Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dani Arsanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Robby Darmawan
"CFC-I2 yang sclama ini digunakan sebagai rcfrijeran pada lemari es ataupun pada pendingin udara di kendaraan bermotor diketahui sebagai salah satu penyebab penipisan lapisan ozon dan pemanasan global sehingga harus diganti oleh refrijeran pengganti yang tidak merusak ozon dan tidak menyebabkan pemanasan globah Refrijeran pengganti CFC-I2 yang dipcrkenalkan dan diperdagangkan di Indonesia adalah HFC-l34a. Namun sebenamya masih banyak refrijeran lain yang dapat dipergunakan sebagai pengganti CFC yaitu hidrokarbon.
Berkaitan dengan hal tersebut, dilakukan serangkaian penguj ian pada refiyerated showcase untuk mengetahui perbandingan konsumsi energi dari rcfrijemn hidrokarbon dibandingkan dengan refrijeran HFC-l34a pada rej9?§gqroted_showcase.
Pengujian dilakukan pada sebuah rqfigerared showcase dengan mempergunakan dua merek reiiijeran hidrokarbon dan refrijeran HFC-l34a secara bergantian dengan prosedur pengujian konsumsi energi sesuai standar internasional ISO 3561.
Dari hasil pengujian diketahui nilai konsumsi energi berdasarkan ISO 8561-1995 pada refifgerared showcase dengan reiiijeran hidrokarbon merek A sebesar 6,50 kWh/24 jam, dengan refrijemn hidrokarbon merek B nilai konsumsi energi tidak diperoleh karena suhu ruang penyimpanan rata-rata melebihi standar yang ditentukan, sedangkan dengan rerijeran HFC-l34a nilai konsumsi energi reji-igerared showcase sebesar 5,02 kWh/24 jam.
Data yang didapatkan menunjukkan bahwa refrijeran hidrokarbon mengkonsmnsi energi yang lebih besar dibandingkan HFC-l34a pada refiigeraled show case.

Refrigerator and mobile air-conditioning refrigerant CFC-I2 which damage the ozone layer and do considerably contribute to the global warming, have to be replace by refrigerant which cause no damage to the ozone layer, and contribute very little to global warming. Altemative for the replacement of CFC- l2 which have introduced and available in market is I-IFC-l34a_ But there is another altemativc for the replacement of CFC-12, the altemative is hydrocarbon.
Therefore, refrigerated showcase were tested to find out energy consumption comparison between hydrocarbon refrigerant and HFC-1 34a refrigerant in refrigerated showcase.
Energy consumption test executed base on ISO 8561 on a refrigerated 5h0WC?$¢_ \1$if!B_ UW0 different bmlld hydrocarbon refrigerant and -a l-IEC-134a fafagefaaibyrunt if C C
The result of energy consumption test base on ISO 856|-1995 on a refrigerated showcase is hydrocarbon brand A refrigerant consumed 6.50 kWh/24 hours, hydrocarbon brand B energy consumption can not be measured because the storage temperature did not agree the standard, and HFC-l34a refrigerant consumed 5.02 kWh/24 hours.
Conclusion from the result of the test show us that hydrocarbon refrigerant consume more energy than HFC-I34a refrigerant in a HFC-l34a system refrigerated showcase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Makarim
"Refrigeran hidrokarbon merupakan salah satu golongan refrigeran dengan potensi pemanasan global dan potensi penipisan ozon yang rendah sehingga dinilai sebagai refrigeran yang ramah lingkungan. Kendati demikian, penggunaan refrigeran hidrokarbon masih jarang dijumpai dikarenakan karakteristik refrigeran hidrokarbon yang mudah terbakar. Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menilai aspek-aspek risiko yang berhubungan dengan risiko kebakaran dari penggunaan refrigeran hidrokarbon pada sistem AC (air conditioner) tipe split dan chiller. Penilaian bersumber dari praktik yang sudah dilakukan di Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui komponen aspek risiko apa yang paling berisiko dan bagaimana cara memitigasinya. Penelitian dilakukan dengan metode semi-kuantitatif menggunakan media kuesioner. Penelitian ini menghasilkan penilaian dan pemeringkatan untuk empat kategori aspek risiko yakni: titik kebocoran, sumber ignisi, penyebab kebocoran, dan ketidaksesuaian dengan standar. Metode mitigasi risiko yang diperoleh hampir seluruhnya diaplikasikan pada tahapan instalasi, perbaikan, perawatan, dan pembuangan.

Hydrocarbon refrigerant is a class of refrigerant with a low global warming potential and ozone depletion potential, so much so they are categorized as environmentally friendly refrigerants. Nevertheless, the use of hydrocarbon refrigerant is still rare due to it’s flammable characteristics. This research will identify and assess risk aspects related to fire risk from hydrocarbon refrigerants usage in split type AC (air conditioner) system and chiller system. The assessment comes from practices that have been carried out in Indonesia, with the aim of knowing which component of the risk aspect is most at risk and how to mitigate it. The research was conducted using a semiquantitative method using a questionnaire. This research resulted in an assessment and ranking for four categories of risk aspects, namely: leakage points, ignition sources, causes of leaks, and non-compliance with standards. The risk mitigation methods obtained are almost entirely applied to the stages of installation, repair, maintenance and disposal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrudin
"Dewasa ini masalah lingkungan khususnya masalah penipisan lapisan ozon dan pemanasan global menjadi perhatian masyarakat dunia. Salah satu sumber masalah linkungan tersebut adalah penggunaan refrigeran buatan manusia (CFC, HCFC, HFC). Untuk itu perlu dicarikan aiternatif refrigeran yang bersahabat dengan lingkungan, salah satunya adalah Hidrokarbon.
Hidrokarbon sebenarnya telah lama digunakan sebagai refrigeran selama beberapa dekade pada system pendingin. Penggunaannya semakin mengingkat dalam enam tahun belakang ini sebagai refrigeran alternatif sebagai pengganti refrigeran buatan manusia tersebut. Berbagai penelitian mengenai hidrokarbonpun telah banyak dilakukan dan sudah banyak pula dipublikasikan hasilnya ke di dunia internasional. Tulisan dalam penelitian ini mencoba memberi gambaran dan penjelasan mengenai kinerja dari tiga buah refrigeran hidrokarbon Indonesia serta refrigeran R-12 sebagai acuan melalui serangkaian pengujian yang dilakukan di Fasilitas Pengujian Tata Udara LTMP-BPPT Serpong. Pengujian ini dilakukan dalam berbagai kondisi temperatur masuk evaporator dengan variasi suhu yang berbeda yaitu -2°C, 0°C, 2°C, 4°C dan 6°C. Kompresor bekerja dengan putaran maksimal 2980 rpm, serta temperatur keluaran kondenser dijaga konstan pada 39°C.
Dari hasil analisa data dan grafik hasil pengujian ketiga refrigeran hidrokarbon tersebut menunjukkan bahwa refrigeran hidrokarbon memiliki unjuk kerja yang lebih baik atau sama dibandingkan dengan R-12, sehingga hidrokarbon dapat dijadikan aiternatif yang dapat menggantikan R-12."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Buyung Zainal Abidin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S36334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Fikri Utomo
"Kegiatan pengobatan dan penelitian biomedis membutuhkan cold storage untuk menyimpan spesimen biomedis seperti sel induk (stem cells), sperma, darah dan organ-organ lainnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Organ-organ tersebut membutuhkan ruang pendingin yang mampu mencapai temperatur -130°C atau lebih rendah yang disebut ultra low cold storage (Aprea, 2009).
Sejatinya, refrigeran jenis CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) memegang peranan penting dalam perkembangan sistem refrigerasi. Refrigeran CFC memiliki banyak keutamaan-keutamaan yang pada waktu itu sangat menguntungkan untuk dipergunakan sebagai komoditas refrigerant dunia. Penelitian pendahuluan simulasi dan eksperimental mesin pendingin cascade dua tingkat dengan refrigeran ramah lingkungan telah terbukti mampu mencapai -80oC (Nasruddin, 2008 & 2009), sehingga bila dilakukan penelitian lebih lanjut akan mencapai temperatur lebih rendah dari -100°C dengan mesin pendingin autocascade.
Pada percobaan ini hasil yang didapat adalah temperatur optimum yang mampu dicapai adalah -42°C, dengan pressure diatas 2 bar dengan komposisi propane 1100 gr dan ethane 200 gr. Meski high-system sudah dapat dikatakan baik, dengan mencapai -31°C, namun low-system masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai komposisi refrijeran yang baik.

Medicine and biomedical research activities require cold storage to store the biomedical specimens such as stem cells, sperm, blood and other organs within a period of time. These organs require cooling chamber which is able to reach temperatures 130°C or lower, called ultra low cold storage (Aprea, 2009).
Indeed, refrigerant type CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) plays an important role in the development of the refrigeration system. CFC refrigerants has many virtues which at that time was very advantageous to be used as the world refrigerant commodity. Preliminary simulation studies and experimental cascade refrigeration machine with two levels of environmentally friendly refrigerants have proven capable of achieving, -80°C (Nasruddin, 2008 & 2009), so if further investigation to reach temperatures lower than 100 oC with the engine-cooling autocascade.
In this experiment the results obtained are able to achieve the optimum temperature is -42°C, a pressure above 2 bar with a composition of 1100 gr propane and 200 gr ethane. Although high-system are well enough, reaching -31°C, but the low-system still needs further research on the best refrigerant composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gavin Cakraditya
"Tulisan dan penelitian ini dilakukan untuk melakukan perbandingan performa dari chiller dengan refrigerant R290 saat sebelum dan sesudah menggunakan sub-cooler/heat exchanger. Sehingga dapat memberikan perkiraan seberapa besar dampak penggunaan sub-cooler pada performa chiller. Penelitian ini dilakukan dalam rangka membantu pengembangan pemakaian chiller hidrokarbon di Indonesia, dimana minatnya sudah cukup tinggi dengan sifatnya refrigerant yang ramah lingkungan serta memiliki performa pendinginan yang lebih tinggi dari chiller dengan refrigerant R22 yang saat ini banyak digunakan. Melalui riset ini ditemukan bahwa penggunaan Sub-Cooler memberikan dampak kenaikan performa sebesar 6.9% pada beban pendinginan sedang, namun tidak memberikan perubahan signifikan pada performa saat beban pendinginan rendah.

The purpose of this research is to compare the performance of R290 hidrocarbon Chiller with sub-cooler and without sub-cooler, so that could give an estimation on how significant the impact made by sub-cooler in increasing chiller performance. This research also intended to helps the development of hydrocarbon chiller in Indonesia, which it's environmentally friendly and have higher performance than chiller with R22 as it's refrigerant. By doing this research, it was found that the use of sub-cooler when using it on medium cooling load operation could increase performance by 6.9%, but did not have significant effect in performance when using it on low cooling load operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Novel Hidayat
"ABSTRAK
Untuk mendapatkan temperatur pendinginan yang rendah diperlukan perbedaan tekanan yang tinggi. Perbedaan tekanan yang sangat tinggi mengakibatkan kerja kompresor semakin berat. Hal ini mengakibatkan turunnya efisiensi dari sistem refrijerasi sehingga perlu menggunakan sistem refrijerasi cascade. Pada pengeringan beku vakum diperlukan temperatur pendingin yang rendah pada evaporator yang berfungsi sebagai cold trap. Pengeringan beku vakum memerlukan energi untuk proses pengeringan dengan sublimasi sebesar 2870kJ/kg.s, dengan memanfaatkan panas buang kondenser sebagai pemanas dapat mengurangi waktu pengeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa perubahan temperatur dan massa aliran refrijeran pada metode ini agar dapat mengetahui efisiensi sistem dan mengurangi energi yang dikonsumsi selama proses pengeringan berlangsung.

ABSTRACT
For reach of low refrigeration temperature is needed high difference pressure. High difference pressure cause increase compressor work. It is reduce efficiency of refrigeration system so need to use cascade refrigeration system. In freeze vacuum drying, is needed low refrigeration temperatur on evaporator which in function as cold trap. Freeze vacuum drying need energy for drying process by sublimation is 2870kJ/kg.s, by using heat loss condenser as heater can reduce drying time. Because of that, it is need to analyze of temperature change and flow rate refrijerant in this method to find out system efficiency and decrease energy consumption when drying process."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1124
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rafii Lazuardian Ramadhan
"Kebutuhan akan refrigeran sekunder yang dapat menyerap kalor dengan nilai tinggi sangatlah penting saat ini. Ice slurry sebagai media refrigeran sekunder memiliki kelebihan yang lebih unggul dibandingkan refrigeran sekunder lainnya seperti flat ice, block ice, maupun air tawar. Ice slurry dapat menyerap kalor lebih banyak jika dibandingkan dengan air tawar maupun air laut biasa, ini dikarenakan ice slurry menyimpan lebih banyak kalor laten. Jika dibandingkan dengan flat ice, maupun block ice, ice slurry memiliki keunggulan yaitu ice slurry dapat dialirkan menggunakan sistem perpipaan. Ini dikarenakan ice slurry merupakan larutan yang memiliki partikel es mikroskopis di dalamnya dengan fraksi es tertentu.

The secondary refrigerant which could absorb high amount of heat is very important and highly required. Ice slurry is an advanced secondary refrigerant media which is superior from other secondary refrigerant such as flat ice, block ice, or pure water. Ice Slurry can adsorb more heat if compared towards pure water or sea water. It is possible because Ice Slurry holds more latent heat. When compared towards flat ice or block ice, ice slurry is better in the flexible side because it able to be flowed by pipes. Its flexibility is caused of its form as a liquid which has microscopic ice particle inside with sorted ice fraction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>