Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 123164 Document(s) match with the query
cover
Achmad Djohan Asmawi
"Menipisnya cadangan minyak bumi, akan menjadikan bahan bakar minyak konvensional seperti Premix, Premium dan Solar semakin mahal harganya, dan subsidi terhadap minyak solar yang dilakukan Pemerintah selama ini suatu saat akan tidak dapat dilanjutkan. Melihat fenomena ini, menjadikan Pemerintah mengambil langkah kebijaksanaan bidang energi antara lain. kebijaksanaan konservasi dan diversifikasi energi guna mengurangi peranan bahan bakar minyak (BBM) dan meningkatkan peranan energi lain. Ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemakaian BBM dan menggantikan dengan jenis energi lain guna memenuhi kebutuhan energi, khususnya untuk transportasi.
Pembangunan yang semakin meningkat menjadikan tingkat pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Salah satu dampak yang terjadi adalah merangsang produksi dan jumlah kendaraan bermotor. Kehadiran kendaraan bermotor dalarn masyarakat sangatlah panting, akan tetapi telah terjadi pula permasalahan lalulintas seperti kemacetan, kecelakaan dan pencemaran udara. Hasil penelitian dari pola penggunaan BBM menunjukkan bahwa kontribusi pencemaran udara yang berasal dari sektor transportasi mencapai 60%, selebihnya sektor industri 25%, rumahtangga 10% dan sampah 5%.
Untuk menghindari atau mengurangi polusi udara akibat emisi gas buang dari sektor transportasi, maka perlu dilakukan perlindungan melalui upaya pengendalian terbadap sumberiemisi gas buang kendaraan bermotor, sehingga pembebanan udara ambien tetap berada di bawah ambang batas yang diperbolehkan.
Alternatif bahan bakar pengganti yang paling memungkinkan saat ini adalah bahan bakar gas (BBG), karena selain cadangannya dalam jumlah besar juga menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh LEMIGAS (1992) pada kendaraan yang berbahan bakar bensin, BBG lebih efisien dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Untuk kendaraan berbahan bakar minyak solar (BBMS), penggantian ke BBG secara langsung masa sulit dilaksanakan karena sistem pembakaran yang berbeda dibanding kendaraan berbahan bakar bensin. Akan tetapi dengan teknologi yang ada, maka Cara dengan pemakaian alat Conversion Kit dapat dilakukan, di mana BBMS yang dipakai dapat disubstitusi dengan bahan bakar minyak solar-gas (BBMSG).
Bila kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin dapat menggunakan bahan bakar gas yang terbukti lebih efisien dan lebih ramah dengan lingkungan, maka penelitian ini melihat emisi gas buang yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor Isuzu Panther BBMS, yang disubstitusi dengan BBMSG. Emisi gas buang yang diteliti dibatasi pada parameter karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC).
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk dapat mengantisipasi pemakaian bahan bakar alternatif dalam rangka menunjang kebijaksanaan diversifikasi dan konservasi energi, dan memperkenalkan kepada masyarakat bahwa kendaraan berbahan bakar solar dapat pula menggunakan bahan bakar gas dengan cara substitusi.
Secara khusus penelitian ini melakukan uji coba untuk mengetahui :
a. Seberapa besar emisi gas buang CO, NOx dan HC yang ditimbulkan bila menggunakan BBMS.
b. Seberapa besar perbedaan emisi gas buang untuk masing-masing parameter tersebut di atas bila dilakukan substitusi dengan BBMSG.
c. Apakah ada perbedaan emisi gas buang yang ditimbulkan antara kendaraan tersebut di tune-up (0 km) dan tidak di tune-up (setelah kendaraan menempuh jarak 5000 km), ditinjau dari bahan bakar yang digunakan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan mobil Isuzu Panther berbahan bakar solar yang dikondisikan. Maksud dikondisikan, kendaraan terlebih dahulu di tune-up (0 km) kemudian dipasang alat Conversion Kit. Penelitian dilakukan pada kendaraan dalam keadaan static atau posisi gigi transmisi bebas dan kendaraan pada posisi transmisi masuk pada kecepatan dan rpm sebagai berikut:
1.
Gigi transmisi 0 (stalls), kecepatan 0 km/jam, rpm 1500.
2. Gigi transmisi 1, kecepatan 20 km/jam, rpm 2000.
3. Gigi transmisi 2, kecepatan 40 km/jam, rpm 2500.
4. Gigi transmisi 3, kecepatan 60 km/jam, rpm 3000.
5. Gigi transmisi 4, kecepatan 80 km/jam, rpm 3500.
6. Gigi transmisi 5, kecepatan 100 km/jam, rpm 4000.
Sampel diambil sebanyak tiga kali pada tiap-tiap parameter yang diuji. Selanjutnya diulang kembali sebelum di tune-up (setelah kendaraan menempuh jarak 5000 km.) Data seluruh pengamatan pada setiap kali perulangan, baik kendaraan di tune-up atau tidak, sebanyak 216 kasus (sampel). Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara umum karateristik hasil pengamatan, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang mana dalam hal ini digunakan analisis sidik ragam (ASRA) dengan menggunakan fasilitas komputer program Microstat versi 4.1 dari Ecosoft Inc.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa:
1. Ada perbedaan yang nyata untuk emisi gas buang NOx, bila memperhitungkan bahan bakar yang digunakan. Penggunaan BBMSG menimbulkan emisi NOx lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan BBMS.
2. Tidak ada perbedaan yang nyata untuk emisi gas buang CO, bila kendaraan menggunakan BBMS ataupun BBMSG.
3. Ada perbedaan yang nyata untuk emisi gas buang HC, bila memperhitungkan bahan bakar yang digunakan. Penggunaan BBMSG menimbulkan emisi gas buang HC yang lebih tinggi, dibandingkan dengan penggunaan BBMS.
4. Ada perbedaan yang nyata emisi gas buang CO, NOx, dan HC bila memperhatikan kecepatan. Semakin cepat kendaraan melaju memperlihatkan semakin tinggi emisi gas buang yang dihasilkan.
a. Untuk parameter CO, dengan kecepatan kendaraan 100 km/jam adalah:
- 9,7 kali lipat dibandingkan kecepatan 20 km/jam;
- 6,4 kali lipat dari 40 km/jam;
- 2,5 kali lipat dari 60 km/jam;
- 1,5 kali lipat dari 80 km/jam.
b. Dengan kecepatan 100 km/jam diketahui emisi NOx yang dihasilkan adalah:
- 1,5 kali lipat dari kecepatan 20 km/jam;
- 1,2 kali lipat dari 40 km/jam;
- 1,1 kali lipat dari 60 km/jam;
- 1,1 kali lipat dari kecepatan 80 km/jam.
c. Emisi gas buang HC pada kecepatan 100 km/jam adalah:
- 2,4 kali lipat dari kecepatan 20 km/jam;
- 2 kali lipat dari 40 km/jam;
- 1,3 kali lipat dari 60 km/jam;
- 1,1 kali lipat dari 80 km/jam.
Kendaraan tersebut berlaku dalam keadaan tune-up (0 km) dan tidak tune-up (5000 km), baik menggunakan BBMS ataupun BBMSG dengan ukuran kelipatan yang tidak jauh berbeda.
5. Emisi gas buang CO yang dihasilkan tidak beda nyata antara kendaraan di tune-up (0 km) maupun tidak di tune-up (5000 km). Walaupun demikian CO lebih tinggi 1,4 kali lipat bila menggunakan BBMSG dibanding BBMS.
6. Untuk parameter NGx, emisi yang dihasilkan menunjukkan adanya perbedaan nyata antara kendaraan di tune-up dan tidak tune-up. Ternyata penggunaan BBMSG lebih baik dari penggunaan BBMS. Emisi karena penggunaan BBMS adalah 1,3 kali lipat lebih tinggi dibanding pada penggunaan BBMSG.
7. Untuk parameter HC, emisi gas buang yang dihasilkan, tidak ada perbedaan nyata baik kondisi tune-up maupun tidak tune-up. Namun bila dianalisis menurut bahan bakar yang digunakan, emisi HC pada penggunaan BBMSG cenderung lebih tinggi 1,1 kali lipat dibanding pada penggunaan BBMS.
8. Efisiensi ekonomi penggunaan BBMSG menunjukkan penghematan 58% lebih murah dari BBMS.
9. Dari percobaan dengan menggunakan BBMSG melalui penambahan alat Conversion Kit, yang mana campuran BBM yang digunakan adalah 40% BBMS dan 60% BBG, keadaan emisi gas buang untuk parameter utama sudah dapat diketahui. Untuk itu penelitian yang serupa oleh pihak lain terhadap beberapa parameter yang belum diteliti, konsumsi bahan bakar, akselerasi dan lain sebagainya dipandang perlu untuk dilakukan, sehingga temuan-temuannya dapat melengkapi hasil penelitian.

Decreasing the fossil fuel reserve will make combustible material lice Premix, Premium and Diesel fuel more expensive. Government subsidy for Diesel fuel will one day be discontinued. This phenomenon made the government take steps in the field of energy policy, namely conservation policy and energy diversification in order energy sources. Such is mean to reduce the level of dependency towards fossil fuel and replace it with other kinds of energy in fulfilling the need, particularly for transportation purposes.
The ever increasing level of development resulted in an even higher economic growth. One of the impact that is occurring includes the stimulation in the number of motorized vehicle production. Its presence in the community is very important indeed, but another issue arises, namely traffic problems like accidents, traffic jams, air pollution, etc. Research results of the pattern of using fossil fuel showed that the contribution of air pollution originating from transportation reached 60%, the remaining sectors include industry 25%, domestic 10% and solid waste 5%.
To evade or reduce air pollution as a result of exhaust gas emission from the transportation sector, the protection should be carried out through the endeavors of control towards the source or motorized vehicle exhaust gas emission. Such would keep the ambient air below the allowable threshold.
The most possible replacement fuel as alternative, at present, is gas fuel (BBG). Besides its huge amount of reserves, the study result of Lemigas (1992) on vehicles with gasoline, BBG is more efficient and friendly with the environment. Vehicles with Diesel fuel could not be changed directly with BBG. The change is still difficult to implement because they differ in the combustion system compared to those with gasoline. Otherwise, with the availability of technology, by using the convention kit tool, it can be carried out whereby the Diesel fuel material used can be substituted with BBG.
When a gasoline motorized vehicle can use BBG that turned out to be more efficient and more friendly with the environment, thence, this study focused on exhaust gas emission caused by Isuzu Panther motorized vehicle with Diesel fuel combustion material that is substituted by BBG. The studied gas emission was limited to the parameters CO, NOx and HC.
The objective of this study is to anticipate the use of alternate fuel within the framework of supporting the diversification and energy conservation policy as well as introducing to the community that vehicles with Diesel fuel material can also use BBG by substitution. In particular, this study is to carry out a trial to know:
a. How big the exhaust gas emissions of CO, NOx and HC are when using the Diesel fuel material (BBMS).
b. How big the difference in exhaust gas emission for the respective parameters when it was carried out by BBMSG substitution.
c. If there is difference in exhaust gas emission when the vehicle is tuned-up (0 km) and not tuned-up (after completing a distance of 5000 km), both from the fuel used as well as the velocity of the vehicle point of view.
This study is an experimental study by using Panther Isuzu motorcar with conditioned Diesel fuel. Its mean that the car is first of all tuned-up (0 km) then a conversion kit is installed. The study is carried out when the motorcar is stationary or the transmission position is free and when the transmission position is in and the car is running at a velocity and rpm were as follows:
1. Transmission at 0 (static), velocity 0 km per hr, rpm 1500
2. Transmission at 1, velocity 20 km per hr, rpm 2000
3. Transmission at 2, velocity 40 km per hr, rpm 2500
4. Transmission at 3, velocity 60 km per hr, rpm 3000
5. Transmission at 4, velocity 80 km per hr, rpm 3500
6. Transmission at 5, velocity 100 km per hr, rpm 4000
For each parameter tested, the sample taken was three times. Then, it is repeated prior to be tuned-up (after the vehicle covered a distance of 5000 km). The entire observance data at every single repetition, both, whether the vehicle was tuned-up or not, the total number was 216 cases or samples. Data analysis was undertaken by using the descriptive statistical approach as well as inferential. The first was used to illustrate, in general, the characteristics of observance results, whereas, inferential statistic was used to test the proposed hypothesis that was presented and in this case was used for variance analysis (ANOVA) by using the facilities of Microstate version 4.1 computer program from Ecosoft Inc.
The result of the study disclosed that:
1. The gas emission of NOx from diesel fuel-gas vehicle tends to be lower than that from diesel fuel vehicle.
2. The gas emission of CO from diesel fuel-gas vehicle tends to be the some as that from diesel fuel vehicle.
3. The gas emission of HC from diesel fuel-gas vehicle tends to be higher as that from diesel fuel vehicle.
4. There is significant difference of exhaust gas emission by Panther Isuzu vehicle when attention is paid on the velocity of the vehicle.
a. For the CO parameter with a velocity of 100 km per hour:
. 9.7 times compared with a velocity of 20 km per hour
. 6.4 times with a velocity of 40 km per hour
. 2.5 times with a velocity of 60 km per hour
. 1.5 times with a velocity of 80 km/hour
b. With a velocity of 100 km per hour NOx emission is known to be:
. 1.5 times the a velocity of 20 km per hour
. 1.2 times the a velocity of 40 km per hour
. 1.1 times the a velocity of 60 km per hour
. 1.1 times the a velocity of 80 km per hour
c. HC exhaust emission at a velocity of 100 km per hour is:
· 2.4 times the a velocity of 20 km per hour
· 2 times the a velocity of 40 km per hour
· 1.3 times the a velocity of 60 km per hour
· 1.1 times the a velocity of 80 km per hour
The vehicle in question holds in a tune-up (0 km) condition and not tune-up (500 km) both using BBMS or BBMSG with a multiplication measurement that do not differ much.
5. CO exhaust gas emission produced do not differ significantly between vehicle's tuned-up (0 km) as well as tuned-up (5000 km). Even then, CO is 1.4 times higher when using BBMSG compared to BBMS.
6. For NOx parameter, the emission produced showed significant difference between vehicle's tuned-up and not tuned-up. It turned out that BBMSG use is better than BBMS. The emission due to BBMS use is 1.3 times that of BBMSG.
7. There is no significant difference both tuned-up as well as not tuned-up for HC exhaust gas emission. However, if the analyzed according its fuel used, then HC emission tends to be higher by using BBMS compared to BBMSG, namely 1.1 times.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Agung Pujianto
"Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia, mempunyai kondisi udara yang buruk akibat polusi. Untuk memperbalkinya diadakan Program Langit Biru. Salah satu sub-programnya adalah melakukan uji petik (chek spot) terhadap emisi gas buang pada kendaraan bermotor (mobil). Dalam program ini ditentukan 5 (lima) titik pengujian, dimana per titiknya diambil di tiap daerah tingkat ll (walikota). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar polusi yang keluar dari kendaraan bermotor (mobil pribadi dan penumpang). Sebagai standar dlgunakan baku mutu dari Pemda DKl Jakarta lewat keputusan Gubernur Nomor 1041/2000 dan dari Ketetapan Menteri Lingkungan Hidup. Emisi yang diuji adalah opasitas (ketebalan asap) untuk kendaraan berbahan bakar solar. Setelah melakukan pengujian secara random ternadap 988 kendaraan dimana 478 kendaraan berbahan bakar solar didapatkan 64,23 % kendaraan diesel lulus uji menurut standar Pemda DKI. Jika menggunakan baku mutu dari kementrian Lingkungan Hidup didapatkan 40,38 % yang lulus uji. Hal ini menandakan kondisi emisi gas buang tersebut mengkawatirkan. Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan tindakan yang menyelurun Mulai dari aturan pemerintah, perlakuan dan perawatan kendaraan, dan penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi seperti katalisator, EGR, dan lain sebagainya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinontoan, Victor
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rifkin, Bernard
"Minyak solar di Indonesia sangat rendah kualitasnya, Penggunaan aditif untuk meningkatkan kualitas pembakaran diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan Jurusan Gas dan Petrokimia telah melakukan penelitian dan mendapatkan suatu bentuk aditif biodiesel yang mampu menaikan bilangan setana minyak solar Indonesia sehingga penambahannya menimbulkan terjadinya peningkatan sebesar hampir 4 angka dari bahan bakar dasarnya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara aktual pengaruh emisi gas buang ataupun noise, dan untuk mendapatkan perubahan total rata-rata emisi yang dikeluarkan akibat penambahan aditif tersebut. Akan tetapi pengolahan data menjadi suatu hal yang penting dalam menarik kesimpulan dari pengujian yang dilakukan. Metode regresi adalah Salah satu bentuk penyederhanaan data sehingga dapat menarik suatu model persamaan yang dapat menarik garis hubungan antara suatu variabel yang bergantung, dalam hal ini emisi, dengan variabel lain yang merupakan prediktor dari variabel yang bergantung tadi. Akan tetapi penggunaan model linear dengan variabel predilctor yang memiliki korelasi yang kuat antara satu sama lain adalah suatu masalah dalam statistik yang disebut multicollinearity. Untuk menghilangkan masalah tersebut digunakan suatu metoda Singular Value Decomposition (SVD) untuk mendekornposisi variabel prediktor tersebut, dan mengalikan data dengan salah satu vektor hasil dekomposisi, yaitu right singular vektor (V) untuk menghilangkan korelasi antar preditor tersebut, yang kemudian diregresikan dan diintegrasikan untuk mendapatkan total rata-rata emisi yang dikeluarkan.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa aditif tersebut dapat mengurangi emisi HC dan meningkatkan emisi CO2 untuk semua campuran dengan variasi putaran pada mesin Komatsu maupun Mitsubishi, dimana pada mesin Komatsu penurunan emisi HC terbesar ada pada campuran 0,10% vol sebesar 14,78% dan kenaikan emisi CO2 terbesar ada pada campuran 0.15% sebesar 4,53% yang menunjukkan bahwa penambahan aditif meningkatkan kualitas pembakaran. Pengintegralan hasil regresi pada data variasi pmbebanan untuk mesin Mitsubishi dengan 5 prediktor dan mengalikannya dengan vektor V memberikan nilai yang lebih menyeluruh terhadap nilai total rata-rata emisi yang dikeluarkan. Emisi HC yang meningkat untuk setiap campuran (terbesar pada campuran 0,1% vol sebesar 36,11%) dan emisi C02 yang menurun untuk semua campuran (terbesar pada campuran 0,05% sebesar 2,91%) menunjukan bahwa terjadi penurunan kualitas pembakaran akibat penarnbahan aditif MEN saat pengujian dengan variasi pembebanan untuk mesin Mitsubishi.

lndonesia has a low quality diesel htel Using additive to improve the ignition quality is one of the solution, which needed beside to increase the efficiency of ignition, also in order to reduce the level of hazardous emission released into the atmosphere. Department of Gas and Petrokimia - FTUI has conducted a research and was able to generate such biodiesel additive which can increase the cetane number nearly up to 4 number from its basic fuel This research performed to identify the actual impact of that additive in diesel engine based on its gas emission and noise level, and obtain the total's mean of emissions difference caused by adding the additive. However, data processing is an important thing so that we can draw a conclusion from our research. The regression method is a method that can used to draw a correlation from independent variables as predictors for dependent variable, in this case, emission. Nevertheless, by using a linear model of regression where their predictors are highly correlated among each other is a problem in statistic. This is call as multicollinearity. Applying Singular Value Decomposition (S VD) method to the data will generate a left singular vector (V). Then by multiplving data with V can remove the multicollinearity problem. Continued by regressing and performing integration will attain the total mean of emission produced by the engine.
The result has shown us that the additive can reduce the emission of HC and increase CO3 emission in every blend of fuel-additive for both engines, Komatsu and Mitsubishi, in variable .speed tests method For Komatsu, the highest reduction of HC emission is shown by 0.10% blend at a number of 14. 78%, and highest addition of C O2 is shown by 0.15% blend at a number of 4. 53%, gives an indication that using this additive is improving the quality of ignition as engine speed increased For variable load tests method that conducted for twtsubishi, integrating the regression from the data that had been multiplv by V is giving a more significant value of every emissionis total mean than using onbt one predictor, considering that more predictors is applied. The increasing of HC emission (highest increasing is 36. 11% at 0.1% blend and the decreasing of CO2 emission hghest decreasing is 2. 91% at 0.1% blend shown that the qualigt of ignition is weaken as adding the additive while conducting the variable load tests method in Mitstibishi engine.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Edy
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Danardono Agus Sumarsono
"Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh pemakaian aditif MEN peningkat kualitas pembakaran terhadap emisi gas buang yang dihasilkan pada pengujian mesin diesel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara aktual pengaruh emisi gas buang ataupun noise, dan untuk mendapatkan perubahan total rata-rata emisi yang dikeluarkan akibat penambahan aditif tersebut. Namun demikian pengolahan data menjadi suatu hal yang penting dalam menarik kesimpulan dari pengujian tersebut.

This research performed to identify the actual impact of MEN addictive in diesel engine performance based on its gas emission and noise level, and obtain the total's mean of emissions difference caused by adding the additive. However, data processing is an important thing so that we can draw a conclusion from our research."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Abdi Haikal
"Masih terdapat sejumlah besar kandungan gas alam di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebagian besar gas alam di Indonesia dimanfaatkan oleh pabrik kimia. Gas alam tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. pada khususnya kendaraan bermotor, dimana gas alam tersebut diproses menjadi gas alam tekan atau Compressed Natural Gas ( CNG ). Terdapat banyak kelebihan yang dimiliki oleh CNG sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor, salah satunya adalah proses pembakaran yang sempurna hingga menghasilkan gas buang yang mengandung zat - zat beracun dalam jumlah yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan gas buang bahan bakar konvensional dari minyak bumi ( bensin dan solar ). Studi kali ini berusaha untuk mempelajari laju Heat Release pada Motor Diesel IDI yang menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar ganda solar - CNG. Adapun perbandingan yang dilakukan adalah menggunakan 100% solar, 50% solar- 50% CNG, dan 30% solar- 70% CNG. Studi ini dilakukan pada Motor Diesel IDI HYDRA Engine Test Cell I yang berlokasi di BTMP - BPPT PUSPIPTEK Serpong Tangerang. Dari data dan hasil analisa, diperoleh kesimpulan bahwa dalam kondisi putaran Motor Diesel IDI 1000 RPM, semakin berkurangnya kandungan solar diikuti dengan semakin bertambahnya kandungan CNG akan memberikan nilai absolute laju Heat Release yang semakin besar pada kondisi tertentu sudut lengan piston."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askha Kusuma Putra
"Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu jenis bahan dasar untuk pembuatan bahan bakar biodiesel. Didalam pengolahan CPO menjadi biodiesel terbukti membutuhkan tambahan biaya yang cukup besar sehingga terlihat tidak ekonomis. Penggunaan CPO sebagai bahan bakar mesin diesel genset secara langsung maupun pencampuran dengan bahan bakar solar dimungkinkan mengingat komposisi utama dari minyak CPO adalah hidrokarbon. Penggunaan CPO sebagai bahan bakar membutuhkan peralatan pemanas bahan bakar, dimana sumber panasnya dapat diambil dari gas buang yang bertemperatur cukup tinggi atau dengan menggunakan pemanas listrik.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian dan analisa pengaruh penggunaan CPO sebagai bahan bakar mesin diesel genset pada variasi campuran bahan bakar CPO (25%, 50%, 75%, 100%) dan variasi temperatur bahan bakar yang masuk ke mesin diesel (60°C, 70 °C, 80 °C, 90 °C) terhadap parameter-parameter unjuk kerja mesin diesel genset yang meliputi konsumsi bahan bakar spesifik, temperatur gas buang, kualitas gas buang, efisiensi thermal. Sebagai pembanding dilakukan pengujian mesin diesel genset yang sejenis dengan menggunakan bahan bakar solar murni. Hasil analisa akan menghasilkan kesimpulan seberapa jauh pengaruh penggunaan CPO sebagai bahan bakar terhadap parameter-parameter operasi maupun parameter unjuk kerja mesin diesel genset tersebut.

CPO is one of the renewable energy that can be used to make biodesel. But it needs more cost to make CPO to biodiesel. CPO can be used directly to diesel engine or by mixed it with solar because CPO contains hydrocarbon chain that needed in combustion process. The usage of CPO as diesel engine fuel needs heater kit which energy we can get from electricity or exhaust gas of the engine.
In this research we examine and analyze the effect of CPO usage as diesel engine fuel in several variations of mixed fuel (25%, 50%, 75%, 100% of CPO) and several variations of fuel temperature that injected by engine (60°C, 70 °C, 80 °C, 90 °C). The parameter we used are SFC, thermal efficiency, opacity, and gas exhaust temperature. As comparation, we used the same spesification of engine with solar as the fuel. From analysis we can make conclusion about the effect of CPO usage as diesel fuel to engine performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38226
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hendra Augustian
"Perkembangan teknologi mesin Otto kerap mengalami kemajuan, salah satunya dengan memperbaiki proses pembakaran dan mengurangi gesekan-gesekan yang tetjadi pada mesin. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya dengan memperbaiki kualitas bahan bakar dan pelumas dengan cara menambah zat kimia tertentu atau yang biasa disebut aditif bahan bakar (fuel additive) dan aditif pelumas (lubrication additive). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aditif bahan bakar dan aditif pelumas terhadap daya output mesin, konsumsi bahan bakar dan kualitas emisi gas buang maka dipilih secara acak beberapa aditif bahan bakar dan aditif pelumas yang ada di pasaran untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium mesin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. eksperimen dan membandingkan sampel pengujian. Pengujian dilakukan dengan menambah putaran dan pembebanan pada mesin. Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data digambarkan ke dalam grafik karakteristik yang menunjukan daya output mesin (BHP), konsumsi bahan bakar (BFC) dan emisi gas buang yaitu kadar HC dan CO. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa aditif bahan bakar bensin dapat dapat menaikan daya output mesin (BHP) dan menurunkan konsumsi bahan bakar (BFC). Kombinasi pemakaian aditif bahan bakar bensin dan pemakaian aditif pelumas dapat menurunkan kadar CO dan HC pada emisi gas buang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>