Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32755 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman
"Penggunaan oven yang terus menerus telah menurunkan kualitas dari fire- chamber pada oven I, sehingga kebocoran diantara fire-tubes telah menyebabkan kebakaran pada saat proses produksi. PT ISJ mengganti fire-chamber system dengan alat penukar kalor yang menggunakan oli pemindah panas sebagai fluida panas, yang telah dipanaskan dengan sebuah boiler dengan kapasitas 600.000 kkal/j. Kapasitas alat penukar kalor dirancang sebesar 120.000 kkal/j, sebanyak 3 unit. Alat penukar kalor dirancang dengan menggunakan pendekatan LMTD terhadap temperatur-temperatur masukan - keluaran yang diasumsikan dari kondisi- kondisi seperti pada fire-chamber system. Pengujian terhadap alat penukar kalor dilakukan pada saat proses produksi akan mulai dijalankan hingga produksi berjalan. Besarya nilai efelctivitas ajat penukar kalor ditentukan dengan mempergunakan data-data temperatur fluida kerja pada saat suhu oven mencapai suhu produksi, 120°-122° C, kira-kira setelah oven dipanaskan selama 60 menit. Dari hasil perhitungan, kalor yang dilepwkan oli sebesar 173,02 kJ/s di pergunakan untuk menaikkan suhu udara masukan dari 41,2° C menjadi 153° C. Dengan mernpergunakan data hasil perhitungan yang ada, diketahui efektivitas kalor alat penukar kalor sekilar 63 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofwan Haris
"ABSTRAK
Bahan dasar untuk membuat plastik yaitu ethylene. Sebelum ethylene diolah menjadi bahan baku untuk membuat plastik, ethylene tersebut terlebih dahulu disimpan dalan suatu tangld penampungan. Di dalam tangki penampungan tersebut ethylene mengalami penguapan karena temperatur lingkungan yang cukup panas. Supaya ethylene yang berbentuk uap tidak terbuang seoara percuma dan supaya masih dapat dimanfaatkan lagi untuk diolah menjadi bahan baku untuk membuat plastik, rnaka ethylene yang berbentuk uap tersebut harus diubah menjadi bentuk eair kembali_
Alat yang digunakan untuk mencairkan ethylene yang berbentuk uap menjadi cair di PT. X adalah penukar kalor she!! and lube type BKU. Dengan dapat dicairkan kembali ethylene yang berbentuk uap tersebut, perusahaan X dapat menghemat biaya produksi dengan menekan biaya pembelian bahan baku.
Kalor maksimum dan minimum yang diserap oleh R-22 pada kapasitas kompresor 75% dari data hasil perhitungan adalah sebesar 386,02 kW dan 366 kW. Sedangkan kalor maksimum dan minimum yang diserap oleh R-22 pada kapasitas kompresor 100% dari data hasil perhitungan adalah sebesar 526,91 kW dan 466,26 kW.
Kalor maksimum dan minimum yang dilepas oleh ethylene pada kapasitas lcompresor 75% dari data hasil perhitungan adalah 388,19 kW dan 379,12 kW.
Sedangkan kalor maksimum dan minimum yang dilepas ethylene pada kapasitas kompresor 100% dari data hasil perhitungan adalah 546,35 kW dan 483,14 kW, Sedangkan dari data desain pertukarall kalomya adalah sebesar 571 kW.
Efektifitas rata-rata penukar kalor pada kapasitas kompresor 75% dan data hasil perhitungan adalah sebesar 93,67 % dan efektititas rata-rata penukar kalor dari data hasil perhitungan pada kapasitas 100% dari data hasil perhitungan adalah sebesar 91,46 %, sedangkan efektifitas disain penukar kalor sebesar 92,30%.

"
2000
S37639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Nurhalim
"Krisis ekonomi dan keuangan pada akhir tahun 2008 membuat konsumsi energi global merosot pada tahun 2009. Perekonomian yang pulih kembali menyadarkan bahwa dunia kembali menghadapi masalah mendasar mengenai kebutuhan akan energi dimasa yang akan datang. Krisis membuat permintaan energi merosot 2 persen per tahun selama tahun 2007-2010. Namun, kebutuhan energi naik lagi 2,5 persen per tahun selama tahun 2010-2015 seiring pulihnya ekonomi.
Lebih dari tiga per empat kebutuhan energi dunia masih dipenuhi bahan bakar fosil.Penggunaan energi fosil pada industri-industri besar akan menghasilkan banyak gas buang yang menjadikan pemanasan global semakin bertambah buruk. Konsumsi paling banyak akan bakar fosil adalah penggunaan listrik. Mengingat iklim di Indonesia cukup panas, hampir setiap apartemen menggunakan AC untuk menciptakan temperatur yang nyaman untuk manusia yang tinggal di dalamnya. Selain itu tuntutan lain untuk apartemen adalah pemanas air.
Dengan memanfaatkan panas buang dari AC untuk memanaskan air, kita dapat menghemat konsumsi listrik yang digunakan oleh water heater. Sistem ini dikenal dengan Split Air Conditioner Water Heater (S-ACWH). Sistem ACWH terdahulu mengalami masalah akan desain yang rumit dan air panas yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang tipe alat penukar kalor tipe serpentine untuk digunakan pada sistem S-ACWH dan kemudian dilakukan pengujian unjuk kerja S-ACWH tersebut. Alat penukar kalor tipe serpentine dibuat dari pipa tembaga 1/4 inch dengan panjang 8 m. Dengan menggunakan pipa serpentine dan tangki penyimpanan didapatkan air panas dengan temperatur sebesar 60°C untuk waktu pemanasan selama 2 jam pada beban pendinginan 2600 W untuk 50l air.

Economic and financial crisis in late 2008 make the global energy consumption declined in the year 2009. The recovered economy realize that the world faces a fundamental problem regarding the need for energy in the future. Crisis makes energy demand declined 2 percent per year during 2007-2010. However, energy demand rose again 2.5 percent per annum during the years 2010-2015 as the economic recovery.
More than three-quarters of the world's energy needs are still filled with fossil fuel energy. Utilization on large industries will generate a lot of exhaust gases that make global warming getting worse. The main consumption of fossil fuels goes to electricity. Considering the hot climate in Indonesia, people choose to use Air Conditioning in order to create a comfortable temperature for them. On the other hand, the demands of water heater in apartment is high.
By utilizing waste heat from air conditioning to produce hot water, we can hold down the electricity consumption. This system is known as Split-Air Conditioner Water Heater (ACWH). The problems of previous ACWH are not having compact desaign and low temperature of hot water.
The purpose of this study is designing serpentine tube heat exchanger that will be used in S-ACWH system and doing performance test for S-ACWH system. Serpentine tube heat exchanger made from a 1/4 inch diameter and 8 meters length of copper pipe. With the serpentine tube and the water storage, we can achieve hot water with a temperature of 60 ° C for 2 hours warm-up time at 2600 W cooling load for 50 litre of water.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1109
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Maarif
"Penukar kalor merupakan salah sam alat yang panting sekali dalam industri terutama pada industri petrokimia. Ada banyak sekali penukar kalor, salah satunya adalah penukar kalor pendingin udara (Air Cooler Heat Exchanger). Perhitungan desain penukar kalor pendingin udara rnelibatkan banyak persamaan. Masing-masing variabel pada persamaan-persaman itu saling keterkaitan satu sama lain, disatu persamaan mungkin salah satu variabel yang diinginkan berbanding lurus tapi di persamaan lain berbanding terbalik. Variabel yang menentukan sekali dalam mendesain penukar kalor pendingin udara adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), karena koefisien perpindahan panas menyeluruh merupakan salah satu variabel yang meneniukan besar atau tidaknya laju perpindahan panas pada suatu penukar kalor. Pemrograman ini memberikan perkiraan variabel-variabel apa saja yang sangal berpengaruh terhadap variabel koefisien perpindahan panas menyeluruh. Dengan mengetahui variabel-variabel tersebut maka dapat mempersingkat waktu dalam perhitungan desain penukar kalor pendingin udara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandy Setiadi Djaya Putra
Depok: Departemen Teknik Mesin UI, 2012
621.402 NAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada sistem pengkondisian udara secara sentral, salah satu alat proses yang
penting adalah alat penukar kalor (heat exchanger). Alat ini digunakan pada proses
evaporasi dan kondensasi. Pada studi sebelumnya diketahui bahwa fouling factor
yang didapat adalah sebesar 7,36 . 10-5 jauh dibawah standar yang ditetapkan yaitu
sebesar 0,002. Oleh karena itu dilakukan suatu analisa kinerja alat penukar kalor ini.
Dalam studi ini analisa dilakukan dengan cara perhitungan ulang pada alat
penukar kalor tersebut. Pada alat penukar kalor ini, fluida panas berupa air dialirkan
pada bagian tabung dengan temperatur masuk adalah 57,2 °F dan keluar sebesar 50
°F. Kapasitas kalor total adalah sebesar 350000 Btu/jam dan temperatur refrigeran
adalah 38,2 °F menggunakan refrigeran jenis R114. Perhitungan dibagi menjadi dua
tahap yaitu lahap perancangan menggunakan metoda Frans dan tahap penentuan
kinerja alat menggunakan metoda Kern.
Dengan menggunakan dua metoda tersebut didapat hasil akhir adalah sebesar
0,0048 untuk fouling factor dan 9,79 psi unluk Pressure Drop. Untuk mendapatkan
hasil tersebut dilakukan perubahan pada diameter tabung bagian dalam (ID) sebesar
0,652 in dari ID mula-mula sebesar 0,606 in dan mengefisiensikan jumlah tabung dari
sekitar 400 menjadi 68 buah.
Penyesuaian alat penukar kalor ini ditekankan pada beban yang diterima,
dikarenakan alat penukar kalor sebelumnya dirancang untuk menerima beban panas
sebesar lebih dari 1 juta Btu/jam sementara beban yang dibutuhkan setiap hari rata-rata
adalah 350000 Btu/jam, sehingga transfer panas dihasilkan lebih efisien dibandingkan kondisi awal."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Gading Rahmadana
"Global warming merupakan kejadian dimana suhu rata-rata permukaan bumi mengalami peningkatan akibat adanya gas rumah kaca. AC menjadi salah satu sistem yang menggunakan gas rumah kaca tersebut. Panas yang dimiliki refrijeran dipindahkan ke lingkungan oleh kondensor. Panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air menggunakan alat penukar kalor pipa ganda atau double pipe heat exchanger (DPHE).
Refrijeran yang keluar dari kompresor dengan tekanan dan temperatur yang tinggi akan dialirkan menuju DPHE dimana pada saat yang bersamaan air akan mengalir dengan bantuan pompa dari tangki penyimpanan air menuju DPHE. Pada DPHE, aliran yang terbentuk yaitu counter-current dimana perpindahan kalor terjadi secara konveksi dan konduksi, sehingga refrijeran yang keluar dari DPHE akan memiliki suhu lebih rendah dan air yang mengalir keluar dari DPHE akan memiliki suhu yang lebih tinggi. Kemudian, refrijeran akan melanjutkan siklus refrijerasi dan bergerak menuju katup ekspansi, sedangkan air akan masuk ke dalam tangki penyimpanan air yang diinsulasi sehingga temperatur air panas dapat dijaga dan siap digunakan untuk kebutuhan rumah tangga/domestik.
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang DPHE dan melakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik DPHE dalam memanaskan air. DPHE menggunakan pipa tembaga sebagai pipa dalam 3/8 inch dan pipa galvanis 1 inch sebagai pipa luar dengan panjang total area pertukaran panas sebesar 15,2 m. Dengan menggunakan DPHE dan tangki penyimpanan air panas 50 L dimana airnya terus bersikulasi dengan bantuan booster pump dengan debit 5 L/menit, didapatkan air panas yang keluar dari DPHE dengan temperatur maksimal sebesar 71,3 oC selama 49 menit. Sedangkan untuk mencapai temperatur sesuai standar SNI 03-7065-2005 yaitu 45oC, dari enam pengujian dibutuhkan waktu rata-rata selama 36 menit.

Global warming happens when the average temperature of the earth increases caused by greenhouse gases. AC is one of the systems that using greenhouses gas. The heat from the refrigerant is absorbed by the air in the condenser. We can use the heat to heating water with the help of DPHE.
The refrigerant that comes out of the compressor with high pressure and temperature will flow to the double pipe heat exchanger where at the same time the water will flow with the help of a booster pump from the water storage tank to the double pipe heat exchanger. In the double pipe heat exchanger, the flow that is formed is a counter-current where heat transfer occurs by convection and conduction so that the refrigerant that comes out of the double pipe heat exchanger will have a lower temperature and the water that flows out of the double pipe heat exchanger will have a higher temperature. Then, the refrigerant will continue the refrigeration cycle and move towards the expansion valve, while the water will enter the insulated water storage tank so that the hot water temperature can be maintained and is ready to be used for domestic needs.
The purposes of this research are to design DPHE and conduct a test to determine the characteristics of DPHE in heating water. DPHE uses the copper pipe 3/8 inch as an inner pipe and galvanized pipe 1 inch as an outer pipe with a total length of heat exchanger area of 15,2 m. Using DPHE and hot water storage tank 50 L which the water circulates inside the system with the help of a booster pump with a flow rate of 5 L/min, the hot water from DPHE can reach a maximum temperature of 71,3 oC within 49 minutes. Meanwhile, to reach the standard temperature based on SNI 03- 7065-2005 which is 45 oC, it takes an average time of 36 minutes from six tests.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Arya Wardana
"Kebutuhan energi dunia semakin meningkat, hal ini memicu berbagai isu dunia yang membutuhkan perhatian khusus, yaitu krisis energi dan pemanasan global. Krisis energi terjadi karena kebutuhan dunia akan bahan bakar fossil sangat besar. Berdasarkan data dan estimasi, terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dunia dari 26 juta barel per hari pada tahun 2006, menjadi 46 juta barel pada tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 61 juta barel pada tahun 2030. Di Indonesia, dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, penggunaan bahan bakar fossil sebesar 36%. Penggunaan dan ketergantungan bahan bakar fossil secara terus-menerus ini mengakibatkan efek pemanasan global. Efisiensi serta konservasi energi diperlukan untuk mengatasi permasalahan global ini. Salah satu aplikasi nyata dalam ilmu perpindahan panas dalam kehidupan sehari-hari adalah ACWH. ACWH merupakan sebuah sistem yang memanfaatkan panas buang refrigeran untuk menghasilkan air panas secara instan dan cocok digunakan di hunian apartemen. ACWH dapat menghemat 70% energi untuk penggunaan pemanas air listrik setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik ACWH dengan alat penukar kalot tipe serpentine dengan penambahan aplikasi sistem kontrol temperatur by-pass sehingga pengguna dapat melakukan penyetelan temperatur air panas sesuai keinginan. Beban pendinginan dan temperatur air panas divariasikan dalam pengambilan data. Dengan adanya penambahan sistem kontrol, kerja kompresor meningkat 7% dan waktu pemanasan air sebesar 45°C dibutuhkan waktu 60 menit.

The world's energy needs is more and more increase, this triggers a variety of world issues that need a special attention, namely the energy crisis and global warming. Energy crisis occured because the world will need a very large fossil fuel. Based on data and estimation, there is the world's need increased for fuel oil and natural gas consumption from 26 million barrels per day in 2006, to 46 million barrels in 2030, and will continue to increase to 61 million barrels in 2030. In indonesia, within a period of 40 years, fossil fuel used by 36%. The used of fossil fuels and dependence on an ongoing basis had led to global warming. Efficiency and energy conservation is needed to solve these world issues. One obvious application in the science of heat transfer in everyday life is ACWH. ACWH is a system that utilizes waste heat of refrigeran to produce hot water instantly and suitable for use in residental apartemen. ACWH can save up to 70% energy used for water heater use electricity every year. The purpose of this study was to determineed the characteristics of ACWH with serpentine type heat exchanger with the addition of temperature control system application by-pass that allow users to perform a hot water temperature setting as desired. Cooling load and the hot temperature was varied in the retrieval of data. Within the addition of control system, the compressor work increased by 7% and the time for heating water at 45°C is 60 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42826
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, G. Seltor
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>