuang nodular austemper. Sedangkan kenaikan waktu tahan tidak memmjukkan perubahan yang berarti pada kelwattan tarik. Kemudir:m dari hasil penelitian diperoleh halnya kekerasan cenderung menurun dengan naiknya temperatur temper, namun peningkatan waktu tahan tidak menunjukkan pengaruh yang besar terhadap kekerasannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman
"Dengan bentuk model cetak yang telah dirancang khusus mendekati bentuk sampel uji tarik dan impak, cairan besi tuang dicetak, dan hasil cetak nya adalah sejumlah sampel uji besi tuang nodular BTN yang mempunyai karakteristik tersendiri bagi tiga macam sampel uji. Sampel uji pertama adalah BTN non paduan, yang kedua BTN ditambahkan dengan unsur 0,25% Molibdenum dan ketiga BTN yang ditambah dengan paduan 0.25% Molibdenum dan 1.0 % Nikel. Austempered Ductile Iron adalah besi tuang nodular yang telah mengalami proses perlakuan panas austenisasi dan austemper. Dengan memvariasikan temperatur dan waktu tahan saat perlakuan panas, maka dalam penelitian ini telah didapat nilai-nilai tegangan tarik, elongasi dan kuat impak yang berbeda. Dibandingkan dengan as castnya, sampel non paduan mengalami peningkatan tegangan tarik dan penurunan elongasi. Sampel uji dengan unsur paduan 0.25 % Mo tegangan tariknya meningkat tetapi, elongasi mengalami penurunan. Paduan 0.25 % Mo dan 0.25% Ni meningkatkan tegangan tarik dan juga penurunan bagi elongasinya. Pengujian temperatur sampel uji menunjukkan bahwa turunnya temperatur akan menurunkan nilai kuat impak bahan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarmi
"Kebutuhan besi tuang nodular dunia semalcin menanjak tajam, seiring dengan perkembangan industri oromonjrf Penggunaan besi tuang nodular yang Iuas karena pertimbangan .sifat-sjfar yang dimiliki yairu mempunyai kelmatan yang tinggi dan keuletan yang relaryf' linggi dibandingkan dengan besi wang Icelabu karena adarzya grajir yang berbentuk bulat. Sifat ini menyerupai baja tetapi dengan harga yang relanfflebih murah. Sifar mekanis besi tuang nodular dapar ditingkatkan dengan pengontralan rerhadap struktur matrilc yang terbenrulc Pada penelirian ini untuk meninglcatkan s{;?zt melcanisnya dilalmkan proses Icombinasi antara penambahan zmsur paduan tembaga (Cu) dan perla/man panas ausremper yang menghasilkan ADI (Austemper Ducrile [ron ) yang merzghasilkan sifar mekanis yang baik anrara kekuatan tariff dan keulerannya. Sifat mekanis besi tuang nodular ini meninglcaf dengan meningkalnya kadar tembaga (Cu) dalam besi tuang. Penambahan 0,35% Cu meningkatkan UTS sebesar 34,2% dan 0,85% Cu sebesar 58,3%. Regangan mengalamf penurunan 49,6% dengan penambahan 0,35% Cu dan 65, 7% dengan penambahan Cu sebesar 0.85%. Dalam perlakuan panas austemper, proses austenisasi sangat mempengaruhi .Wat mekanis yang dihasilkan. Pada ausrenisasi 750"C sgfar melsanisnya rendah dari kondisi as-cast.sedangkan pada 850°C sU'at jauh lebih tinggi dar! kondisi as-cast. Pada austenisasi 750°C belum tezjadi austenisasi sehingga hasil akhir seielah auslemper retap perlit dan jérit, seahngkan austenisasi 850°C matrik akhir yang dihasilkan bainit dan sedikit ausrenir sisa Icarena relah ierjadi austenisasi sehingga kekuaran mekanisnya linggi. Hasil oplirnal dari penelirian ini dqseroleh pada besi wang nodular dengan kandungan tembaga 0.85% dan pada temperaiur ausrenisasi 850°C dengan walau rahan 15 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muzaki
"Besi tuang nodular adalah jenis besi tuang yang luas penggunaannya, besi tuang ini dipilih karena mempunyai sifat mekanis yang sangat bagus dibanding dengan beberapa jenis besi tuang lainnya, kuat tarik dari besi luang nodular paling tinggi diantara kelompok besi luang lainnya dan juga tegangan batas ulurnya seperti baja, sehingga besi tuang ini dapat menggantikan komponen tempa. Karena adanya tuntutan untuk selalu mendapatkan suatu produk basi tuang nodular yang lebih baik, maka perlu kiranya untuk melakukan penelitian dalam upaya mendapatkan besi tuang nodular dengan sifat mekanis yang kita inginkan. Salah satu sifat mekanis yang diinginkan adalah kekuatan tarik yang tinggi, dimana untuk mendapatkan kekuatan tarik yang tinggi dari suatu BTN dapat ditakakan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan penambahan unsur-unsur tertentu. Pada penelitian ini dilakakan penambahan tembaga sebesar 0,9 % dan 1,3 %, dalam upaya untuk meningkatkan kekuatan tarik BTN. Langkah ini dinilai cukup efektif dan lebih murab dibandingkan uaaha peningkatan kekuatan tarik lainnya yaitu dengan suatu perlakuan panas misalnya normalisasi. Dan usaha untuk meningkatkan kekuatan tarik ini ternyata berhasil, dimana untuk BTN tanpn penarnbahan tembaga didapat kekuatan tarik 54,98 kg/mm2, kemudian setelah ditarabahkan tembaga sebesar 0,9 % kekuatan tarikuya meningkat 44,3 % yaitu menjadi 79,34 kg/mm2 . Kenaikan kekuatan tarik ini terlihat lebih tajarn lagi pada penambahan tembaga sebesar 1,3 o/o, dimana kekuatan tariknya naik 56,4 % yaitu 85,99 kg/mm2. Sementara itu dalam upaya untuk mendapatkan material baru yang mempunyai kekuatan tarik yang bagus dan didukung dengan regangan yang lebih tinggi dari kondisi as-cast, maka dilakukan proses austemper pnda temparatur austenisasi 850 °C selama 30 menit kemudian diquench dan ditahan pada tempetatur 325 °C selama 15,30 dan 45 menit. Dari perlakuan ini dihasilkan BTN yang mempunyai matrik bainit bawab dengan kekuatan tarik yang tinggi yaitu 96,72 kg/mm2, yang dicapai oleh BTN dengan penambahan tembaga 1.3 % dan waktu tahan selama 15 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>