Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110028 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nugroho EY.
"ABSTRAK
Ketidakseragaman kadar air pada ikan hasil pengeringan menyebabkan target produk yang dicapai tidak maksimal Hal ini disebabkan karena pengaturan tray yang tidak sesuai dan aliran udara yang tidak merata ke seluruh bagian ruang pengenng. Dengan perhltungan jarak antar tray dan dimensi alat péngeling Serta peletakan fan inlet maupun outlet yang sesuai dapat clirancang alat pengering yang memilki kapasitas sesuai target.
Penulisan skripsi ini secara teoritis akan menghitung jarak antar tray yang sesuai untuk mendapatkan pemerataan udara dan posisi fan baik inlet maupun outlet yang menghasilkan pemeralaan aliran udara yang optimum dengan menggunakan program simulasi CFD (Computational Fluid Dynamic) PHOENICS. Berdasarkan perhitungan jarak antar tray akan didapat dimensi alat yang sesuai untuk mengeringkan ikan dengan kapasitas sebésar 1000 leg.

"
2000
S37234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bona Maruli Tua
"ABSTRACT
Dalam proses pembuatan pakan ternak dibutuhkan ikan kering dengan kadar air berkisar antara 6-10%. Proses penurunan kadar air ini Iebih dikenal dengan istilah pengeringan. Pengeringan yang dilakukan secara tradisonal yaitu dengan penjemuran bahan di bawah terik sinar matahari sangat bergantung kepada kondisi cuaca yang seiaiu berubah-ubah dan rentannya proses pengeringan tersebut terhadap gangguan-gangguan lain seperli burung, ayam atau hewan lain yang dapat mengurangi kuantitas bahan yang dikeringkan. Lagi pula, pengeringan secara tradisonal sangat dibatasi dengan areal yang tersedia.
Sehingga kapasitas pengeringannya pun tergantung kepada lahan yang tersedia.
Pembahasan yang dilakukan adalah merancang dan menghitung proses pengeringan ditinjau dari perpindahan panas energi dan perpindahan massa (uap air). Dengan mengambil asumsi perancangan terhadap beberapa kondisi yang periu untuk ditentukan. Dengan rincian di atas, hasil dari skripsi ini diperoleh spesifikasi alat pengering ikan hasil rancangan awal dengan kapasitas yang ditentukan dan data-data mengenai kebutuhan kalor, jenis dan besar kipas dan motor pada alat pengering tipe rak, untuk melakukan penelitian dan pengembangan selanjutnya.

"
1999
S37022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Bhakta Adhyatma
"Briket shisha splitting merupakan salah satu penyebab produk reject terbesar. Splitting merupakan fenomena terpecahnya briket shisha dalam keadaan terbakar, ketika dijatuhkan dari ketinggian 30 cm atau ketika dijepit dengan shisha tongs. Apabila terjadi splitting pada sampel briket shisha yang diuji, maka produk briket yang dihasilkan bersamaan dengan sampel dapat dikategorikan sebagai produk reject. Fenomena briket splitting diduga akibat kekuatan briket yang bervariasi dikarenakan tidak seragamnya proses produksi briket shisha. Mengingat masih sedikit standar dan riset terkait proses produksi briket shisha.
Pada studi ini, dilakukan eksperimen pengukuran dan pengujian terhadap variabel-variabel pada proses produksi briket shisha, untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya splitting pada briket shisha. Kemudian, diketahui bahwa splitting disebabkan oleh komposisi campuran tidak terukur dengan baik dan belum terdapat standar parameter dari hasil di setiap tahap proses produksi. Oleh karena itu dilakukan eksperimen perbaikan dengan membuat standar parameter proses produksi, dan dilakukan factorial design of experiment pada faktor-faktor penyebab briket splitting.
Lalu, diketahui ketika parameter proses produksi dijaga konsisten dan pada penambahan tepung tapioka sejumlah 4% (dari jumlah massa bubuk arang) serta dengan waktu mixing selama 10 menit, dihasilkan briket dengan keseragaman kekuatan terbaik dan tidak terjadi splitting. Karena pada kondisi ini menghasilkan kekuatan kompresi dengan range perbedaan kekuatan paling rendah sebesar 280,14 N dan rata-rata kekuatan sebesar 362,36 N (sudah melampaui kekuatan minimum sebesar 137 N agar tidak terjadi splitting).

Splitting shisha briquettes is one of the biggest causes of product rejects. Splitting is the phenomenon of shisha briquettes breaking apart while burning, when dropped from a height of 30 cm or when clamped with shisha tongs. If splitting occurs in the shisha briquette sample being tested, then the briquette product produced together with the sample can be categorized as a reject product. The splitting briquette phenomenon is thought to be due to varying briquette strengths due to the non-uniformity of the shisha briquette production process. Considering that there are still few standards and research regarding the shisha briquette production process.
In this study, experimental measurements and tests were carried out on variables in the shisha briquette production process, to determine the factors that cause splitting in shisha briquettes. Then, it was discovered that splitting was caused by the mixture composition not being measured properly and there were no standard parameters for the results at each stage of the production process. Therefore, improvement experiments were carried out by creating standard production process parameters, and factorial design of experiment was carried out on the factors causing briquette splitting.
Then, it was discovered that when the production process parameters were maintained consistently and with the addition of 4% tapioca flour (of the mass of charcoal powder) and with a mixing time of 10 minutes, briquettes were produced with the best strength uniformity and no splitting occurred. Because in this condition it produces compression strength with the lowest strength difference range of 280.14 N and an average strength of 362.36 N (already exceeding the minimum strength of 137 N to avoid splitting).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyani
"Salah satu pemanfaatan briket batubara yaitu sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga. Akan tetapi penggunaan briket batubara kurang optimal karena lamanya waktu penyalaan sehingga kurang praktis untuk digunakan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kandungan air yang banyak terkandung dalam batubara. Salah satu Proses yang digunakan untuk mengurangi kadar air dalam batubara yaitu dengan proses upgraded brown coal (UBC).
Penelitian ini menggunakan batubara jenis lignit yang mempunyai kandungan air 25% dan menggunakan minyak goreng bekas (jelantah) yang tujuannya untuk membuat kondisi pori batubara bersifat hidrofob, yang akan mudah mengusir air. Parameter yang divariasikan dalam proses UBC adalah temperatur pemanasan dan rasio massa batubara terhadap minyak goreng. Variabel terikat pada UBC adalah temperatur pemanasan yang divariasikan adalah 150⁰C, 200⁰C, dan 250⁰C, dan rasio antara batubara dengan minyak goreng yang dipakai yaitu 1:1, 1:2 dan 1:3. Sedangkan variabel bebasnya yaitu waktu penyalaan dan temperatur pembakaran. Proses penyalaan dan pembakaran briket batubara dilakukan dalam furnace dimana temperatur dinding furnace dijaga konstan pada 300⁰C dan kecepatan aliran udara 0,2 m/s.
Dari hasil pengujian kadar air, dihasilkan bahwa pada rasio 1:1 pada proses UBC dengan temperatur pemanasan 150⁰C, 200⁰C dan 250⁰C masih terdapat kandungan air dengan persentase 3,84%, 3,70% dan 3,7%, sedangkan dengan rasio 1:2 dan 1:3 menunjukkan persentase kandungan air mendekati 0%. Hasil pengujian pembakaran pada rasio 1:1 menunjukkan temperatur pembakaran yang lebih rendah dibandingkan pada rasio 1:2. Hal ini dikarena masih adanya kandungan air pada 1:1 sehingga panas yang dipasok digunakan terlebih dahulu untuk menguapkan kandungan air nya, sedangkan pada rasio 1:3 temperatur maksimum yang dicapai lebih rendah dibandingkan 1:1 dan 1:2 karena pada rasio 1:3 diperkirakan sebagian kandungan volatile matter yang menguap dan/atau terlarut dalam jelantah pada proses UBC.

One of the utilizations for the coal briquette is used as a fuel for household needs. But the use of coal briquette is not optimal because duration of time of it to be ignited. Therefore it is not practical to be used. One of the causing factor is the moisture content inside the coal. One of the processes to decrease the moisture content inside the coal is by using upgraded brown coal (UBC) process.
This research uses lignite coal whose it moisture content is 25% and this research uses cooking oil which aim to create conditions of coal pore is hydrophobic, which would easily repel water. The varied parameter on the UBC process are heating temperature and the ratio of coal and cooking oil. The dependent variable of UBC is varied heating temperatures are 150⁰C, 200⁰C, and 250⁰C and the ratios of the coal with cooking oil are 1:1, 1:2 and 1:3. While the independent variables of time of ignition and combustion temperature. The coal briquette ignition process is conducted inside furnace which the furnace wall temperature is kept constant at 300⁰C and the velocity of air flow is 0.2 m/s.
From the result of moisture content test, it is found that on the ratio of 1:1 for the heating temperatures of UBC process is 150⁰C, 200⁰C and 250⁰C that there is still moisture content with percentage of 3.84%, 3.70% and 3.7%, while the ratio of 1:1 shows that the moisture content close to 0%. The combustion test result on ratio 1:1 shows lower temperature combustion compared to ratio 1:2. This is because that there is still some moisture content on ratio 1:1. Therefore, the heat supplied is used first to vaporized its moisture content, while on ratio 1:3 the maximum temperature is lower than on the ratio 1:1 and 1:2 because on the ratio 1:3, there is a possibility that there is a volatile matter content that vaporizes first on the UBC process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Hartawan
"Kerimbunan di ibukota didukung dengan lahan hijau yang terdiri dari penanaman pohon, mulai dari area perumahan, hingga perkantoran. Sampah daun yang dimiliki pohon pada area tersebut menjadi salah satu kontribusi besar pada sampah organik. Pada umumnya, pengolahan sampah organik tersebut menggunakan metode pembakaran akibat tidak dapat terdekomposisi ke tanah. Hasil pembakaran sampah organik tersebut dapat menjadi sebuah energi terbarukan. Besar energi ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga. Adapun kompor biomassa sebagai kompor alternatif pengguna bahan bakar selain gas. Hasil pembakaran kompor biomassa merupakan pembakaran yang bersih karena campuran bahan bakar dan udara yang menghasilkan pembakaran sempurna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi energi terbarukan menggunakan daun. Pembakaran yang terjadi pada daun memiliki karakteristik yang berbeda terhadap intensitas udara dengan bentuk olahan briket. Efisiensi bahan bakar dapat diketahui dengan menggunakan metode water boiling test dan pengukuran mass loss rate.
Hasil metode water boiling test dengan olahan briket menunjukkan bahan bakar dapat mendidihkan air pada waktu singkat dan membutuhkan pengisian ulang jika digunakan untuk memasak. Efisiensi termal pada saat masuk pada fase cold start adalah 42 dan hot start pada 46. Bentuk olahan briket menghasilkan pembakaran yang lebih lama namun lebih sukar untuk dinyalakan.

The capital of Indonesia is kept cool and shady by green areas consisting of trees, from residential areas to offices. Fallen leaves produce by these trees contributes to a large amount of organic waste. Generally, the vast majority of the people incinerate these waste as they cannot decomposed quick enough on the ground. The burning of these leaf litters can open up a potential renewable energy. Although the scale of energy than can be use is suited as fuel for household needs. Biomass cooking stoves are developed to accommodate the daily use for cooking as an alternative to gas powered stoves. The flame that is produced by the cooking biomass cooking stove is smokeless due to the great supply of air mixing with the fuel generates a good clean burn.
This research intends to explore and developed the potential of dry leaves form as briquettes as a renewable energy. Burning leaves have different characteristics to the intensity of air going through the combustion chamber with the fuel form of briquettes. The Efficiency of the fuel can be measured using the water boiling test method and mass loss rate.
Results from the water boiling test with the leaf briquettes can bring water to a boil but for standard time of cooking, refuelling in the middle of cooking is needed. The thermal efficiency during the cold phase is 42 and during the hot phase is 46. Although the forming of leaves into briquettes prolong the time of burning and perfect for refuelling, the briquettes are quite hard to ignite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Rachmat Suryasaputra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agus Wicaksana
1998
S40962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>