Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Famdi Alfan Muhakiqi
"Dewasa ini panas bumi merupakan salah satu sumber energi alternatif yang banyak digunakan. Hal ini cukup beralasan karena panas bumi merupakan : sumber energi yang bersih, artinya hampir tidak ada polusi yang dihasilkan. Selain itu, merupakan sumber energi yang berkelanjutan. Sementara itu, kaiitan utama antara pengembangan stirling engine dan pemanfaatan energi geotermal berakar pada penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan efisien. Diketahui pula bahwa. konsep utama dari stirling engine adalah pemanfaatan perbedaan suhu antara suhu panas dan suhu dingin. Sementara itu pada daerah - daerah yang memanfaatkon energi geotermal, terdapat dua aliran sumber suhu disekitarnya, yaitu : sumber panas yang berasal dari pusat bumi dan aliran air dingin yang biasanya berupa sungai - sungai kecil disamping sumber panas bumi. Kedua aliran yang berbeda suhu ini dapat dimanfaatkan sebagai penggerak stirling engine.
Didalam penulisan dan penelitian nantinya akan terdapat suatu tujuan seperti bagaimana merancang stirling engine yang memiliki karakteristik performa mesin yang baik. sehingga dapat dimanfatlkan secara luas dimasyarakat. Adapun metodologi yang dilekankan disini adalah penelilian dan percobaan lapangan hingga pengujian alat yang sudah jadi, sehingga hasil-hasilnya merupakan bahan tulisan yang akan. diangkat oleh penulis dan kesimpulan yang dapat ditarik nantinya adalah hasil performa dan karakteristik dari stirling engine yang dapat digunakan untuk pengembangan sumher energi panas bumi dan masyarakat luas nantinya Akhirnya. mahasiswa nantinya dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan analitis ,ilmiah, yang didapat dalam perkuliahan.

Recently, the use of geothermal energy have grown increasingly. It stands to reason that geothermal energy used, because geothermal energy is clean, there are no pollution that produced by geothermal energy. Beside that, geothermal energy is suistanable energy. By the way, main relationship beetwen development of stirling engine and geothermal energy base of the use of technology that it environmental friendly and efficient. Base concept of stirling engine is use of different temperature between hot temperature and cold temperature. Known, that there are two temperature source around of geothermal energy location. The first is hot source from geothermal energy and the second is cold source from river that move beside geothermal energy. Different temperature between hot temperature and cold temperature used by stirling engine as energy source.
The purpose of this study are to : Design a stirling engine with certain characteristic finally stirling engine con used by people. The methods applied in this study are : Direct research and then testing of stirling engine. until the results of them have reached, and then the results will he source of this writing. Finally from this writing we can get conclusion :performance and characteristic of stirling engine that can used by development of geothermal energy and so can used by people next time. Finally, student can develop and apply the analitical, scientific built in the classes at college later.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Abdurrahman Hilmi
"Penggunaan teknologi yang semakin luas di kalangan masyarakat membuat kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat pula. Sumber daya terbarukan adalah sumber daya yang masih dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia, salah satunya adalah energi matahari yang memiliki potensi sebesar 207,8 GWp di Indonesia sendiri. Solar Dish Stirling adalah suatu terobosan baru yang memanfaatkan energi matahari yang terkonsentrasi untuk menggerakkan mesin konversi energi berupa mesin Stirling. Pada penelitian ini, prototipe mesin Stirling dan parabolic dish concentrator dibuat. Parameter-parameter yang diamati ditangkap sensor-sensor berupa suhu. Data diambil setiap 1 jam dalam sehari di daerah UI Depok mulai dari jam 10 sampai jam 3 sore. Efisiensi dan daya output dari sistem dihitung menggunakan model termodinamika. Hasil dari eksperimen menunjukkan perubahan tekanan dan daya output yang dihasilkan mesin per jamnya. Optimasi juga dilakukan menggunakan perangkat lunak excel dengan variasi variabel tekanan awal fluida atau charged pressure dan perbedaan fluida kerja dengan data suhu maksimum dan minimum dari pengamatan sebagai perbandingan hasil penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini, kenaikan suhu absorber dapat menurunkan efisiensi absorber akibat naiknya heat losses pada permukaan absorber. Akan tetapi, kenaikan suhu absorber dapat meningkatkan suhu panas pada bagian mesin Stirling sehingga meningkatkan efisiensi termal dan daya output mesin Stirling.

The increasingly widespread use of technology in the community makes the need for electrical energy also increasing. Renewable resources are resources that can still be developed to meet electricity needs in Indonesia, one of which is solar energy which has a potential of 207.8 GWp in Indonesia itself. Solar Dish Stirling is a new breakthrough that utilizes concentrated solar energy to drive an energy conversion engine in the form of a Stirling engine. In this research, prototype Stirling engine and parabolic dish concentrator were made. The observed parameters are captured by sensors in the form of temperature. Data is taken every 1 hour a day in the UI Depok area from 10 am to 3 pm. The efficiency and output power of the system are calculated using a thermodynamic model. The results of the experiment show changes in pressure and output power produced by the engine per hour. Optimization is also carried out using excel software with variations in the initial fluid pressure variable or charged pressure and differences in working fluid with maximum and minimum temperature data from observations as a comparison of research results. The conclusion of this study, the increase in the temperature of the absorber can reduce the efficiency of the absorber due to the increase in heat losses on the surface of the absorber. However, an increase in the absorber temperature can increase the heat temperature of the Stirling engine, thereby increasing the thermal efficiency and output power of the Stirling engine."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Bramantya Rizaldi Putra
"Kebutuhan listrik merupakan kebutuhan utama masyarakat Indonesia, dan setiap orang. Pada tahun 2020, ada 433 desa tanpa listrik di Indonesia. Indonesia memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Menurut Kementerian ESDM, total potensi energi terbarukan Indonesia adalah 417,8 gigawatt (GW). Potensi terbesar berasal dari matahari atau matahari sebesar 207.8 GW. Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi energi surya yaitu dengan menggunakan Solar Dish Stirling Engine. Penelitian ini menggunakan mesin stirling tipe alpha dan menggunakan udara sebagai fluida kerja. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan putaran mesin, daya output mesin stirling, dan efisiensi daya output mesin stirling dengan menggunakan empat variasi panajang lengan piston yaitu 5 cm – 5 cm ( , 5 cm – 4,3 cm ( , 4,3 cm – 5 cm ( dan 4,3 cm – 4,3 cm ( . Dalam studi ini, penelitian menggunakan lampu halogen 500 Watt sebagai pengganti sumber panas matahri. Dari hasil penelitian, diperoleh kecepatan rpm maksimum pada 852 rpm dengan panjang lengan di 5 cm – 5 cm ( ). Hasil penelitian juga diperoleh bahwa kecepatan putaran mesin optimum terdapat pada panjang lengan 5 cm – 5 cm ( ) dengan nilai 0,39 W pada 839 rpm. Terakhir diketahui bahwa effisiensi mesin stirling terbesar yaitu 6,5 % pada panjang lengan 5 cm – 5 cm ( ).

The need for electricity is the main need of the Indonesian people, and everyone. In 2020, there are 433 villages without electricity in Indonesia. Indonesia has great potential as a source of renewable energy. According to the Ministry of Energy and Mineral Resources, Indonesia's total renewable energy potential is 417.8 gigawatts (GW). The greatest potential comes from the sun at 207.8 GW. One way to utilize the potential of solar energy is to use the Solar Dish Stirling Engine. This research uses an alpha stirling engine and uses air as the working fluid. This study aims to determine the engine rotation speed, Stirling engine output power, and Stirling engine output power efficiency using four variations of the piston arm length, namely 5 cm – 5 cm ( , 5 cm – 4,3 cm ( , 4,3 cm – 5 cm ( and 4,3 cm – 4,3 cm ( . In this study, the research used a 500 Watt halogen lamp as a substitute for the solar heat source. From the results of the study, the maximum rpm speed was obtained at 852 rpm with an arm length of 5 cm – 5 cm ( . The results of the study also showed that optimum engine rotation speed was found in the length of the arm 5 cm – 5 cm ( dengan nilai 0,39 W pada 839 rpm. Finally, it is known that the largest stirling engine efficiency is 6,5% at arm length 5 cm – 5 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerardo Janitra Puriadi Putra
"Teknologi penyimpanan energi termal telah banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi sistem atau memanfaatkan limbah kalor. Phase change material (PCM) merupakan material tertentu yang dapat digunakan sebagai media penyimpan kalor dan tersedia dalam temperatur operasional yang luas. Molten salt merupakan salah satu PCM yang memiliki keunggulan temperatur operasional yang sangat tinggi. Kalor yang tersimpan di PCM selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai utilitas seperti pembangkitan energi. Dalam penelitian ini, simulasi pemadatan garam cair komersial dari PlusICE, yaitu H500 dengan temperatur operasional 500 °C. Simulasi dilakukan menggunakan software COMSOL Multiphysics dengan lima variasi penyerapan fluks kalor yang mensimulasikan penyerapan kalor dari mesin stirling, dari 1kW/m2 hingga 5kW/m2 dengan kenaikan 1kW/m2 per variasi dan asumsi penyerapan kalor konstan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa solidifikasi yang terjadi pada domain PCM dimulai dari batasan pipa dengan aliran searah gravitasi dan akan berbelok pada titik tertentu. Terjadinya aliran pada proses solidifikasi adalah karena adanya perbedaan temperatur pada domain PCM dan perpindahan kalor secara konveksi yang terjadi secara alami. Domain PCM akan tersolidifikasi dalam jangka waktu 1039 menit untuk variasi 1kW/m2, 539 menit untuk variasi 2kW/m2, 371 menit untuk variasi 3kW/m2, 289 menit untuk variasi 4kW/m2, dan 237 menit untuk variasi 5kW/m2. 3.Total energi kalor yang dapat ditransfer oleh PCM hingga tersolidifikasi sepenuhnya adalah 313,19 kJ untuk penyerapan 1kW/m2; 324,95 untuk penyerapan 2kW/m2; 335,5 untuk penyerapan 3kW/m2; 348,46 untuk penyerapan 4kW/m2 dan 357,20 untuk penyerapan 5kW/m2.

Thermal energy storage technologies have been widely used to increase system efficiency or to utilize waste heat. Phase change material (PCM) is a certain material that can be used as a heat storage medium and is available in a wide range of operating temperaturs. Molten salt is one of the PCMs that has the advantage of a very high operating temperatur. The heat stored in the PCM can then be used for various utilities such as energy generation. In this study, simulating the solidification of commercial molten salt from PlusICE, namely H500 with an operating temperatur of 500 °C. The simulation was carried out using the COMSOL Multiphysics software with five variations of heat flux absorption simulating heat absoption from the stirling engine, from 1kW/m2 to 5kW/m2 with an increment of 1kW/m2 per variation and assuming constant heat absorption. The results show that the solidification that occurs in the PCM domain starts from the boundary of the pipe with the flow in the direction of gravity and will turn at a certain point. The occurrence of flow in the solidification process is due to the temperatur difference in the PCM domain and heat transfer by convection which occurs naturally. The PCM domain will consolidate within 1039 minutes for the 1kW/m2 variation, 539 minutes for the 2kW/m2 variation, 371 minutes for the 3kW/m2 variation, 289 minutes for the 4kW/m2 variation, and 237 minutes for the 5kW/m2 variation. 3. The total heat energy that can be transferred by the PCM for each heat flux absorption until it is fully solidified is 313.19 kJ for 1kW/m2; 324.95 for 2kW/m2; 335.5 for 3kW/m2; 348.46 for 4kW/m2 and 357.20 for 5kW/m2."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Febrianto
"Penelitian ini menganalisis dan mengkarakterisasi desain heat exchanger pada sisi panas mesin Stirling yang dilengkapi dengan penyimpanan energi termal (Thermal Energy Storage/TES) menggunakan molten salt sebagai media penyimpanan panas. Fluida kerja yang digunakan adalah helium dan nitrogen, dengan variasi temperatur dinding 500°C, 600°C, dan 700°C. Metode Computational Fluid Dynamics (CFD) digunakan untuk mengevaluasi perpindahan panas dan efisiensi termal. Hasil simulasi menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas konvektif (h) meningkat seiring dengan kenaikan suhu dinding untuk kedua fluida kerja. Nilai (h) helium lebih tinggi dibandingkan nitrogen, menunjukkan bahwa helium lebih efektif dalam mentransfer panas. Namun, efisiensi termal tertinggi dicapai pada suhu dinding 500°C untuk kedua fluida, dengan helium mencapai 37% dan nitrogen 35%. Penurunan efisiensi termal pada suhu dinding yang lebih tinggi menunjukkan adanya peningkatan losses konduksi dan distribusi panas yang kurang optimal. Penelitian ini menegaskan pentingnya pemilihan suhu operasi yang tepat dan karakteristik termal fluida kerja serta penggunaan TES untuk meningkatkan kinerja heat exchanger pada mesin Stirling.

This study analyzes and characterizes the design of a hot side heat exchanger in a Stirling engine equipped with Thermal Energy Storage (TES) using molten salt as the heat storage medium. The working fluids used are helium and nitrogen, with varying wall temperatures of 500°C, 600°C, and 700°C. Computational Fluid Dynamics (CFD) methods are utilized to evaluate heat transfer and thermal efficiency. The simulation results indicate that the convective heat transfer coefficient (h) increases with rising wall temperatures for both working fluids. The (h) values for helium are higher compared to nitrogen, demonstrating that helium is more effective in transferring heat. However, the highest thermal efficiency is achieved at a wall temperature of 500°C for both fluids, with helium reaching 37% and nitrogen 35%. The decline in thermal efficiency at higher wall temperatures suggests increased conduction losses and suboptimal heat distribution. This study underscores the importance of selecting the appropriate operating temperature and thermal properties of the working fluids, as well as the use of TES, to enhance the performance of the heat exchanger in Stirling engines."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
V. Tri Frebrina Harisetyawan
"Rasio elektrifikasi Indonesia di daerah perkotaan 94% sedangkan di daerah pedesaan hanya 32%. Maka dari itu, perlu adanya pembangkit - pembangkit baru berkapasitas kecil yang berguna untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di desa dalam rangka meningkatkan pembangunan dan produktivitas daerah. Potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia sangat melimpah tetapi yang termanfaatkan hanya 5% sampai tahun 2013. Hal ini membuat banyaknya penelitian pada teknologi pembangkitan listrik tenaga EBT salah satunya Mesin Stirling. Mesin Stirling merupakan mesin yang dapat mengubah energi panas menjadi energi mekanik dengan memanfaatkan kompresi dan ekspansi dari gas. Mesin stirling mempunyai beberapa kelebihan yaitu efisien termal yang tinggi, bahan bakar panas yang bervariasi, tidak menimbulkan kebisingan, emisi rendah, dan bahan bakar murah mudah dicari.
Beberapa penelitian terus berlanjut seperti mengaplikasikan mesin stirling dengan Tenaga Surya dan Biomassa untuk memaksimalkan penggunaan EBT. Pada penelitian Mesin Stirling generasi pertama oleh Ginas Alvianingsih, menghasilkan daya output 4,62 mW dan masih mempunyai kekurangan diantaranya penggunaan es batu untuk memperbesar selisih suhu antara panas dan dingin (ΔT), tetapi di sisi lain menyebabkan bagian dalam dinding mesin berembun dan membasahi displacer sehingga mesin tidak dapat beroperasi dalam waktu yang lama.
Pada skripsi ini, penulis merancang ulang dan mengoptimasi hasil penelitian sebelumnya. Dengan pengujian stirling tanpa beban, berbeban resistif 5 ohm, variasi beban resistif, penurunan selisih suhu plat panas dan bawah, dan daya mekanis, didapatkan karakteristik mesin stirling yang dipengaruhi oleh kenaikan suhu plat panas, rasio Vsc dan Vse, dan penurunan delta Tc-Te. Dengan memperbesar Vse, menambah gasket isolasi, mengubah beberapa material dengan PTFT sebagai dinding piston dan seal piston, menambah fins, memperkecil tebal plat panas menghasilkan efisiensi mekanis 11,4 %, efisiensi elektris pada daya peak up 69,35% dan pada daya rata - rata sebesar 49,72 %. Hingga secara keseluruhan mesin stirling generasi kedua ini mengalami optimasi dengan peningkatan 15.970 %.

Indonesia's electrification ratio in urban areas are able to reach up to 94%, whilst in rural areas the electrification ratio is only 32%. Therefore, new type of generators with small capacities are needed to increase the electrification ratio in rural areas. Indonesia has abundance resource of renewable energy, but only 5% of it has been utilized. A lot of renewable energy technology researches have been conducted, stirling engine is one of them. Stirling engines are able to convert thermal energy to mechanical energy by using the compression and expansion property of gas. Stirling engine has several advantages such as high thermal efficiency, easy to be found and vast variation of fuel, noise-free, and low emission.
Some researches are still being done to study the integration of stirling engine with solar and biomass to maximize the usage of renewable energy. In the stirling engine research by Ginas Alvianingsih, the first generation of the designed stirling engine can produc3 4,62 mW output power and have shortcomings including the use of ice to enlarge the temperatures difference (ΔT), but on other hand, it causes the inside wall of the engine dewy and displacer becomes wet, therefore the engine can't operate in a long time.
In this thesis, the author redesign and optimize the result of previous study, by testing the stirling engine under no load condition, loaded with 5-ohm load, varied resistive loads, varied plate temperature difference and stirling engine mechanical power obtained engine characteristics stirling influenced by a rise temperature in the hot plate, Vsc/Vse ratio, and Tc-Te difference. By increasing Vse, adding insulation layer, changing several engine's materials with PTFT as piston's seal and wall, and adding fins lead to 11.4% mechanical efficiency, 69.35% Electric Peak up power efficiency, and average power efficiency of 49.72%. Therefore, in general, this second generation of stirling engine is 15,970% more efficient than the first generation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumanto
Yogyakarta: Andi, 1989
621.42 SUM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nakoela Soenarta
Jakarta: Pradnya Paramita, 1995
621.4022 NAK m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
E. Karyanto
Jakarta: Ghalia Indonesia, [date of publication not identified]
621.4352 KAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Huda Salasa Majid
"ABSTRAK
Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan
dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk
menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada
mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan
berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah
produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua
komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety
Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan
terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini komponen-komponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal
Bulk Carrier 13601 DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan
tersebut.

ABSTRACT
In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the
main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship
performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance
system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so
as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all
components contained in a ship also have been regulated in the International Safety
Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned
Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine
room of a 13601 DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of
the maintenance system."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>