Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83437 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Estuning R.
"Efek drag reduction dapat dihasilkan dengan penambahan aditif berupa polymer yang dapat menimbulkan peredaman turbulensi yang disebabkan oleh karakteristik dan gerakan fluida Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan guar gum kedalam crude oil yang dialirkan dalam pipa diameter 8 mm dan pengaruh penambahan konsentrasi guar gum terhadap efek drag reduction.
Penambahan polimer dilakukan pada kisaran konsentrasi sampai 10 kali lipat, dan dihasilkan efek drag reduction sampai 2 kali lipat lebih besar. Analisa dilakukan dengan mengamati hubungan antara koeiisien gesek dan bilangan Reynolds untuk menampilkan efek drag reduction. Dari hasil eksperimen, didapat hasil pada penarnbahan polimer 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, 3500 ppm, dan 5000 ppm didapatkan efek drag reduction sebesar berturut-turut 93%, 11,1%, 12,3%, 13,6% dan 18,7%.

Drag reduction phenomena can be obtained using additive polymer that can generate turbulence damping by fluid movement and characteristic. This research was carried out to observe the effect of additive guar gum in crude oil solvent, which flow through 8 mm diametered pipe, and the increments effect of guar gum concentration.
The increment concentrations are ranged up to 10 times and drag reduction eject was obtained up to 2 times bigger. This research analysis was done using j?-iction coejicients and Reynolds numbers relation to put forward drag reduction phenomena. The researchs results using P06/MEF additive in 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, 3500 ppm and 5000 ppm concentrations were obtained drag reduction phenomena about 9.3%, 11.1 %, 12.3%, 13.6% and 18,7%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Satriyo Tyas Kumolo
"ABSTRAK
Crude oil terdiri atas beberapa campuran kompleks hidrokarbon dan merupakan hasil proses di alam yang lambat. Salah satu komponen Crude Oil Duri adalah asphaltenes yang larut dalam Toluen. Hasil penelitian didapatkan perbandingan hasil ekstraksi Soxhlet menggunakan silika dan tidak menggunakan silika sebesar 55,15 dan 86,75. Pada penelitian ini menggunakan hasil ekstraksi Soxhlet menggunakan silika. Hasil analisis kualitatif fraksi toluene dan fraksi n-heptan memperlihatkan adanya unsur C, Si, S, Ni, V, Fe dan Al dan pada residu silika gel tidak terdapat logam yang teradsorbsi. Pada spektrum FTIR hasil ekstraksi dengan metanol tidak ditemukan adanya gugus porfirin. Spektrum FTIR hasil pemisahan kromatografi kolom n-heptan, menunjukkan adanya cincin pirol pada daerah fingerprint 800 cm-1 yang merupakan gugus pembentuk porfirin. Hasil spektrum absorbsi UV-Vis pada pemisahan n-heptan menunjukkan spektra porfirin bebas pada panjang gelombang 440 nm dan porfirin yang terikat pada logam 500-700 nm. Hasil analisa LC-MS, diperoleh informasi bahwa pada hasil kolom kromatografi fraksi n-heptan terdapat senyawa C32H36N4Ni yang merupakan senyawa porfirin terikat pada ion nikel. Sehingga, digunakan pendekatan ini dan didapatkan kromtaogram m/z 583 dengan berat molekul 541 adalah senyawa Etioporphyrinato Vanadyl IV dengan rumus molekul C32H36N4VO.

ABSTRACT
Crude oil consists of several mixtures of hydrocarbon complexes and is the result of a slow natural process. One of the components of Crude Oil Duri is the soluble asphaltenes in toluene. The result of this research is the comparison of soxhlet extraction result using silica and not using silica equal to 55,15 and 86,75. In this study using soxhlet extraction using silica. The results of qualitative analysis of toluene fraction and n heptane fraction showed the presence of C, Si, S, Ni, V, Fe and Al and on the silica gel residue no metal was adsorbed. The FTIR spectrum of n heptane column chromatographic separation, indicating the presence of a pyrrole ring on an 800 cm 1 fingerprint region which is a porphyrin forming group. The results of the UV Vis absorption spectra on n heptane separation show free porphyrin spectra at 440 nm wavelength and porphyrins attached to 500 700 nm metal. The result of LC MS analysis shows that in the chromatography column of n heptane fraction there is C32H36N4Ni compound which is a porphyrin compound bonded to nickel ions. Thus, this approach is employed and an m z 583 chromatogram with a molecular weight of 541 is a compound Etioporphyrinato Vanadyl IV with the molecular formula C32H36N4VO."
2017
S70126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Sandriyani
"ABSTRAK
Kandungan logam dalam minyak mentah berat semakin meningkat. Logam berat yang paling melimpah dan tidak diinginkan keberadaannya dalam minyak berat adalah nikel dan vanadium. Keberadaan logam ini dapat meracuni katalis pada proses catalytic cracking. Persebaran kandungan logam dalam crude oil diketahui dengan mengelompokan fasa asphaltene dan maltenes menggunakan ekstraksi, kemudian dilanjutkan dengan kolom kromatografi. % fraksi fasa asphaltene dan maltenes terhadap minyak bumi ditemukan sebesar 0,947% dan 60,74%. Pemisahan sampel asphaltene menggunakan eluen diklorometan:metanol (7:3) dan pemisahan sampel maltenes menggunakan eluen n-heptan. Penentuan fraksi-fraksi hasil kolom kromatografi maltenes dan asphaltene dilakukan menggunakan lampu UV 254nm. Hasil pemisahan kolom maltenes dan asphaltene dianalisa menggunakan FTIR menunjukkan adanya cincin pirol pada bilangan gelombang 802 cm-1 dan 804 cm-1 yang merupakan kerangka penyusun senyawa porfirin. Uji kualitatif unsur dilakukan dengan menggunakan EDX, unsur yang ada dalam crude oil Duri, residu, maltenes dan asphaltene adalah C, Si, S, V, Fe, Ni, dan Cu. Uji kuantitatif dilakukan dengan ICP-AES, logam nikel ditemukan hanya pada maltenes sebesar 42,6 ppm. Kadar logam vanadium dan besi paling tinggi berada pada asphaltene sebesar 256 ppm dan 160 ppm. Hasil analisa GC-MS asphaltene menunjukkan adanya senyawa 5,10,15,20-tetra(3,4,5-trimetoksifenil)-21H,23H-porfin dengan m/z 976. Porfirin yang berada dalam asphaltene masih berupa porfirin bebas yang tidak terikat dengan logam.

ABSTRACT
The amount of metals in heavy crude oil are increasing. The most abundant and undesireable presence in the heavy oil is nickel and vanadium. The existence of these metals can poison the catalyst in catalytic cracking process. Distribution of metal content in crude oil is known by classifying phase asphaltene and maltene using extraction, then followed by coloumn chromatography. % fraction asphaltene and maltenes on petroleum was found as 0.947% and 60.74%. Asphaltene sample separation using the eluent dichloromethane: methanol (7: 3) and maltenes sample separation using the eluent n-heptane. The result of maltenes and asphaltene column chromatography determined using 254nm UV lamp. The result of column separation maltenes and asphaltene analyzed using FTIR showed a pyrrole ring at wave number 802 cm-1 and 804 cm-1 which is a constituent framework of a porphyrin compound. Qualitative test done using EDX from Duri crude oil, residues, maltenes and asphaltene is C, Si, S, V, Fe, Ni, and Cu. Quantitative test performed by ICP-AES, nickel found only in maltenes of 42,6 ppm. Metal content of vanadium and iron are highest in the asphaltene of 256 ppm and 160 ppm. The results of GC-MS analysis showed the presence of compounds 5,10,15,20-tetra(3,4,5-trimethoxyphenyl)-21H, 23H-porphine with m/z 976 in asphaltene. Porphyrin in asphaltene as known as free porphyrin that not bound to the metal."
2016
S65354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachry Reyvaldo
"Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi sampel minyak mentah dan rembesan minyak dari sepuluh cekungan sedimen yang berada di wilayah Indonesia bagian timur, mencakup Cekungan Banggai, Buton, Timor, Vulcan, Seram, Bintuni, Salawati, Aru, Cendrawasih, dan Papuan. Dalam melakukan karakterisasi digunakan parameter bulk mencakup API Gravity, kandungan sulfur, persen fraksi saturate-aromatic-resin-asphaltene (SARA), dan parameter molecular mencakup parameter biomarker dan isotope profile. Dengan mengacu pada literatur terdahulu dan dari hasil plotting dan interpretasi setiap parameter yang tersedia, sampel minyak mentah dan rembesan minyak dari kesepuluh cekungan dapat dibedakan menjadi lima grup berbeda, yaitu: 1) Kondensat dengan kandungan sulfur rendah, terendapkan pada lingkungan suboxic paralic-shallow marine, mature, berasal dari litologi non-karbonatan. 2) Medium oil, kandungan sulfur rendah, mature, terendapkan pada lingkungan suboxic paralic-shallow marine, berasal dari litologi non-karbonatan. 3) Biodegraded oil, kandungan sulfur tinggi, API rendah, kandungan resin tinggi, berasal dari litologi non-karbonatan. 4) Medium-light normal crudes, berasal dari material organik darat pada litologi non-karbonat, terendapkan pada lingkungan suboxic-oxic di darat-deltaic, dan 5) Medium-light normal crudes, berasal dari material organik didominasi alga dan bakteri, terendapkan pada lingkungan suboxic paralic-anoxic open marine dengan litologi karbonatan, mature.

Characteristics of crude oils and oil seeps from ten sedimentary basins were analyzed on this study, which include Banggai, Buton, Timor, Vulcan, Sera, Bintuni, Salawati, Aru, Cendrawasih, and Papuan Basin. To do the characterization, the bulk parameter such as API Gravity, sulfur content, SARA fraction percentage, and molecular parameters including biomarkers and isotope profile were used. By referring to previous study on each basin and the interpretation and plotting that have been made, the crudes and seeps were categorized into five different group: 1) Condensate with low sulfur content, deposited on suboxic paralic-shallow marine environment, comes from non-carbonate source rock. 2) Medium oil with low sulfur content, mature, deposited on suboxic paralic-shallow marine environment, having low hopane which indicates originated from non-carbonate source rock. 3) Biodegraded oil with high sulfur content, low API, high resin percentage, indicated to originate from non-carbonate source rock based on low hopane value on some samples that are available. 4) Medium-light crude oil, originated from organic materials coming from oxic terrigenous (land plant) to suboxic deltaic environment, originated from non-carbonate source rock, and 5) medium-light crudes originated from algae and bacteria organic materials, suboxic paralic-anoxic open marine, non-carbonate lithology, mature."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beckmann, Heinz
New York: Halsted Press, 1981
665.5 BEC c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Virgianto
"Drag reducfion mempunyai peranan yang sangat penting bagi dunia industri, karena kemampuannya untuk meningkatkan efisiensi produksi. Fenomena drag reduction ini merupakan efek dari pengurangan koefisien gesek yang pertama didaparkan oleh B. A. Toms (1948), dengan cara menambahkan sejumlah kecil polimer, yang kemudian merangsang para peneliti aktif didalam penelitian drag reducrion. Tujuan dari study ini adafah melihat efek dari penambahan guar gum terhadap crude oil (minyak burm) yang mengalir didalam pipa buial. Pengujian dilakukan dengan pengukuran beda tekanan pada pina acrylic dengan diameler 10 mm. Konsenfrasi guar gum yang dirambahkan pada minyak bumi, yairu : 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, 3500 ppm, dan 5000 ppm. Kemudian hasil arau data yang didapat diplot pada Moody diagram, dan dapat terlihat terjadi penurunan koefisien gesek, sampai dengan 5 % pada penambahan guar gum sebanyak 5000 PPW"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Habib
"Dalam industri perminyakan seringkali terjadi masalah pada sistem perpipaan. Masalah yang paling sering muncul adalah pemakaian daya pompa yang sangat besar karena adanya penurunan tekanan friksional dalam aliran turbulen. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menambahkan Drag Reduction Agent (DRA) ke dalam aliran itu sendiri. Biopilomer merupakan salah satu jenis DRA yang paling sering digunakan karena murah dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh aditif carboxymethyl cellulose (CMC) ke dalam aliran crude oil di pipa spiral dengan variasi pada rasio diameter pada sistem perpipaan tertutup.
Pengujian dilakukan terlebih dahulu pada pipa circular acrylic diameter 17 mm sebagai perbandingan untuk pipa spiral. Pengujian dengan penambahan 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm CMC pada aliran crude oil dalam pipa acrylic menghasilkan DR maksimal sebesar 34,8 % dengan rata-rata DR sebesar 18,2 %. Sedangkan hasil pengujian pada pipa spiral rasio P/Di 3,5 menghasilkan DR maksimal sebesar 20% dengan rata-rata DR sebesar 11%. Kemudian pengujian pada pipa spiral rasio P/Di 5,4 menghasilkan DR maksimal sebesar 25,5 % dengan rata-rata DR sebesar 13,5 %. Dan pengujian pada pipa spiral rasio P/Di 7,6 menghasilkan DR maksimal sebesar 32 % dengan rata-rata DR sebesar 17 %.

In the petroleum industry often problems occur on the piping system. The most frequent problem is about the power consumtion of the pump is very large due to the frictional pressure drop in the flow turbulent. One of the solution is to add Drag Reduction Agent (DRA) into the flow. Biopolimer is one of the most frequent types of DRA is used because it is cheap and enviromentally friendly. This research aims to investigate the influence of additive carboxymethyl cellulose (CMC) into the flow of crude oil in the spiral pipes diameter ratio variation in closed piping system.
Testing do first on pipe a circular acrylic diameter 17 mm as compared to pipe spiral. The testing of addition 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm cmc to streamline crude oil in acrylic pipe produce DR maximum of 34,8 % with average DR 18,2 %. While based on test pipe spiral ratio P/Di 3,5 produce DR maximum of 20 % average dr from 11 %.Then testing on pipe spiral ratio P/Di 5.4 produce DR maximum of 25.5 % with average dr 13.5 %.And testing on pipe spiral ratio P/Di 7.6 produce DR maximum of 32 % to an average dr by 17 %.This testing Result of testing the addition of 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm CMC in to the flow of crude oil in acrylic pipe produces maximal DR about 34,8 % and produce average DR about 18,2 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Teguh Waskito
"Salah satu permasalahan utama yang terjadi dalam aliran fluida pada sistem perpipaan di industri adalah tingginya konsumsi daya pompa yang disebabkan oleh tingginya kerugian jatuh tekanan karena faktor gesekan dalam rezim aliran turbulen. Senyawa pengurang hambatan (DRA) digunakan sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kehilangan daya dalam sistem perpipaan. Salah satu jenis DRA yang paling dikenal adalah biopolimer dengan keramahannya terhadap lingkungan dan ketersediaannya yang melimpah dan relatif murah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengurangan kerugian jatuh tekanan dengan penambahan variasi konsentrasi larutan CMC dan suspensi fiber bacterial cellulose 250 ppm, 500 ppm, dan 750 ppm kedalam aliran minyak mentah pada pipa spiral dengan variasi rasio P/Di=3,5;5,4; dan 7,6, serta pipa bulat dengan Di = 17 mm. keefektifan DRA dapat dianalisis dengan pengukuran profil distribusi kecepatan.
Hasil dari pengujian ini diperoleh nilai DR maksimum penambahan konsentrasi CMC pada konsentrasi 750 ppm untuk pipa bulat 35,8%, pipa spiral rasio P/Di 3,5=20,3%, P/Di 5,4=25,6%, P/Di 7,6=32,5%. Sedangkan penambahan bacterial cellulose pada pipa spiral rasio 7,6 diperoleh drag reduction maksimum sebesar 13 % dan pada pipa bulat sebesar 15 %. Peningkatan DR dapat ditunjukkan dengan data distribusi kecepatan aliran yang semakin tinggi dengan penambahan konsentrasi CMC yang semakin meningkat.

One of the main problems that occur on the fluid flow in the pipeline industry is a high pump power consumption due to high frictional pressure drop in turbulent flow. Drag Reducing Agent (DRA) is used as one of the solutions to reduce the power losses in the piping system. One of the most popular DRA is biopolymer due to its environmentally friendly and inexpensive.
This study aims to investigate the reduction of pressure drop using consentration of additive CMC and bacterial cellulose fiber suspension 250 ppm, 500 ppm and 750 ppm into crude oil flow in the spiral pipe with diameter ratio P/Di=3,5;5,4; and 7,6, and circular pipe with diameter Di=17 mm. The effectiveness of DRA could be analysed by measuring velocity distribution profile.
The results of this test could be obtained maximum DR percentage of additives CMC of 750 ppm for circular pipe 35,8%, for spiral pipes with ratio P/Di 3,5=20,3%, P/Di 5,4=25,6%, P/Di 7,6=32,5% while, bacterial cellulose fiber suspension in spiral pipe with P/Di 7,6 obtained 13% maximum drag reduction and 15% in circular pipe . Increasing of DR could be presented by the data of velocity distribution profiles measurement that increased by increasing CMC concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang T. A.
"Peningkatan eisiensi, penghematan energi, serta penelitian mengenai pengurangan koefisien gesek oleh B.A Tom merupakan hal yang mendasarl penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui pengurangan koefisien gesek pada solar dengan penambahan sedikit guar gum, serta melihat efek penambahan ppm guar gum pada solar. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan data langsung dari alat pengujian.
Adapun rumus-rumus yang mendasari penelitian ini adalah rumus Navler-Stokes, Hagen Poissel, Serta persamaan momentum untuk mendapatkan persamaan koeflslen gesek.
Alat pengujlan terdiri dari pipa acrylic ϕ 8mm yang diberi pressure tap, sebanyak dua buan untuk mengukur beda tekanan, serta stopwatch dan gelas ukur untuk menghitung kecepatan serta bilangan Reynolds. Adapun alat sirkulasi berupa tanki seng, pompa, katup atur dan pipa nantar dm 18,5 mm. Pencampuran dilakukan antara solar seberat 2,8 kg, dengan guar gum 0,7 gram (250 ppm), 1,4 gram (500ppm), dan 2,8 gram (1000 ppm).
Hasil data yang didapat adalah terjadi drag reduction sebesar 1,5 % pada solar + 250 ppm guar gum; 3,5 % pada solar + 500 ppm guar gum; dan 7,2 %
pada solar + 1000 ppm guar gum. Serta dari data didapat, bahwa fluida yang dipakai adalah fluida Newtonian dimana 1 sebanding dengan ∂ul∂γ atau (y).
Dari analisa tersebut maka didapat bahwa penambahan sedikit guar gum pada solar, menimbulkan efek drag reduction, yaitu pengurangan koefisien gesek pelarutnya dalam hal ini solar. Penambahan ppm berakibat pada semakin besarnya prosentase drag reduction yang dihasilka"
1999
S36860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>