Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nono Suryono
"ABSTRAK
Dalam penyusunan tugas akhir ini langkah-langkah sistematis yang dilakukan adalah menentukan teori-teori perhitungan yang berhubungan dengan sistem pendinginan dan membatasi teori perhitungan tersebut sesuai dengan obyek yang akan dijadikan perhitungan. Selanjutnya adalah mencari data-data teknis bangunan sesuai dengan obyek yang akan dilakukan perhitungan seperti gambar bangunan, gambar orientasi bangunan terhadap arah mata angin dan data teknis dari material bangunan Serta data peralatan listrik. Setelah rnendapatkan data-data tersebut selanjutnya adalah menentukan tabel-tabel perhitungan dari buku-buku pustaka maupun data-data dari buku manual, hand book, dan tambahan data dari Badan Metereologi dan Geofisika yang dibutuhkan dalam proses perhitungan beban penanganan seperti contohnya tabel untuk harga konduktifitas material bangunau, harga faktor-faktor beban pendinginan, harga beberapa perbedaan temperature beban pendinginan (CLTD), harga temperature rata-rata tahunan dan harga untuk sifat-sifat termodinamika udara.
Setelah semua data-data terkumpul selanjutnya adalah melakukan proses perhitungan dengan mengacu pada teori-teori dari pustaka dan catatan-catatan serta informasi yang didapat selama penulis mengikuti perkuliahan. Proses perhitlmgan dan analisa beban pendinginan dilakukan secara sistematis dengan memisahkan harga beban kalor laten dan kalor sensibelnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah beban pendinginan yang dihasilkan oleh kalor laten dan kalor sensibelnya. Setelah hasil perhitungan didapat selanjutnya adalah melakukan suatu analisa ataupun pembahasan dengan maksud untuk mengetahui dan meninjau langkah-langkah dalam proses perhitungan tersebut.
Hasil dari perhitungan akhir selanjutnya dibuatkan suatu kesimpulan. Dalam kesimpulan tersebut akan dijelaskan harga beban pendinginan total yang dibutuhkan dari dari suatu obyek didalam bangunan. Sehingga akhirnya dengan mengamati proses perhitungan dan analisa pembahasanya dalam penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat mambantu dalam perhitungan beban pendinginan untuk obyek-obyek sejenis dari suatu bangunan.

"
2000
S37655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbayan
"Pada proses penyusunan tugas akhir ini langkah-Iangkah sistematis yang ditempuh pertama kali adalah membuat teori-teori perhilungan yang berhubungan dengan beban pendinginan berdasarkan ASHRAE yang sesuai dengan obyek yang akan dijadikan perhitungan Dan berikutnya adalah mengumpulkan data-data teknis yang diperlukan untuk perhitungan misalnya gambar gedung, lay-out gedung, material gedung dan sebagainya. Selanjutnya menentukan kondisi - kondisi temperature udara Iuar, temperature, udara ruangan, kelembaban udara pada gedung. Setelah mendapatkan data-data tersebut maka mencari tabel-tabel yang berhubungan data-data tersebut untuk proses perhitungan yang dapat diperoleh dari handpocket , buku manual, web dan lain sebagainya. Dan setelah semua data-data tersebut telah lengkap maka telah dapat dilakukan proses perhitungan yang mengacu pada teori-teori yang telah dibuat sebelumnya. Dalam proses perhitungan harus dibuat secara sistematis dengan membuat secara bemrut faktor-faktor yang mempengamhi beban pendinginan pada gedung. Apabila hasil perhitungan telah diperoleh selanjutnya adalah membuat suatu analisa untuk mengetahui langkah-langkah dalam proses perhitungan. Kemudian membuat suatu kesimpulan dari hasil perhitungan Dimana kesimpulan tersebut menjelaskan tentang total beban pendinginan yang dibutuhkan oleh gedung dari hasil perhitungan penulis dengan hasil perhitungan beban pendinginan oleh konsultan ataupun oleh kapasitas mesin pendingin (Chiller) yang dipakai pada gedung tersebut. Dari kesimpulan ini maka diharapkan dapat berguna khususnya untuk penulis dalam membuat suatu perhitungan-perhitungan beban pendinginan pada suatu obyek gedung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldebaran Fernanda Octavian
"Konservasi energi pada sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) menjadi perhatian utama dalam desain gedung perkantoran, terutama di iklim tropis. Penelitian ini berfokus pada simulasi beban pendinginan (cooling load) aktual, distribusi beban pendinginan, dan perbandingan performa tiga sistem HVAC: Variable Refrigerant Flow (VRF), Variable Air Volume (VAV), dan Fan Coil Unit (FCU). Perbandingan performa fluida pendingin R290 dengan fluida pendingin R22 dan R134a juga dilakukan pada studi ini. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak EnergyPlus, dengan gedung yang dibagi menjadi dua zona termal per lantai: zona timur dan barat. Pembagian ini bertujuan mengamati fluktuasi beban pendinginan akibat pergerakan paparan radiasi matahari dari timur ke barat. Hasil simulasi menunjukkan bahwa zona timur menyumbang sekitar ±70% dari total beban pendinginan pada rentang waktu pukul 05:00–11:00, sedangkan zona barat menyumbang ±60% pada rentang waktu pukul 14:00–18:00. Dari segi performa, sistem VRF direkomendasikan sebagai solusi optimal, dengan konsumsi energi listrik maksimum terendah sebesar 147,63 kW dibandingkan sistem VAV (170,2 kW) dan FCU (193,67 kW). Fluida pendingin R290 memiliki COP 30.74% lebih tinggi dibandingkan R134a dan 22.92% lebih tinggi dibandingkan R22. Sifat R290 (Propane) yang mudah terbakar mengakibatkan sistem VRF tidak dapat digunakan dengan R290, melainkan menggunakan VAV. Studi ini memberikan panduan praktis bagi pengelola gedung dalam merancang sistem HVAC yang hemat energi dan berkelanjutan untuk gedung perkantoran di iklim tropis.

Energy conservation in HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) systems is a major concern in office building design, especially in tropical climates. This study focuses on simulating the actual cooling load, cooling load distribution, and performance comparison of three HVAC systems: Variable Refrigerant Flow (VRF), Variable Air Volume (VAV), and Fan Coil Unit (FCU). A comparison of the refrigerant performance between R290, R22, and R134a is also conducted in this study. Simulations are carried out using EnergyPlus software, with the building divided into two thermal zones per floor: the east zone and the west zone. This division aims to observe the fluctuations in cooling load due to the movement of solar radiation exposure from east to west. The simulation results show that the east zone contributes approximately ±70% of the total cooling load during the time period from 05:00–11:00, while the west zone contributes ±60% during the period from 14:00–18:00. In terms of performance, the VRF system is recommended as the optimal solution, with the lowest maximum electricity consumption of 147.63 kW compared to the VAV system (170.2 kW) and the FCU system (193.67 kW). The R290 refrigerant has a COP that is 30.74% higher than R134a and 22.92% higher than R22. The flammability of R290 (propane) means that the VRF system cannot be used with R290; instead, it must use the VAV system. This study provides practical guidance for building managers in designing energy-efficient and sustainable HVAC systems for office buildings in tropical climates. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Januardi Kurniawan
"Perhitungan beban pendinginan dengan metode ASHRAE ( American Society Of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers ) merupakan salah satu metode yang banyak dipakai oleh para engineer atau konsultan dalam merancang sistem pendinginan. Pada metode ini Iebih banyak berpedoman pada tabel-tabel panduan yang selalu diperbaharui pada saat penerbitan tiap edisinya. Untuk memperoleh besar beban pendinginan yang mendekati beban pendinginan maksimum sebenarnya yang dibutuhkan, perlu dilakukan perhitungan yang sama dengan data-data masukan yang berbeda-beda. Perhitungan ini memerlukan waktu yang cukup banyak jika dihitung secara manual, untuk mengatasinya dicoba dengan bantuan komputer yaitu melalui pemograman Visual Basic (VB). PTB merupakan sebuah pengembangan terakhir dari bahasa BASIC (Beginner 's All-purpose Symbolic Instruction Code). VB ini juga merupakan sebuah program aplikasi berbasis windows yang sangat populer saat ini, merupakan sarana pembuat program yang lengkap namun mudah, dan dapat digunakan untuk membuat program-program yang kompleks, serta dapat interaksi dengan aplikasi windows Iainnya misalnya untuk akses database. Dengan demikian akan Iebih mudah dalam penggunaan dan up-date tabel-tabel data, dimana dalam perhitungan beban pendinginan dengan metode ASHRAE banyak menggunakan tabel. Pada akhirnya akan Iebih mempermudah pengguna aplikasi ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Lorenzo Sumilat
"Penelitian ini menganalisis seberapa besar beban pendinginan yang dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode pasif desain pada bangunan Rusunawa MBR di Jakarta. Jakarta memiliki banyak bangunan Rusunawa karena merupakan salah satu target pemerintah untuk menyediakan bangunan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Bangunan Rusun merupakan salah satu penyebab naiknya emisi karbon dikarenakan penggunaan energi untuk beban pendinginan. Studi sebelumnya menunjukan bahwa untuk mengurangi beban pendinginan terdapat 2 cara yaitu dengan metode pasif dan metode aktif desain. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisa pada bangunan Rusunawa MBR yang ada di Jakarta menggunakan software berbasis modeling BIM untuk membantu menghitung beban pendinginan eksisting dari gedung Rusunawa dan kemudian dengan menggunakan metode pasif desain dengan mengganti material kaca dengan kaca yang nilai SHGCnya lebih rendah untuk mendapatkan optimasi beban pendinginan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa beban pendinginan pada bangunan Rusunawa MBR dapat dikurangi dengan metode pasif desain sampai dengan 13%.

This paper reviews how much cooling load can be reduced by using passive design methods at the low-income rusun in Jakarta. Jakarta has many rusun because one of the government’s targets is to provide a decent place to live for the low-income people. Rusun is one of the buildings that increases carbon emissions and for the humid tropical climate in Jakarta; the carbon emission comes from energy usage for cooling load. The previous study stated that cooling load can be reduced by two methods: passive and active design method. This paper is conducted by doing research on a low-income rusun in Jakarta area using the BIM-Revit software to help calculating the cooling load of the building and then using passive design such as using low SHGC glass, and minimizing window percentage. The result of this study shows that cooling load can be reduced by using passive design method up to 13%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafif Roid Shiddiq
"Bucket tooth pada alat berat excavator menggunakan baja High Strength Low Alloy sebagai material didasari oleh sifat-sifatnya. Perlakuan panas yang dilakukan pada baja HSLA adalah normalisasi, tempering, austenisasi, dan quenching, serta double tempering. Penemuan Delay Crack pada produk bucket tooth yang disebabkan oleh adanya austenit sisa pada komponen bucket tooth, austenite ini menimbulkan tegangan sisa di dalam produk. Meminimalisir jumlah austenite sisa serta keseragaman mikrostruktur adalah langkah yang tepat untuk mencegah Delay Crack. Penelitian ini berfokus pada kualifikasi kecepatan pendinginan media pendingin berupa air, air hangat, dan oli dan meneliti pengaruhnya terhadap struktur mikro dan kekerasan baja HSLA. Kecepatan pendinginan rata-rata yang paling tinggi secara berurutan adalah air, oli, dan air hangat, senilai 111,28 oC/s, 51.30 oC/s, 56.75 oC/s. Perbedaan kecepatan pendinginan akan menghasilkan struktur mikro baja HSLA yang berbeda. Fasa martensite terbentuk paling dominan pada setiap jenis media pendingin dengan sedikit austenite sisa yang kadarnya meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan pendinginan yaitu 0.8%, 2,4%, 3% . Kekerasan mikro menemukan fraksi area transformation zone keras akibat dikelilingi oleh martensite pada setiap baja, fasa lower bainite pada baja media pendingin air hangat, serta karbida pada baja media pendingin Air suhu kamar. Nilai kekerasan makro untuk tiap sampel meningkat seiring meningkatnya kecepatan pendinginan, yaitu secara berturut turut menjadi 49.1 HRC, 47.1 HRC, dan 44.3 HRC. Sehingga meningkatnya kecepatan pendinginan menyebabkan peningkatan kekerasan dan kadar austenite sisa. Beberapa temuan lainnya seperti dekarburisasi pada permukaan baja di analisis untuk mengetahui penyebab delay crack terjadi.

Excavator’s bucket tooth using High Strength Low Alloy Steel based material because of it’s properties. The heat treatment performed on HSLA steel is normalization, tempering, austenisation, and quenching, and the last double tempering. Delay Crack was discovered on bucket tooth products caused by the presence of retained austenite in the bucket tooth component, this austenite raises residual stresses in the product. Minimizing the amount of retained austenite and gaining microstructural uniformity is the right step to prevent Delay Crack. This research focuses on qualifying the cooling rate of quenching media in the form of water, hot water, and oil then examines their effects on the microstructure and hardness of HSLA steels. The highest average cooling speed, respectively, is water, oil and warm water, valued at 111.28 oC / s, 51.30 oC / s, 56.75 oC / s. The difference in cooling speed will produce a different HSLA steel microstructure. Martensite phase is formed dominantly in every quenching media variables with a little content of retained austenite whose levels increase with increasing cooling rate by 0.8%, 2.4%, 3%. Microhardness Testing found a hard zone named transformation zone fraction due to being surrounded by martensite in each variables, lower bainite phase in hot water variable, and carbide in water variable. The value of macro hardness for each sample increased with increasing cooling rate, which became 49.1 HRC, 47.1 HRC, and 44.3 HRC respectively. So that the increase in cooling rate causes an increase in hardness and residual austenite levels. Several other findings such as decarburization on the steel surface are analyzed to determine the cause of the delay crack.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gradinal Aditya Widjojo
"Infeksi nosokomial atau Hospital Acquired Pneumonia (HAP) merupakan tantangan signifikan dalam pelayanan kesehatan, yang berdampak besar pada morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Kualitas udara dalam ruangan, terutama di fasilitas kesehatan, berperan penting dalam pencegahan HAP. Sistem pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC) adalah komponen utama yang berfungsi mengendalikan kualitas udara untuk meminimalkan risiko penyebaran mikroorganisme patogen. Penelitian ini menganalisis cooling load di puskesmas Jakarta Timur menggunakan perangkat lunak Energy Plus dengan tiga skenario: kondisi aktual, standar Greenship, dan standar ASHRAE 241 dan 170. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sejauh mana desain sistem pendingin dapat memenuhi kebutuhan kualitas udara dalam ruangan serta mencegah risiko HAP. Standar Greenship difokuskan pada efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan, sedangkan standar ASHRAE memberikan panduan spesifik untuk ventilasi dan desain sistem HVAC di fasilitas kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi praktis untuk desain sistem pendingin yang optimal dalam meningkatkan kualitas udara dan mencegah risiko HAP. Selain itu, penelitian ini berpotensi menjadi referensi penting bagi pengembangan kebijakan nasional terkait desain sistem pendingin di fasilitas kesehatan di Indonesia, khususnya puskesmas.

Nosocomial infection or Hospital Acquired Pneumonia (HAP) is a significant challenge in health services, which has a major impact on morbidity, mortality, and treatment costs. Indoor air quality, especially in healthcare facilities, plays an important role in HAP prevention. Heating, ventilation, and air conditioning (HVAC) systems are the main components that function to control air quality to minimize the risk of spreading pathogenic microorganisms. This study analyzed the cooling load in the East Jakarta health center using Energy Plus software with three scenarios: actual conditions, Greenship standards, and ASHRAE 241 and 170 standards. The purpose of this study is to evaluate the extent to which the design of the cooling system can meet the needs of indoor air quality and prevent the risk of HAP. The Greenship standard is focused on energy efficiency and environmental sustainability, while the ASHRAE standard provides specific guidance for ventilation and HVAC system design in healthcare facilities. The results of this study are expected to provide practical recommendations for optimal cooling system design in improving air quality and preventing HAP risks. In addition, this research has the potential to be an important reference for the development of national policies related to the design of cooling systems in health facilities in Indonesia, especially health centers. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Iqbar
"ABSTRAK
Pengeringan beku diakui sebagai metode pengeringan terbaik tetapi sangat intensif energi yang disebabkan dua hal yaitu proses pembekuan pada tekanan yang berbeda dengan pengeringan dan perambatan panas yang lambat selama sublimasi. Proses pembekuan dalam hal ini dihasilkan dari perubahan tekanan dalam suatu tabung vakum yang mengacu pada diagram fasa air dimana seiring dengan penurunan tekanan maka akan terjadi penurunan temperatur dalam suatu ruang sehingga jika suatu produk yang dijadikan sebagai eksperimen diletakkan didalamnya maka akan terjadi proses pembekukan. Seiring dengan pembekuan produk kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan untuk mencapai titik sublimasi sehingga terjadi proses pengeringan. Untuk mengatasi perambatan panas yang lambat selama sublimasi maka diusulkan penyelesaian dengan penggunaan pemanas yang memanfaatkan panas buang dari kondensor. Dengan demikian diharapkan pemakaian energi pada proses pengeringan beku berkurang. Pemakaian pemanas yang terdiri dari pemanas atas dan bawah divariasikan pada temperatur tertentu. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan pemanas mengakibatkan meningkatnya beban pendinginan yang diterima evaporator dan pengaturan pemanas yang dilakukan secara manual mengakibatkan terjadinya fluktuasi temperatur evaporator pada saat awal pengoperasian pemanas.

ABSTRACT
Freeze drying is recognized as the best drying method but it is highly energy intensive due to two things: the freezing process at different pressures with heat drying and slow propagation during sublimation. Freezing process in this case resulting from the change in pressure in a vacuum tube which refers to the phase diagram along with the decrease of water where there will be a decrease in pressure in a room temperature so that if a product is used as an experiment placed in it there will be a process pembekukan. Along with the freezing of the product is then followed by a heating process to achieve sublimation point resulting in the drying process. To overcome the slow heat propagation during sublimation, the proposed settlement with the use of heaters that utilize waste heat from the condenser. Thus the expected power consumption in the process of freeze drying is reduced. Usage of heater which consists of upper and lower heater was varied in temperature. The result showed that the use of heater resulted in the increased cooling load received by the evaporator and heater settings are done manually resulting in temperature fluctuations at the beginning of the operation of the heater."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S730
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi Ridwan
"Cold Storage pada umumnya digunakan untuk menyimpan bahan makanan seperti daging, sayur mayur, buah-buahan, susu, dan lain-lain. Keberadaan cold storage sangat vital sekali, mengingat bahwa bahan makanan tersebut kualitasnya harus terjaga dengan baik dan harus sampai ke tangan konsumen dalam keadaan yang masih segar. Bahan makanan ini pun juga mempunyai beban panas yang harus diserap oleh evaporator di cold storage agar temperatur di bahan makanan tersebut harus seminimal mungkin direndahkan untuk menjaga kesegaran bahan makanan tersebut. Pada percobaan kali ini, beban panas di kabin cold storage akan diganti dengan beban panas yang dihasilkan oleh heater, heater tersebut akan divariasikan arus listriknya agar mempunyai daya yang bervariasi pula. Heater pada percobaan kali ini menggunakan konduktor listrik dengan material besi dengan panjang 970 mm pada kabin evaporator besar dan panjang 760 mm pada evaporator kecil dengan diameter batang sebesar 8 mm. Tentunya daya yang dihasilkan oleh heater ini bukanlah daya panas yang harus diserap, namun cukup untuk menghasilkan beban panas pada kedua kabin. Variasi arus listrik yang digunakan adalah 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5 A. Diharapkan variasi tersebut akan menunjukkan temperatur yang dicapai oleh kedua kabin.

Cold storage usually used to keep food- stuff like meat,vegetables, milk, etc. The existance of cold storage is very vital, its because the function of cold storage to keep the food-stuff in good condition when it was on consumer hands. The food-stuff also have cooling load which is they must absorbed by evaporator to make the food temperature low as possible. On this experiment, the cooling load which is producted by food-stuff will replaced by heater. The heater will variated by electric currenton the other hand it will have variation of heater power. The heater which is used on this experimental have length 970 mm on large evaporator and 760 mm on small evaporator, both of them have diametre 8 mm. And the variation of electric current is 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5 A. Hope those variation wil show the steady temperature each cabin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1761
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>