Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S37029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Grivanzy
"Penggunaan kontrol aktif aliran merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi drag aerodinamika pada kendaraan. Efek yang dihasilkan adalah penundaan daerah separasi aliran dan olakan yang terjadi pada kendaraan, khususnya pada bagian belakang. Pada penelitian ini, kontrol aktif aliran berupa blowing digunakan pada model reversed Ahmed body yang dianggap paling mendekati model van keluarga yang banyak digunakan di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan dua pendekatan yaitu komputasional dan eksperimental. Pada pendekatan komputasional digunakan software CFD Fluent 6.3 dengan model turbulensi k-epsilon standar dan bertujuan untuk mengetahui karakteristik medan aliran dan pengurangan drag aerodinamika yang terjadi pada model uji. Pada pendekatan eksperimen digunakan load cell dengan tujuan untuk memvalidasi hasil pengurangan drag aerodinamika yang diperoleh melalui metode komputasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kontrol aktif aliran berupa blowing mempunyai pengaruh terhadap karakteristik medan aliran dan pengurangan drag terbesar yang diperoleh adalah 14.72% melalui metode komputasional dan 24.61% melalui metode eksperimental.

The use of active flow control is one of the useful way to reduce aerodynamics drag in vehicle. It provides the possibility to delay the position of flow separation and wake around the vehicle. In this study, blowing as active control flow used in reversed Ahmed body, which was considered as the closest model of family van that is widely used in Indonesia. Two methods in this study was computational method and experimental method. The computational method used k-epsilon flow turbulence by CFD Fluent software in order to know flow field characteristic and aerodynamics drag reduction around model. Experimental method use load cell to validate the result of aerodynamics drag reduction from computational method. Result shows that blowing as active flow control makes the influence of flow field characteristics and the biggest aerodynamics drag reduction is 14.72% by computational method and 24.61% by experimental method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1014
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Made Fredy Lay Teryanto
"Kontrol aktif aliran merupakan salah satu metode yang efektif dalam mengurangi drag aerodinamika pada kendaraan untuk memenuhi tuntutan isu mengenai krisis sumber energi. Secara mendasar kontrol aktif aliran bertujuan untuk mengubah lapisan batas yang mengalami separasi. Untuk mencapai hal itu kontrol aktif aliran menggunakan sejumlah energi untuk memberikan eksitasi pada medan aliran berupa blowing, suction dan synthetic jet. Penelitian ini merupakan kajian pengurangan drag pada model kendaraan family van dengan menggunakan suction dimana reversed Ahmed body digunakan sebagai model untuk kendaraan ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu komputasi dan eksperimental dengan variasi data kecepatan upstream 11.1 m/s, 13.9 m/s, dan 16.7 m/s dan kecepatan hisapan 0.5 m/s, 0.75 m/s , dan 1 m/s. Software CFD Fluent dan pemodelan turbulensi k-epsilon digunakan dalam pendekatan komputasi untuk melihat karakterisitik aliran dan performa aerodinamika. Hasil dari simulasi CFD menunjukkan pengurangan drag hingga 14.73%, sedangkan data eksperimental menunjukkan pengurangan drag hingga 16.52%.

Active flow control is one kind of effective methods in order to achieve drag reductions at vehicle as the answer of the issue about energy resources crises. Basically the aim of active flow control is to modify boundary layer where the flow separation take place. To achieve that purposes active flow control uses some energy to give excitation in the flow field such as blowing, suction, and synthetic jet. This study concerns with drag reduction in family car model by using suction flow and reversed Ahmed body is used as the model of this kind vehicle. Both of computational and experimental methods was used to conduct this research with variations at upstream flow velocity of 11.1 m/s, 13.9 m/s, 16.7 m/s, and at suction flow velocity of 0.5 m/s, 0.75 m/s and 1 m/s. CFD Fluent software was used as solver, and k-epsilon turbulence model was applied in numerical computation to get characteristic of flow field and aerodynamics performance. The solution offered by CFD simulation showed drag reduction up to 14.73%, while experimental methods showed drag reductions up to 16.52%. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S995
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Universitas Indonesia, 1991
S28031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The directional solidification which is not toward to riser causes the shrinkage defect. This defect can
be predicted by investigating the temperature distribution in riser or casting products. The goal of this
research is to examine the temperature distribution using Finite Element Software (ANSYS) and then an
ad hoc experiment has been performed to verify the result of the simulation, especially the existences cf
shrinkage
The simulation is carried out by sand casting process using pure aluminum. This research uses
enthalpy method to examine the distribution of temperature. The properties of melted metal that being
used for the simulation are enthalpy H(T) and thermal conductivity k(T). For experiment, the sand casting
process uses pure aluminum and eutectic aluminum. The eutectic aluminum castings is used to support
the pure aluminum castings.
The result of the simulation hypothesis against shrinkage defect is appropriate with the experiment result.
"
Jurnal Teknologi, 15 (3) September 2001 : 286-295, 2001
JUTE-15-3-Sep2001-286
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Joice Rosita
"Tugas akhir ini membahas tentang perencanaan suatu sistem drainase yang memadai untuk pembuangan air hujan di bandar udara yang disesuaikan dengan pola konfigurasi runway yang dipilih berdasarkan analisa angin. Data-data yang diperlukan dalam penyelesaian tugas akhir ini diambil dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang kemudian juga dibandingkan dengan kondisi eksisting yang ada. Berdasarkan analisa angin yang telah dilakukan diperoleh data bahwa runway dapat dibangun dengan pola berpotongan tegak lurus di mana runway I dibangun dengan arah timur-barat dan runway II dibangun tegak lurus terhadap arah runway II. Setelah menentukan arah runway, langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan saluran drainase. Data-data yang diperlukan adalah data curah hujan, peta topografi, denah bandara Soekarno-Hatta dan sistem jaringan saluran yang ada serta penampang saluran yang digunakan. Untuk bandar udara sipil, FAA menganjurkan perencanaan drainase untuk periode 5 tahunan. Dalam tugas akhir ini, juga dilengkapi dengan perencanaan drainase untuk periode 10 dan 20 tahunan. Dari analisa diperoleh kesimpulan bahwa bentuk penampang yang dihasilkan lebih ekonomis daripada kondisi eksisting saat ini. Kesimpulan lain yang dapat diambil adalah bahwa perencanaan drainase suatu bandara tidak dipengaruhi oleh pola konfigurasi runway secara langsung, tetapi lebih dipengaruhi oleh tata letak bandara secara umum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Tiarrafi Pratama
"Perkembangan teknologi sudah sangat pesat dalam dunia transportasi. Pemerintah Indonesia ingin melakukan terobosan untuk membangun kereta cepat yang menghubungkan Jakarta – Bandung hanya dalam 36 – 45 menit. Kereta akan menggunakan model CR400AF yang melaju dengan kecepatan 350 km/h. Pada kecepatan tinggi, aerodinamika pada sebuah transportasi menjadi aspek yang sangat penting, tidak terkecuali pada kereta. Kondisi dan lintasan kereta menjadi salah satu faktor pada beban aerodinamis kereta. Crosswind menjadi kondisi yang paling banyak menyebabkan kecelakaan dengan peningkatan beban aerodinamis 25 kali lebih besar serta lintasan seperti tunnel, embankment, dan jembatan menjadi lintasan kritis dalam rute kereta cepat. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap pengaruh crosswind pada wilayah tunnel – jembatan – tunnel terhadap koefisien aerodinamis drag, lift, dan rolling moment. Analisis melakukan metode computational fluid dynamics (CFD) menggunakan ANSYS FLUENT dengan variasi kecepatan crosswind 0 m/s, 10 m/s, dan 25 m/s. Hasil simulasi menunjukkan semakin besar crosswind akan membuat beban aerodinamis lebih besar, 1.67 kali untuk koefisien drag, 58.8 kali untuk koefisien lift, dan 29.8 kali untuk rolling moment. Hasil juga menunjukkan proses keluar jembatan “OUT” mempunyai fluktuasi beban aerodinamis yang lebih besar dibandingkan proses masuk jembatan “IN” dan bagian head pada kereta mengalami beban aerodinamis terbesar dibandingkan bagian lain.

The development of technology has been very rapid in the world of transportation. The Indonesian government wants to make a breakthrough to build a high-speed train (HST) that connects Jakarta - Bandung in just 36 - 45 minutes. The train will use the CR400AF model traveling at a speed of 350 km/h. When transportation speed increase, aerodynamics in transportation becomes a very important aspect. The condition and track of the train are the main factors in the aerodynamic load of the train. Crosswind is the condition that causes the most accidents with an increase in aerodynamic load 25 times greater and tracks such as tunnels, embankments, and bridges become critical paths on high-speed rail routes. In this study, an analysis was carried out on the effect of crosswind in the tunnel - bridge - tunnel that influence the aerodynamic drag, lift, and rolling moment. The analysis performed by computational fluid dynamics (CFD) method using ANSYS FLUENT with variations in crosswind 0 m/s, 10 m/s, and 25 m/s. The simulation results show that aerodynamic load will increase with greater crosswind environment. 1.67 times for the drag coefficient, 58.8 times for the lift coefficient, and 29.8 times for the rolling moment coefficient. The results also show that the "OUT" process has a larger aerodynamic load fluctuation than the "IN" process and head component of a train will experience greatest aerodynamics load followed by tail and middle component of the train."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Putra Ramadhan
"Crosswind menjadi salah satu fenomena aerodinamis yang sangat mempengaruhi kinerja aerodinamis dan keselamatan operasional kereta cepat. Windbreak merupakan salah satu fasilitas penahan angin yang biasa digunakan untuk kereta cepat di daerah berangin. Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana variasi ketinggian windbreak (3.8 m; 4.4 m; dan 5.2 m) dapat mempengaruhi performa aerodinamis kereta cepat. Untuk mengetahui hal tersebut, 3 koefisien aerodinamis (drag, lift, dan rolling moment) dari kereta cepat dibandingkan pada saat kereta melewati lintasan dengan variasi ketinggian windbreak pada kondisi yang sama menggunakan simulasi CFD ANSYS FLUENT. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba terhadap beban aerodinamis dan perbandingan ketinggian windbreak terlihat dari visualisasi medan tekanan. Pertama, koefisien aerodinamis kereta akan terjadi penurunan secara signifikan ketika kereta mulai memasuki lintasan windbreak. Kedua, Proses 'IN' lintasan windbreak memiliki fluktuasi beban aerodinamis yang lebih besar dibandingkan dengan proses 'OUT'. Ketiga, ketinggian windbreak tidak mengubah secara signifikan pada trend grafik koefisien aerodinamis, hanya terjadi perbedaan fase dan besar amplitudo yang terbentuk. Rata-rata koefisien drag dan lift tertinggi terjadi pada ketinggian 5.2 m, yaitu sebesar 0.291 dan 0.011. Sedangkan rata-rata koefisien rolling moment tertinggi terjadi pada ketinggian windbreak 3.8 m, yaitu sebesar 0.0029.

Crosswind greatly affects the aerodynamic performance and operational safety of the high-speed train. Windbreak is one of the windproof facilities commonly used for high-speed trains in windy areas. This study aims to see how variations in windbreak height (3.8 m; 4.4 m; and 5.2 m) can affect the aerodynamic performance of high-speed trains. 3 aerodynamic coefficients (drag, lift, and rolling moment) of the HST were compared when the train passed the track under the same conditions using the ANSYS FLUENT CFD simulation. Sudden changes in aerodynamic loads can be seen from the visualization of the pressure contour. First, the aerodynamic coefficient of the train will decrease significantly when the train begins to enter the windbreak. Second, the IN process of the windbreak trajectory has a larger aerodynamic load fluctuation than the OUT process. Third, the height of the windbreak does not significantly change the trend of the aerodynamic coefficient graph, there is only a phase difference and the magnitude of the amplitude formed. The highest average drag and lift coefficient occurs at a height of 5.2 m, which is 0.291 and 0.011. Meanwhile, the highest average rolling moment coefficient occurs at a windbreak height of 3.8 m, which is 0.0029."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>